NAMA YANG BIKIN GELISAH

15 0 0
                                    

Saat membaca tulisan nama gue sendiri sampai sekarang gue selalu teringat masa-masa awal gue masuk SMP. Dulu waktu pertama kali gue masuk pelajaran PAI alias Pendidikan Agama Islam, gue beserta teman-teman gue disuruh maju satu per satu untuk memperkenalkan diri. Nah, perkenalan kali ini nggak biasa, dikarenakan kami juga harus menjelaskan arti dari nama kami masing-masing.

Karena cara pihak sekolah membuat urutan absen didasarkan pada huruf awal di nama asli, maka nama gue yang di awali huruf "A" punya nomor absen paling awal. Gue disuruh maju terlebih dahulu untuk memulai perkenalan.

"Yak... silahkan, Mas. Perkenalan dulu, barangkali kalian masih ada yang belum saling mengenal," ucap Pak Maftuchin sang guru PAI mempersilahkan.

"Nama saya Andikha Ardana. Asal dari Purwokerto, dan...."

"Woh, kok jauh sekali," Pak Maftuchin memotong.

"Nggak... maksud saya bukan Kabupaten Purwokerto. Itu nama desa saya. Masih ikut Kabupaten Pati juga, paling barat sana," jelas gue.

"O... ya sudah, lanjutkan," Pak Maftuchin mengangguk.

"Saya berasal dari SDN Ngablak 01... Hobi saya berenang (padahal gue nggak bisa berenang), terus...," gue berhenti karena bingung mau ngomong apa selanjutnya.
*hening sejenak*

"Arti dari nama kamu apa?" Sahut Pak Maftuchin yang mungkin sebah ngelihatin gue cuman plonga-plongo di depan kelas.

"Nama saya, Pak?"

"Iya... masa nama saya."

"Saya nggak tahu, Pak," jawab gue singkat.

"Pokoknya nama kamu berasal dari Bahasa Sansakerta."

"Iyalah... kalo dari Bahasa Usbekistan jadinya Andiski Ardanov." gumam gue.

*gue terdiam*

"Ya sudah, nanti sampai rumah tanya sama ibu atau bapak, ya?!" ... "Ya sudah, kembali ke tempat duduk," Ucap Pak Maftuchin sambil melihat daftar absen.

Jam sekolah telah selesai. Karena gue serius ingin tahu arti nama gue, akhirnya sesampainya di rumah gue langsung menghadap bapak gue yang lagi sibuk nyemprotin cairan pembasmi serangga di pohon jeruk belakang rumah.

Setelah gue bertanya tentang arti nama gue, bapak pun menjawab dengan santai, "Kowe ini dulu waktu lahir, bapak lagi kere-kerenya. Di rumah kerja serabutan, makan ya semakan-makannya. Ibarat gur ono telo markonah yo sek tetep tak pangan (ibarat cuman ada singkong markonah pun tetap dimakan)," bapak menjeda, "Waktu itu bapak nggak bisa kerja merantau ke Jakarta lagi, soalnya ibumu lagi hamil tua. Bapak nggak mau lagi ada kejadian kayak kedua kangmasmu yang keguguran semua," lanjut bapak jelas. Dan FYI aja, gue sebetulnya anak terakhir dari tiga bersaudara.

"Lah, terus apa hubungannya cerita Bapak sama nama Andikha Ardana?" Tanya gue kembali ke tujuan awal.

"Andikha itu dari kata 'anak ndiko' yang artinya 'anakku', terus 'ardana' itu artinya 'harta', gitu," ... "Makanya kowe ini dari dulu ngehabisin duit kerjaanmu. Dari lahir precet udah nyusahin bapakmu terus, makanya kowe sekolah yang bener! Dolan wae senenganmu (main aja kerjaanmu)," jelas bapak.

"Kalau pengen punya anak nggak ngehabisin duit, yo, kasih aja nama 'Hartono' atau 'Sugiarto', Pak," sahut gue sambil mengompori bapak.

"Halah, kok, ribut terus. Tak semprot decis wajahmu malah kapok kowe," jawab bapak sedikit kesal.

Akhirnya gue berhasil mengetahui arti nama gue yang ternyata begitu sederhana dan cenderung nggak muluk-muluk kayak gelar para raja. Dan ngomong-ngomong soal nama, ada beberapa orang yang gue kenal mempunyai nama cukup panjang, penulisan susah, cenderung mubazir huruf serta saat kita ucapkan mulut kita harus mencos-mencos dan lidah kita melintir-melintir. Yang mereka keluhkan soal nama mereka adalah sama : sering salah tulis. Jangankan mereka yang namanya rumit, nama gue yang pendek aja sering typo.

Salah satu pengalaman tentang kegelisahan gue terhadap nama sendiri. Nama gue : Andikha Ardana. Memang sedikit ada perbedaan daripada yang lain. Ada huruf "h" di tengah huruf "k" dan "a". Jadi kalau di eja satu per satu, maka :

A.n.d.i.k.h.a

Berbeda daripada yang lain dimana kebanyakan dimana-mana penulisannya "Andika" tanpa huruf "h" atau "Andhika" yang diimbuhkan huruf "h" di antara huruf "d" dan "i". Bahkan selama 3 tahun gue duduk di bangku SMP, nama gue di lampiran nilai rapor sejak semester 1 kelas 7 sampai semester 2 kelas 9 selalu berbeda satu dengan yang lain. Berikut perbedaannya :

Andika Ardana (semester 1 kelas 7)

Andhika Ardhana (semester 2 kelas 7)

Andikha Aradana (semester 1 kelas 8)

Andika Ardhana (semester 2 kelas 8)

Andhika Ardana (semester 1 kelas 9)

Andikha Ardana (semester 2 kelas 9)

Semester 2 kelas 9 menjadi penutup yang sangat ciamik karena harus menunggu dua tahun setengah untuk melihat nama gue yang benar tertulis di rapor setelah berulang kali gue komplain ke petugas kesiswaan. Dan bukan hanya itu...

Andikha Ardana (ijazah kelulusan)

Wow... Allahuakbar!!! Fantastic!!! Sugoi!!! Gue sangat merasa dihargai kala nama gue tertulis di ijazah dengan benar. Arigatou... arigatou....

*menangis terharu*

BAKABO! Bangga Karena BodohWhere stories live. Discover now