Maju atau Mundur?!

50 14 5
                                    

Happy reading:)
°
°
°

Warning: Typo bertebaran (belum direvisi)

Author pov.

Semilir hangatnya angin di siang hari membuat beberapa murid tak enggan untuk kekantin hanya sekedar duduk dan berbincang dengan kawan yg lain.

Nampak Gery sedang berbincang ringan dengan seseorang dimeja pojok kantin yg hanya dihuni oleh murid laki-laki. Keduanya nampak serius hingga tak ayal Gery mengernyitkan dahi.

"Katanya si Genandra yg dikelas lo dikeluarin ya?" tanya seseorang yg sedang berbincang dengan Gery. Idiq dari kelas XII IPS I.

Gery menatap Idiq, tampak dimatanya ada sedikit rasa benci saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Idiq.

"Biarin. Ngga guna juga dia disini, bisanya cuma bikin masalah buat kelas gue!" nada tak peduli terasa kental sekali saat Gery mengatakan kalimat itu. Idiq hanya menggeleng pelan mendengarnya.

"Gue heran ama kelas lo, udah dari semenjak kelas sebelas selalu bikin masalah yg ngga ada kelarnya." ucap Idiq seraya menyeruput es teh yg ada didepannya.

"Yg bikin ulah kan Nandra!" otot Gery.

"Ya, tapi kan yg kena reputasi jelek semuanya." Idiq pun tak mau kalah.

"Lo.. "

"Apa? Yg gue omongin kan bener! Harusnya lo tuh denger pas nyokap-bokap lo bilang buat masuk kelas Ips kek gue. Jadinya ginikan, lo kena karma tau ngga?!"

"Apaan sih lo! Kok nyangkut kekarma segala?!"

Akhirnya aksi nyolot-menyolot pun terjadi antara Gery dan Idiq yg diketahui sudah berteman sejak masih memakai popok kain.

°°°

Nessa Pov.

Aku seorang ketua kelas. Dimana aku yg paling bertanggung jawab dikelas setelah wali kelas kami. Bahkan kini tanggung jawabku kian besar saat wali kelas kami tidak peduli lagi dengan kami. Masalah demi masalah datang seakan ini memanglah takdir yg diharuskan, segala amarah, kebencian, kedengkian, dan segala keegoisan harus kami hadapi bersama.

Reputasi yg haruslah kami pertahankan membuat segalanya semakin rumit.

Berpegangan tangan, menguatkan satu sama lain itulah yg bisa kami lakukan saat ini.

Aku ibarat pengganti tulang punggung kelas ini, sehingga aku haruslah seorang yg kuat. Kuat bukan berarti tidak rapuh. Aku seorang yg kuat, tapi aku juga punya sisi kerapuhan karena aku juga manusia.

Bahkan Singa jantan yg selalu mengaum dan terlihat mengerikan terkadang juga punya kelemahan tersendiri.

Dan untuk sekarang ini yg bisa aku dan seluruh penghuni kelas ini haruslah berperang melawan berbagai musuh yg ingin menumbangkan kelas ini. Kelas dimana suka dan duka selalu kita semua lewati bersama.

"Ness! Woy! Wah kacau malah ngelamun bae!"

Aku tersentak saat Lea berteriak tepat ditelinga kiri-ku. Ia terlihat seperti sehabis berlari karena terlihat dari napasnya yg terdengar ngos-ngosan. Ia berusaha mengatur napasnya dengan menepuk-nepukan telapak tangannya didada.

"Napa Le?" jawabku heran.

"Itu... didepan si Ando berantem sama anak kelas sebelah.."

Aku segera bergegas keluar kelas tanpa menjawab. Dilapangan sekolah terlihat ramai dengan para siswa yg bergerombol membentuk lingkaran, seakan ada pertunjukkan. Dan ku tafsir bahwa disitu pasti ada Ando.

Kulihat Ando berbaku hantam dengan Reno, anak XII IPS 2. Pakaian yg mereka gunakan sudah acak-acakan dengan berbagai luka berwarna ungu.

Aku menyikap kerumunan semakin dalam untuk melerai keduanya. Rasa heran selalu menderaku saat melihat orang berkelahi tapi tidak ada yg mau melerai, seakan akan itu adalah tontonan yg menarik.

"Andooooo!" teriakku kencang, membuat beberapa siswa yg sedang menonton perkelahian memperhatikanku.

"Ndo, udah! Lo ngga malu diliat banyak siswa gini hah?!" ucapku lagi sambil menahan badan depannya yg besar.

Ando terlihat ngos-ngosan. Kilat marah terlihat jelas dimatanya. Aku yakin pasti ini ada kaitannya dengan reputasi kelasku.

Sambil masih menahan badan Ando, ku bawa ia menyingkir dari keramaian ini. Ku dengar decakan halus dari para siswa yg sedang menonton tadi yg mulai bubar. Sedangkan si Reno sudah diamankan oleh teman-teman kelasnya, mungkin.

Setelah sampai dikelas, ku dudukkan Ando dikursi depan. Dan mulai mengobati luka yg ada diwajahnya dengan p3k yg disediakan dikelas.

"Kenapa lo berantem sama anak kelas sebelah?" tanyaku sambil masih mengobati lukanya.

"Dia yg mulai duluan." jawannya sambil meringis kesakitan saat aku menekan bagian lukanya yg berada dipinggir bibir.

"Seharusnya lo ngga ngeladenin dia,"

"Dia ngehina kelas kita."

"Biarin aja. Nanti juga diem kalo ngga lo ladenin."

"Sebagai lelaki jantan gue harus berani."

"Berani apaan? Ini namanya bukan berani, tapi berandalan!" ucapku gemas. Saking gemasnya ku tekan luka yg berada disudut pelipisnya, ia pun mengaduh.

"Besok lagi kalo lo berantem, gue bakal keluarin lo dari formasi yg ada." ancamku tegas.

"Tapi dia dulu yg mulai Ness, dia ngehina kelas kita yg enggak-enggak! Dia bilang kelas kita seharusnya tuh ngga ada. Sekarang pun ada pasti namanya kelas buangan!"

"Tapi lo lihat sendirikan. Kelas kita bukan kelas buangan! Kalo lo cepet emosi kek tadi, mereka malah beranggapan kalo kelas kita bener-bener kelas buangan. Seharusnya lo ngga usah baku hantam! Cukup buktiin dan tampar mulut mereka dengan hasil!"

Semua emosi terpendam ku keluarkan. Ando hanya diam seakan meresapi apa yg aku katakan. Dia mendongak menatapku, matanya berkilat sedih.

"Terus apa yg harus kita lakuin, Ness?" tanyanya lirih, setelah beberapa menit berlalu dalam diam.

"Kita harus lawan, kita ngga boleh tunduk selama kita benar! Maju atau mundur adalah pilihan. Buktiin pada mereka kalau kita semua tidaklah bersalah." jawabku sambil menerawang jauh.

°
°
°

Holaaaaa:)
Maap telat update.
Nih dikasih part panjang lageeeee:b

Besok mau panjang ato pendek?
Panjang-pendek aelah ya😂

Udah gitu aja, ngga mau curhat jauh jauh. Nanti khilaf.

Happy reading:)
Pst.jangan lupa tinggalkan jejak:)
Ngga maksa.


Is Perfect Class✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang