Lost Control (2)

52 13 3
                                    

Happy reading:)
°
°
°

Warning: Typo bertebaran (belum direvisi)

Author pov.

Teriknya matahari tak membuat semangat kelas XII IPA 2 luntur untuk memdemo ketidak adil-an kepala sekolah dalam mengambil sebuah keputusan yg menjadi akhir sebuah kasus yg baru saja dimulai. Alih-alih mendengar apa yg diteriakkan kelas XII IPA 2 sang kepala sekolah hanya mendengus tak peduli seakan tuli.

Kasus kali ini lebih besar dari yg mereka bayangkan sebelumnya, kasus dimana semakin membuat reputasi kelas XII IPA 2 semakin buruk dimata semua kalangan.

Sebuah formasi perindividu tak membuat gentar apa yg sudah diputuskan.

Raungan dan geraman putus asa mulai terdengar saat bel pulang sekolah berdering nyaring seakan tanda kekalahan berada pada pihak mereka. Kesal, frustasi, sedih, bercampur bagai adonan yg tidak merata.

Apa yg harus mereka lakukan kini? Bahkan dari pihak wali kelas pun tak membela mereka. Apa harus membawa masalah ini ke polisi? Tidak. Jika itu terjadi masalah yg ada tidak akan selesai dan dipastikan pihak mereka akan tumbang saat itu juga. Dan kali ini yg bisa mereka lakukan adalah berjuang sampai titik terdalam.

"Gue... Ngga tau harus gimana lagi," tunduk Nessa yg menjabat sebagai ketua kelas.
".. Kelas kita sekarang berada dititik yg rendah." lanjutnya.

"Ness, lo ngga boleh nyerah dulu! Ada kita disisi lo sebagai prajurit!" ujar Felo menepuk bahu Nessa, menyemangati.

"Iya Ness, ada kita. Kita hadapi semuanya bersama, karena kita kan keluarga! Biarin si Nandra yg ngga mau turun tangan buat ngadepin masalahnya. Sekarang kita cuma perlu bersatu balikin reputasi kelas kita yg buruk gegara si Nandra yg ngga bertanggung jawab itu!" seru Rose berapi-api. Semua murid kelas XII IPA 2 yg duduk dibawah pohon mangga mengangguk setuju dengan apa yg dikatakan Rose barusan.

***


Hari sudah sore ketika semua murid kelas XII IPA 2 menyelesaikan berbagai strategi yg akan dilakukan besok dengan formasi yg sudah dibentuk sedemikian rupa, dengan melupakan sejenak seorang Genandra yg tidak hadir hari ini dan mengeluarkannya dari formasi.

Bahkan masalah ini jugalah yg membuat mereka tidak fokus belajar untuk PUN (Penjajakan Ujian Nasional).
Mereka hanya berharap masalah ini akan selesai sebelum ujian nasional mendatang dimulai.

Disisi Lain.

Seorang pemuda jakung kurus itu terduduk melamun memandang hamparan tanah basah yg membentang luas. Pikirannya berkecamuk seakan hanya ia lah yg mengalaminya.

"Apa gue akan begini terus? Menghindar dari masalah yg ada?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia diam lagi, sesaat ada orang yg memanggilnya dari balik rumah yg terbuat dari kayu tersebut.

"Ndra! Kene nang makan dulu." seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah kayu tersebut.

Tampak keriputan diwajahnya yg menandakan berapa usianya sekarang. Pemuda yg dipanggil namanya itu adalah Nandra. Genandra.

Ia menoleh saat suara ibunya terdengar lembut ditelinganya. Setitik air mata menetes lalu menghapusnya dengan cepat seakan takut sang ibu tahu.

Is Perfect Class✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang