Ichi

7 3 0
                                    

Bagi kebanyakan orang, masa SMA itu merupakan masa-masa paling indah, se-indah duduk di dalam WC sambil menikmati sensasi keluarnya masalah hidup sedikit demi sedikit. Pliss, jangan di bayangin..!!

Seperti yang gua bilang tadi, masa SMA itu merupakan masa-masa paling indah bagi kebanyakan orang. Tapi ingat, KEBANYAKAN. Itu artinya tidak tertutup kemungkinan ada beberapa makhluk astral di dunia ini yang menolak filosofi tersebut. (Biasanya sih, jomblo)

Dan salah satu makhluk astral tersebut adalah GUA. Tapi, gua ini bukan jomblo sih, cuman lagi single aja. (Kalau kalian minat, chat aja 😉)

Oke, mari kita lupakan masa-masa SMA gua sejenak, dan kembali ke masa lalu gua yang gelap gulita tanpa adanya kamu. (Iyaa, kamuu 😘)

Dahulu kala pada zaman megalitikum pernah ada seorang filsuf yang berkata kepada nenek buyut dari kakek buyutnya nenek buyut gua.

"Nak, jika engkau ingin kehidupanmu berwarna, temukanlah impian", ya kira-kira begitu deh katanya kalau udah di terjemahin.

Dan benar saja, hal itu benar-benar terjadi sama hidup gua. Hidup gua jadi lebih penuh warna, setelah gua masuk ke dalam drum berisi cat warna warni. (Berwarna kan?? )

Tapi gua serius, setelah menemukan impian, semangat dalam hidup gua itu jadi lebih berkobar-kobar, layaknya api olimpiade yang membakar seluruh baju penonton. (Jangan di bayangin..!!)

Namun api semangat gua itu pernah padam karena satu momen yang menyakitkan.

Waktu itu tetangga gua pernah nanya.

"Eh, Jo, impian lu apaan sih" tanya para tetangga sebelah rumah gua.

"Impian?? Kalo impian gua sih, gua itu ingin melanjutkan pendidikan gua ke Jepang" jawab gua dengan mantap.

Namun setelah mendengar jawaban gua, ketimbang mendukung, mereka semua malah tertawa terbahak-bahak, sampai membuat gigi palsu mereka terlempar.

"Lu yakin Jo, otak lu aja pas-pasan, hidup lu susah, jomblo lagi. Lu mau kuliah ke Jepang pake apa? Jual ginjal? Hhhh... " ejek mereka sambil menepuk punggung gua. (Sakit juga sih, tepukannya)

Ingin rasanya gua berkata kasar sambil menghajar mereka satu persatu dan menyumpal mulut mereka pake sendal gua yang telah terkontaminasi eek ayam. Tapi amarah gua seketika padam setelah gua mengingat kata-kata mutiara emak gua.

"Jo, kalau kamu suatu saat dihina, diejek, dan dicaci maki orang lain. Jangan pernah membalas mereka dengan kekerasan, tapi balaslah mereka dengan prestasi yang kamu dapatkan"

Awalnya sih gua terkejut saat mendengar emak gua yang kerjaannya marah-marah melulu di rumah, dapat mengeluarkan kata-kata yang penuh makna seperti itu dari mulutnya. Kagum sekaligus terkejoet, itulah yang gua rasakan saat itu.

Tapi karena kata-kata itulah, yang membuat gua tetap bersabar mengahadapi segala rintangan yang mengahadang. Termasuk cacian, makian, cercaan, dan hinaan dari oknum-oknum tak bertanggung jawab.

Setelah gua puas mendengar dan menikmati cacian dan hinaan dari mereka, gua hanya menjawab hinaan mereka dengan senyuman. Kemudian gau balik kanan graak..!! menuju rumah gua yang tidak jauh dari lokasi kejadian.

Tapi, gua tak semudah itu memaafkan mereka. Di saat gua balik dan menuju rumah, gua masih sempat-sempatnya ngelemparin petasan di depan mereka. Alhasil mereka langsung panik, bertebaran, ngeliat-liat kayak cacing kepanasan, sambil mengucapkan semua kata-kata mutiara yang ada di dunia ini, mulai dari hewan melata, hewan mamalia, sampai menghitung angka sampai empat. (Adegan ini hanya dilakukan oleh profesional, tidak untuk ditiru)

Namun malangnya adegan berbahaya itu diketahui oleh orang paling menakutkan di keluarga gua, bahkan seluruh desa telah mengakui keganasannya. Dan orang itu adalah EMAK GUA.

Selama 4 jam lebih gua diceramahi, diajari, dan diserang dengan serangkaian kata-kata penyayat hati. Untungnya gak kata-kata penyayat jantung, kalau penyayat jantung, bisa mati dah gua.

Tapi masalahnya, emak gua marahnya bukan karena gua melemparkan petasan ke para haters yang ngebully gua, tapi karena tadi pagi gua mecahin taperwernya emak gua. Kalian bisa bayangin kan betapa marahnya emak gua.

Jadi mau gak mau, gua harus siap sedia secara fisik maupun mental. Karena emak gua bakalan ceramahin gua habis-habisan, sampai matahari kehilangan cahayanya.

"Mungkin ini yang dinamakan, sudah jatuh ditimpa gajah. Haaah, nasib, nasib 😥", ucap gua dalam hati. Soalnya kalau keras-keras nanti bisa ketauan emak gua.

Sekian dulu untuk kali ini

Maaf kalau agak garing
dan
Terima kasih karena telah mau mampir untuk membaca

Oke, mata ashita di next chapter

Mengudara Ke AkihabaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang