"Sai? Kamu kenapa?"
Pemuda berkulit pucat itu terkejut ketika suara cempreng itu menyapa indra pendengarannya. Menutupi kegugupannya, Sai hanya tersenyum pada Naruto. Ia merutuki kebodohannya karena terlalu fokus memandang seseorang di sana.
Gadis yang sedang tersenyum manis dengan teman-teman barunya. Gadis bersurai merah muda dengan iris kehijauan yang teduh. Gadis dengan suara merdu menurutnya. Sai mengakui jika pesona gadis itu tak ada duanya. Baru kali ini ia mengakui kecantikan seseorang.
Naruto yang melihat Sai memperhatikan murid baru di kelasnya itu tersenyum jahil. "Kamu tertarik sama Sakura-chan, ya?"
Haruno Sakura lengkapnya, seorang murid baru dari Tokyo. Di hari pertamanya sekolah, ia berhasil membuat satu kelas heboh. Hari kedua sekolah, satu angkatan ikut penasaran dengan sosok unik bersurai nyentrik itu. Hari ketiga, playboy dari kelas sebelah, Kiba Inuzuka memberikan gadis itu surat cinta. Hari keempat, Sasori Akasuna menawarinya tumpangan pulang. Dalam beberapa minggu gadis itu sudah ramai dibicarakan satu sekolah.
"Bicara apa, sih?" Sai mengelak kalem dengan senyum andalannya. Naruto mendengus menanggapi itu.
"Sakura-chan memang manis. Bahkan aku hampir berpaling dari Hinata. Tapi melihatnya sudah menolak berbagai cowok, aku jadi pesimis. Aku harus bersyukur Hinata mau denganku, hahaha." Naruto tertawa hambar.
"Kudengar semalam dia habis menolak Sasori-senpai setelah sebulan melakukan pdkt. Sasori-senpai yang seperti itu saja ditolak, apalagi aku," lanjutnya dengan nada jenaka.
Sai tampak terkejut, walau tak kentara. Yah, sebenarnya ia tidak terlalu peduli. Hanya saja, jarang sekali ada yang menolak pesona Sasori dengan wajah babyface miliknya. Apalagi seorang kakak kelas yang merupakan ketua ekstrakulikuler seni. Siapa sih yang tidak senang ditaksir kakak kelas famous?
"Sudah ditembak?" Naruto mengangguk cepat. Ekspresinya terlihat antusias membahas topik ini yang sepertinya sedang hot di SMA 1 Kyoto.
"Sasori-senpai sangat patah hati sepertinya. Tadi pagi aku sempat melihatnya menuju kelas dengan menunduk, kelihatan sekali galaunya. Yah, wajar sih, baru pertama kali ditolak kayaknya."
Sai melirik lagi ke arah Sakura. Sepertinya ia sedang mengobrol dengan teman-temannya. Wajah itu tampak ceria, sesekali ia tertawa kecil dan tersenyum. Siapa saja pasti akan terpesona dengan wajah menawannya.
"Terus, dengar-dengar, Sasori-senpai mau meliburkan ekstrakulikuler seni hari ini, ya? Kamu anggota di sana juga, kan?" Sai mengalihkan pandangannya ke Naruto. Sai tampak berpikir, kemudian ia mengangguk mengiyakan.
"Nah, katanya diliburkan karena Sasori-senpai patah hati dan tidak mood, jadi daripada berantakan mending diliburkan. Sampai segitunya ya patah hati ala Sasori-senpai." Naruto menjelaskan dengan semangat sudah seperti tukang gosip. Naruto memang selalu up to date tentang gosip sekolah. Seorang narasumber terpercaya menurut Sai.
"Kalau di group chat, Sasori-senpai bilangnya materi hari ini belum siap, jadi diliburkan."
"Oh begitu, iya juga, sih. Kan ada pengurus lainnya yang menggantikan. Duh, dasar mereka tukang gosip." Sai tersenyum melihat temannya yang tak sadar diri jika ia juga seorang tukang gosip.
Sai kembali menatap ke arah Sakura yang beralih kegiatan menjadi menulis materi pelajaran di bukunya. Beberapa gadis yang berkumpul di mejanya sudah kembali ke tempatnya masing-masing. Jam pelajaran saat ini sedang kosong, hanya diberi sebuah tugas mengerjakan soal. Jadi sebagian besar murid di kelas ini gaduh tak karuan. Tetapi 'si murid baru yang menghebohkan' ini tetap tak terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Smile
Fiksi Penggemar[THREESHOT] - [SAISAKU] - [ON GOING] Sai merasa dirinya tertarik pada seorang gadis bersurai merah muda itu. Senyum cantiknya terlihat memikat hingga kedua matanya menyipit. Tak lupa dengan lubang di kedua belah pipinya yang menambah kesan manis. Sa...