48-Tanah air

22 1 0
                                    

Surabaya, 10 November 2024
Bandar Udara Juanda
18.45 Wib

Hallo Indonesia! Aku rindu!
Wowww, bangsaku sudah berubah menjadi bangsa yang maju rupanya :)

Aku tidak bisa menahan untuk tidak menangis saat aku bisa kembali menginjakan kaki ke tanah air setelah kecelakaan yang menimpaku dua minggu yang lalu. Rasanya mustahil aku bisa selamat dari kecelakaan maut yang hampir saja merenggut nyawaku setelah aku selesai menjalankan tugasku untuk mengoperasi seorang gadis yang terkena gagal ginjal di Amerika

Kota lahirku, kota penuh cintaku, kotaku dan Dave pertama kali bertemu, kota pertama aku jatuh cinta sampai ada di titik ini.

"AUNTYY!!!" Pekik seorang gadis bertubuh tinggi, mata tajam, bibir tipis dan hidung mancung. Rambut panjang berwarna coklat kehitaman tergerai dan poni yang tertata rapi. Menggandeng pria tampan di sampingnya yang juga senyum padaku. Aku tidak tau mereka siapa. Karna aku selama aku pulang ke Indonesia, aku tidal pernah bertemu dengan mereka.

Gadis berusia sama dengan anak SMA itu berlari kearahku dan memeluku erat. Aku masih bingung, dan ku lihat kakak, mama, papa, nenek dan kakeku. Juga kak Nathan suami kak Netha tertawa melihatku

"Do you remember me?" Tanya gadis itu dengan aksen inggris yang kental.

"Noo" ucapku yang membuat gadis di depanku murung.

"Aku Charlotta Constanzie aunty! Apa kau lupa dengan wajahku?" Ucap gadis itu yang membuatku menganga. Apa dia bilang? Dia Siapa? Charlotte Constanzie? Zie? Keponakanku yang dulu ku tinggal saat kelas 1 SD sekarang sudah sebesar ini? Dan bahkan sudah melebihi tinggiku

Ahh, aku ingat. Selama ini dia sekolah Jakarta dan katanya pindah lagi ke Surabaya waktu SMA. Astagaa, keponakanku sudah sebesar ini.

"Zie!! Astagaa, maafkan auntymu nak! Yaampun kau sudah sebesar ini, bahkan tingginu sudah melebihi tinggiku"

"Iyalah, dari dulu kan aunty pendek" ucapnya mengejeku

"Ouhh, simpan kata-katamu itu sayang, kau sudah berani sekarang ya?"

Dan kami berdua tertawa lepas.

"Mama papa! Ahh, chaca rindu" kataku lalu memeluk mereka berdua

"Mama juga merindukanmu putri bungsuku" kata mama

"Bongso satu ini ee" ucap papa dengan bahasa Ambonnya dan memeluku serta mencium pipi gembilku.

Bergantian seterusnya sampai aku berhenti di depan pria tinggi yang memakai boomber ungu dan sepatu adidas dengan warna senada. Rambut yang berwarna pirang dan mata sipit.
Siapa dia?

Dia mencium tanganku dan aku begitu terkejut saat ia menyebut namanya

"Saya Julian tante, saya--"

"Dia pacar Zie aunty!" Potong Zie
"Gimana ganteng gak?" Tanya keponakanku antusias

Aku menajamkan mataku pada Zie dan meminta penjelasan lebih.

"Iya-iya. Engga bakalan aneh-aneh kok. Janji, tapi restuin Zie sama Julian ya Aunty, kata orang di rumah harus meminta restu dari Aunty kalo mau berhubungan sama cowok"

"Sudah-sudah kita lanjut di rumah" potong mama

Sejujurnya aku selalu melaramg Zie untuk dekat dengan cowok manapun di usianya yang masih sekolah. Aku tidak mau apa yang di alami kakaku--Mamanya Zie-- juga menimpa Zie di masa mudanya. Aku memang tidak pernah bertemu, tapi aku selalu berkomunikasi dan dia selalu bercerita padaku soal teman temannya.

Aku tidak bisa memungkiri bahwa Zie tumbuh menjadi gadis yang begitu manis dan cantik serta Postur tubuh yang indah. Tidak jarang jika Zie di incar banyak laki-laki.
Heran, bagaimana bisa dia mendapat pria tampan di sekolahnya itu.

"Jadi, sudah berapa lama kamu pacaran sama keponakan saya, Jul?" Tanyaku pada pria yang sedang duduk di hadapanku dengan menunduk takut-takut melihat wajahku.

"Sudah 2 tahun Aunty" jawab Zie

"Aunty tidak tanya ke kamu Zie! Kunci mulutmu sayang" ucapku pada gadis cantik di hadapanku ini "tolong ambilkan ponsel aunty di kamar ya" lanjutku

"Sudah jalan dua tahun tan" ucap pria pirang itu.

"Panggil Aunty saja ya jul"

"Ii--iiyaa Aunty"

"Kamu sekolah dimana?" Tanyaku lagi

"Di SMA Mestin aunty"

"Satu sekolah sama Zie?"

"Iya".

"Ini handphonenya aunty" ucap Zie dan kemudian aku menelpon bayi besarku

"Sudah sampai Indonesia?"

"Sudah. Kau kemari sekarang bisa?"

"Tentu saja. Rumah mama kan?"

"Iya sayang"

"Aku berangkat sekarang"

"Hati-hati"

Tutt..tutt..tut

"Siapa Aunty?" Tanya Zie padaku

"Uncle Dave" jawabku

"Uncle Dave? Itu siapa?"

"Calon suami auntymu nak" ucap mama

"Aunty mau nikah?" Tanya Zie dengan polosnya

Aku tertawa dan mengangguk

"Yah, aunty.. nanti aunty pasti lupa sama Zie" ucap gadis itu

"Kan ada aku zie, auntymu juga butuh pendamping" ucap pria pirang itu.

"Tapi kan nanti aku gak di perhatiin sama Aunty!"

Melihat pelakuan Julian ke Zie membuat hatiku menghangat.

Aku selalu berdoa agar Zie tidak mengalami kisah cinta pahit sepertiku :)

END

💜

My Diary [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang