Pukul 00.00 : Galeri kaca.

205 30 0
                                    

Krist terbangun tepat tengah malam. Udara dingin menusuk, menembus selimut usangnya yang mulai luntur warnanya. Mengedip ngedipkan matanya.

Nanon di sebelahnya tertidur pulas. Tunggu. Ibunya kemana ?

Kamar mereka hanya sepetak dan dijadikan satu. Jadi ketika satu menghilang pasti terlihat. Dan sialnya Krist adalah orang yang paling peka oleh keadaan sekitar.

Memutuskam untuk mengambil air minum. Krist beranjak bangun.

" Loh, nak Singto memang dari kapan suka memotret ? "

" Aduh bu, saya lupa ! Rasanya setiap hal dulu saya foto "

Om Singto ? Masi ada disini ? Sejak kapan ?

Oh, kalian belum tau ya. Waktu pertemuan pertama Singto dengan ibu bukanlah menjadi yang terakhir.

Singto terus datang. Terus terusan membawakan hal hal sederhana yang bagi keluarga itu luar biasa.
Mainan untuk Nanon, buku cerita untuk Krist, dan daster untuk ibu.

Singto seperti keluarga jauh yang datang dan menetap.

Tapi Krist baru tau jika Singto sering berada di rumahnya bahkan hampir sampai tengah malam. Singto bahkan tidak perna cerita kepada Krist.

Well mereka sering berbagai rahasia.

" Nak Singto, ibu harus istirahat. Kalo masih betah disini mending masuk saja, banyak nyamuk "

" Baik bu. Sebentar lagi saya pulang. Saya tunggu di luar saja "

Percakapan selesai, Ibu masuk. Krist tidak jadi mengambil minum. Ia lari terbirit birit ke atas ranjang kapuknya. Berpura pura tidur.

Krist juga tidak tau apa tujuanya melakukan itu.

Lima belas menit belum genap ibu sudah tertidur pulas. Lain halnya dengan Krist, ia masih terjaga. Waktu mengetahui ibunya suda tertidur. Krist beringsut turun dari kasur.

Melangkah pelan keluar. Berharap Singto masi duduk di teras rumahnya.

Krist kecil dipenuhi rasa ingin tau.

Hasilnya sia sia. Singto sudah tidak ada, Krist menunduk pias.
Krist memutuskan untuk duduk di bangku bambu teras rumahnya.

Berbagai pertanyaan muncul di benak Krist.

Kak Singto kenapa tiba tiba muncul ? Kak Singto itu siapa ?

Kenapa Kak Singto baik sekali ?
Kok Kak Singto ngga minta imbalan atas kebaikanya ?

Tidak akan selesai jika di tulis semua.

Krist memandang lekat lekat bintang di langit gelap. Memeluk dirinya sendiri, hatinya terasa kosong. Ia tidak merasakan emosi apapun saat ini.

Pikiranya entah berfantasi kemana mana, kadang Krist juga suka bersenandung kecil.

Sudah hampir 20 menit Krist berdiam diri di luar.

" Krist ? Sedang apa di luar ? "

Singto Phracaya masih ada di sekitarnya.

" Krist ngga bisa tidur "

" Harusnya pakai jaket dulu "

Singto melepas kemejanya yang dipergunakan untuk luaran. Lantas di sampirkan ke bahu kecil milik Krist.

" Kakak kenapa masih di rumahku ? Katanya kakak besok kerja ? "

" Jadi Krist ngga suka kakak di sini ? "

Love street  'Singkrist' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang