Gadis yang tengah meneguk satu gelas es teh manis itu terhenti kala deringan telpon masuk memenuhi Indra pendengarannya, mengernyitkan dahi kala melihat nama kakak kandungnya terpampang jelas di layar ponsel. Ia mendiamkannya, malas untuk meladeni ucapan-ucapannya yang pasti terdengar seperti omong kosong bagi Afsa. Namun deringan kedua kalinya membuat Afsa muak dan segera mengangkatnya."Apa sih Bang?!" Gertak gadis itu sembari mengacak rambut panjangnya.
"Ummi sakit, ke rumah sakit Cempaka sekarang"
Sambungan telpon terputus setelah kalimat itu terucap, Afsa dengan cepat meraih kunci motornya lalu berlari menuju parkiran. Ia bahkan tak tahu mengapa reaksi tubuhnya sangat cepat detik ini. Melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, gadis itu berhasil sampai di rumah sakit hanya dalam waktu sepuluh menit. Dengan tergesa, Afsa berlari menuju ruangan yang sudah diberitahu kakaknya itu. Air matanya mengalir begitu saja saat melihat tubuh Umminya terbaring lemas dengan alat bantu pernafasan.
"Ummi kenapa, Bang?"
"Asmanya kambuh lagi, kamu kemana aja si Sa? Abang cariin kamu dari kemarin!" Ikram terlihat frustasi melihat adiknya yang kini berubah.
"Lo bisa ga si jangan bahas hal itu pas Ummi lagi gini?!" Afsa balik membentak sembari menatap nyalang manik mata Ikram. Lalu pergi ke dalam ruangan dan duduk menemani Umminya.
****
Afsa membantu menyuapi Umminya makan, dan menemaninya. Hati kecilnya tak bisa berbohong jika
sebejat-bejatnya dia, dia akan tetap pulang jika Umminya membutuhkannya."Saa.." Umminya memanggil pelan.
"Kenapa Ummi?"
"Mau ya masuk Pesantren?"
Tak! Suara sendok yang terjatuh dari tangannya membuat suasana ruangan hening. Afsa mengambil sendoknya, lalu terdiam.
"Kenapa Ummi ga bisa menghargai apa yang Afsa ingin?" Tanyanya.
"Nak, apa yang menurut kamu baik belum tentu di mata Allah baik. Balapan memang tak salah, namun jika itu mengubah dirimu jadi lebih buruk, kenapa nggak di tinggalkan?"
"Ummi.., Afsa punya pilihan hidup sendiri. Afsa nggak mau di atur-atur" Ucapnya lalu berjalan pelan keluar ruangan.
Belum sempat kakinya keluar dari ruangan, ucapan Umminya lagi-lagi menghentikannya.
"Terakhir, ini permintaan terakhir Ummi, Afsa. Ummi nggak pernah minta apapun dari kamu, tapi ini pertama dan terakhir hal yang Ummi minta" Afsa terdiam, mencerna setiap kata yang Umminya ucapkan.
"Setelah itu, kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau" lanjut Umminya yang membuat Afsa menumbangkan hal itu.
Dia terdiam, lalu berseru, "Oke, kalau itu yang Ummi mau. Ini terakhir"
***
Afsa terdiam sembari menghela nafas lelah, ia menatap bangunan Pesantren yang akan menjadi tempat baru baginya. Ia menatap penampilannya sejenak, gamis dengan jilbab lebar menjadi pelengkap penampilannya sekarang. Ia bahkan tak percaya, bahwa dirinya kembali seperti Afsa yang dulu.
"Sial, gue nyesel bilang mau sama Ummi" Umpatnya.
"Afsa, ayo masuk, Nak!" Panggil Umminya yang sudah ada di halaman Pesantren.
Dengan langkah malas, ia mendekati Umminya. Ia di perkenalkan kepada ibu asramanya yang akan menjadi orang yang mungkin akan membantu hidupnya disini. Ia di bawa ke salah satu kamar, dan menata barangnya disana.
"Nggak ada AC, lemari kecil, ruangan ga terlalu luas. Tidak ramah, bintang satu" lirihnya pelan.
Beberapa penghuni kamar turut berkenalan dengan Afsa, saling mengobrol walau sebenarnya Afsa sedikit canggung.
"Kamu sebelumnya sekolah dimana?" Tanya salah satu teman barunya, Rumi.
"Di SMA 01 Jakarta" Jawabnya singkat.
Umminya berpamitan untuk meninggalkannya disini, dia tak akan menangis, paling hanya meminta cuan yang melimpah. Dia mengedipkan sebelah matanya sembari menyodorkan telapak tangannya.
"Biar Afsa sehat, Ummi"
Umminya hanya terkekeh, lalu memberikan beberapa lembar kertas berwarna merah.
"Kamu bisa titipin di Ustadzah Laila, ibu asrama yang tadi kita temui" Ucap Umminya yang hanya di angguki Afsa. Namun dalam hatinya Afsa tak ingin menitipkannya, karena nanti uangnya akan terbatas.
Ia tidak bisa foya-foya nantinya.Hi semuanya! Udah lama bangett ya:")
Jangan lupa vote dan komen ya! Itu berarti banget buat aku.
Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
AFSANA [Revisi]
Teen FictionAfsana Fadwa Rafiqah. Dia adalah anak dari seorang ustadz. Jadi tak heran, jika dia terlihat sangat ta'at pada Tuhan maupun orang tuanya. Kehidupan sejak kecilnya yang selalu dibalut dengan agama membut dia menjadi gadis muslimah yang baik. Namun, s...