CH 02

13 0 0
                                    

Aku masih tak percaya, dosenku hari ini tidak hadir untuk kedua kalinya. Padahal, mata kuliah yang dibimbingnya adalah yang paling susah buatku. Bahkan tidak ada kabar apapun dari beliau. Ah, hate this situation.

Teman di sampingku--walau aku tak tahu apakah ia benar temanku--melihatku yang tengah sebal. Ia menyodorkan selembar kertas dengan satu kalimat di atasnya. Aku baru ingat bahwa dia bisu.

"Sepertinya ada masalah lain selain dosen (?)"

Aku menghadapnya, lalu mendengus sebal. Tangan kananku yang terluka kuperlihatkan padanya. Terlihatlah beberapa sayatan pisau, yang sedari tadi kututupi dengan lengan bajuku.

"Aku tidak pernah menyangka dia melakukan ini padaku. Ingin kabur dari rumah saja rasanya," ucapku. Kututup kembali luka itu.

Temanku kembali menuliskan sesuatu. Kali ini di atas buku tulisnya.

"Dia? Entah kenapa aku jadi teringat beberapa lagu yang kemarin Ririn putar. Aku mendengarnya saat tugas kelompok dengannya. Lagu Barat, aku tidak tahu kau akan suka atau tidak. Mau kuberi list lagunya?"

Aku menganggk mengiyakan. Rasanya menarik. Walau aku harus mendengarkannya diam-diam nanti.

" Broken Home - 5SOS
Invisible - 5SOS
Ghost of You - 5SOS
Aku harap yang terakhir tidak akan terjadi padamu. Sungguh."

Aku menyimpan catatan itu di tas, lalu berterima kasih padanya. Tidak lama, aku melirik Ririn yang sebelumnya disebutkan temanku. Ah, rasanya aku belum menceritakan siapa temanku yang sedari tadi kusebut ini.

Dia bisu, seperti yang kukatakan sebelumnya. Namanya Jora, dengan rambut sebahu yang selalu diberi jepit merah muda di kirinya. Dia tinggal di panti asuhan, tidak jauh dari kampus. Setidaknya dia selalu bersamaku semester ini. Walau aku tidak tahu apa jurusan yang dia ambil. Aku tak pernah peduli.

Kembali ke Ririn. Gadis bertubuh model dengan rambut sepinggul. Kulitnya paling cerah di kelas, jalannya juga paling anggun. Matanya yang biru memancarkan kegembiraan. Dia melihatku, lalu mendekatiku dengan wajah begitu senang. Ada apa ini?

"Zoey! Ya ampun, dia menyatakan perasaannya padaku!" teriaknya, di hadapanku dengan semangat.
"Siapa? Kak Mikey itu?"

Kak Mikey--Michael Clifford -- adalah kakak tingkat yang sangat digandrungi. Kulitnya sangat putih, dia cukup jangkung dan gagah, matanya benar-benar primadona para perempuan di sini.

"Dia yang menyatakannya atau kau yang membuatnya menyatakannya?" tanyaku memastikan.
"Ah, itu... Hehehe, lupakan saja. Yang penting aku sudah bersamanya!"

Rasanya muak dengan hal seperti ini. Aku melirik Jora yang terkekeh melihat Ririn. Sesekali aku menghela napas saat mendengar penuturan Ririn akan kejadian yang dialaminya barusan. Dia bahkan mengulanginya hingga 5 kali! Lebih nyaman makan bakso sambil mendengarkan musik sepertinya.

Tiba-tiba Jora menyodorkan secarik kertas dari bawah. Dia menaruhnya di atas pangkuanku.

"Kita bisa kabur, kok. Hanya dengan aku yang berbohong pada Ririn, kita bisa langsung ke kantin. Kau mau?"

Setelahnya adalah kejadian di mana aku berhasil melihat kebohongan pertama Jora. Dia menulis lagi di atas kertas lainnya, lalu menyodorkannya ke Ririn. Aku tidak bisa melihat apa isinya karena Jora melipatnya . Namun, sepertinya cukup meyakinkan Ririn.

"Tidak mau bersamaku? Aku ini mantan anggota PMR di SMA dulu lo. Kamu yakin?" tanya Ririn. Kini aku tahu apa motif kebohongannya.

Kulihat Jora mengangguk. Lalu berdiri dan segera menarik lenganku. Ririn sempat melambaikan tangan lalu berkutik dengan ponselnya. Oh, Tuhan, jika aku tahu akan semudah ini.

Who am I? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang