Chapter 3

1.8K 140 0
                                    

"Berhubung tim C adalah kelompok dengan aggota terbanyak, kami memutuskan mengirim sebagian dari tim untuk ikut dengan Fei dan Jack agar bisa membantu tim D yang sedang terdesak." Jennie menghembuskan napas kasar, "Itu sebabnya kami tadi cukup kewalahan menghadapi pasukan The Dark Angel yang ternyata berjumlah di luar dugaan," lanjutnya.

"Berarti sebagian dari tim C berada di sisi barat, sedangkan satu-satunya pintu keluar darurat hanya ada di sisi timur. Bukankah itu sama saja dengan bunuh diri?" Taehyung semakin bingung.

"Kita tak punya banyak waktu untuk memikirkan itu semua. Yang terpenting, kita harus bergegas menuju pintu itu secepatnya," sela Kyuhyun.

*****

"Kau yakin ini pintunya, Kyuhyun-ssi?"

"Ya, aku sangat yakin, Jungkook-ssi."

"Bagaimana kalau ternyata pintu ini sebenarnya sebuah jebakan?"

"Itu tidak mungkin, Taehyung-ssi. Aku sudah mempelajari setiap detail tempat ini, jadi aku tak mungkin salah."

Taehyung, Jungkook, dan para anggota tim C kini berdiri di depan sebuah pintu besi dengan ukiran lingkaran mirip kemudi kapal pada bagian tengahnya. Kyuhyun-lah yang menuntun mereka semua kemari. Kyuhyun sebenarnya bukanlah seorang agen FBI, dia adalah anggota kepolisian setempat yang ikut bergabung dalam misi ini. Sebelumnya, Kyuhyun sudah beberapa kali memasuki tempat ini saat mengejar penjahat buronanannya. Dulu tempat ini bukanlah markas The Dark Angel, melainkan hanya bangunan tua yang kosong. Itu sebabnya ia di pilih untuk membantu para agen karena sudah berpengalaman.

"Apa pintunya bisa di buka?" tanya Jennie kepada sang ketua tim.

"Dulu sangatlah mudah membukanya. Tapi sekarang? Mari kita coba." Sambil memapah tubuh Taehyung, Kyuhyun berjalan mendekati pintu itu. Ia menatap setiap detail pintu tersebut. Ada yang berbeda.

"Lihat! Kurasa kita membutuhkan password untuk membukanya."

Kyuhyun menoleh kepada Taehyung. Benar. Nampak sebuah layar monitor kecil dan beberapa tombol keyword disana. Itu adalah ciri-ciri sebuah sistem keamanan otomatis. Pantas saja ia melihat ada yang ganjal. Pintu itu dulu hanyalah sebuah besi berkarat yang mudah untuk di buka, The Dark Angel ternyata begitu ulung memainkan taktiknya. Mengganti pintu itu dengan pintu yang memiliki jaringan sandi otomatis, maka hal itu membuat keadaan semakin sulit bagi seluruh tim penyerbuan.

"Akan kucoba untuk mengatasinya." Jungkook bergerak maju ke sisi Taehyung. Ia mengamati setiap inci dari jaringan keamanan otomatis tersebut. Dalam hal seperti ini, Jungkook-lah ahlinya, ia sangat pandai meretas jaringan yang terhubung dengan kabel.

Duarr...

Salah seorang dari tim C langsung tergeletak bersamaan dengan bunyi nyaring yang terdengar. Semua orang disitu tersentak. Mereka semua berlari mencari tempat berlindung masing-masing. Sedangkan Taehyung, Jungkook dan Kyuhyun--mereka nampak kebingungan karena berada di balik dinding, terhalang untuk bisa melihat.

"Ada apa ini?" tanya Kyuhyun.

"The Dark Angel. Kita diserang!" jawab Jennie sambil mencengkeram erat pistonya.

"Jungkook-ssi, cepatlah retas jaringannya! Pintu harus segera di buka!" perintah Kyuhyun dengan nada tergesa-gesa.

"Baik." Jungkook mengangguk dan mulai menekan beberapa tombol keyword di hadapannya.

"Aku akan ikut denganmu untuk menyerang, Kyuhyun-ssi." Taehyung mulai mempersiapkan senjata laras panjang yang tadi di ambilnya dari mayat pasukan The Dark Angel.

"Kau disini saja, melindungi Jungkook. Aku akan menuju barisan depan sana untuk mengatur timku."

Kyuhyun menyandarkan tubuh Taehyung di dinding. Tatapan matanya mengisyaratkan sebuah kode. Taehyung mengangguk menerima kode tersebut. Kyuhyun segera bergegas menuju ke arah jejeran rak besi di depan sana. Ia mulai membalas setiap serangan dari musuh-musuhnya itu. Baku tembak lagi-lagi tak dapat terelakkan.

"Sial!"

Lagi-lagi yang di lihat Jungkook pada monitor itu hanya tulisan merah 'Password Failed'. Sudah beberapa kali ia mencoba, tetapi belum ada hasil. Suara dentuman-dentuman keras itu sangat mengganggu konsentrasinya. Baku tembak nampaknya masih berlangsung sengit.

Jungkook berusaha tak menggubris suara nyaring yang menggema di telinganya itu. Ia mencoba berkonsentrasi sebaik mungkin. Dengan keahlian yang dimilikinya, mustahil jika pintu itu tak bisa dibuka oleh dirinya.

"Akhirnya. " Jungkook tersenyum melihat tulisan hijau pada monitor kecil di hadapanya itu. Dia berhasil, password diterima! Pintu akhirnya perlahan terbuka secara otomatis.

Saat Jungkook hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba ia mengurungkan niatnya itu. Ia menyadari sesuatu yang aneh. Keadaan menjadi sunyi. Baku tembak sepertinya telah berhenti. Apa timnya telah berhasil menghabisi pasukan The Dark Angel?

"Mau kemana, Manis?"

Suara berat yang terdengar garang itu membuat Jungkook segera tersadar. Ia tercekat, tubuhnya seakan membeku. Jungkook merasa kalau ada sebuah senjata tertodong di belakang kepalanya. The Dark Angel. Tak salah lagi.

"Kau tak bisa pergi dari tempat ini dengan begitu mudah." Suara garang itu lagi-lagi terdengar.

Jungkook menghela napas panjang. Ia tak bergerak sedikit pun dari posisinya. Diam-diam, ia meraih pistol FN Five SeveN miliknya.

Dalam hitungan detik, Jungkook membalikkan tubuhnya dan reflek menendang tubuh pemilik suara garang itu. Saat pemilik suara itu tersungkur, ia langsung menarik pelatuknya. Pria itu kini terkapar di lantai.

Duarr...

Jungkook melompat ke kiri, menghindari sebuah tembakkan yang tertuju ke arahnya. Pria berkepala botak itu tak terima temannya di robohkan. Pria itu menatap tajam Jungkook yang berhasil lolos dari serangannya.

Jungkook memasang kuda-kuda. Dengan pistol yang masih di genggaman, pandangannya fokus menatap lawan. Ia berkonsentrasi sewaspada mungkin.

Pria berkepala botak itu tersentak saat Jungkook melompat ke arahnya. Ia lantas menarik pelatuknya. Tetapi Jungkook bergerak lebih cepat. Sebelum peluru melesat, Jungkook ternyata sudah memelintir pergelangan tangan pria botak itu hingga akhirnya timah panas tersebut hanya mengenai permukaan dinding di sebelahnya.

Pria botak itu menjadi semakin geram. Tanpa disangka-sangka, ia menjegal kaki Jungkook dengan begitu kuat. Hal ini membuat Jungkook kehilangan keseimbangannya.

Duarr...

Jungkook berguling ke samping menyadari pria botak itu lagi-lagi menarik pelatuk. Dengan napas terengah-engah, ia kembali berguling saat pria itu menembakinya bertubi-tubi. Hingga akhirnya, Jungkook berada tepat di depan pria itu. Menyadari hal itu, ia langsung menjegal kaki lawannya dan menendangnya. Pria itu terjerembab membentur tumpukkan kayu. Jungkook bangkit dari posisinya, lalu meraih salah satu balok yang ada. Tanpa memandang kasihan, ia langsung membeturkan kayu tersebut dengan keras, membuat kepala pria botak itu berdarah-darah.

Brakk...

Jungkook tersungkur dari posisinya, membentur dinding cukup keras. Seketika kepalanya berdenyut-denyut. Ada darah yang mengalir di sudut bibirnya. Kepala Jungkook menengadah ke atas merasakan ujung rambut bagian belakangnya tertarik ke bawah. Seorang pria gondrong bertubuh kekar berdiri sambil menjambak rambutnya. Jungkook mengarahkan pistolnya kepada pria itu diam-diam dan bersiap untuk menendang. Tetapi tiba-tiba pria itu menggertak dan menghempaskan pistol milik Jungkook. .

"Arrgghh.. " Jungkook mengerang, merasakan pergelangan tangannya begitu sakit. Pria itu menginjaknya. Jungkook melotot bersamaan dengan suara patahan tulang yang terdengar.

Pria itu lalu meraih tubuh Jungkook, kembali melemparkannya ke sisi dinding yang lain. Jungkook berteriak kesakitan. Rasa perih seakan menjalar ke seluruh tubuhnya. Kepalanya semakin pening. Dan kini bola matanya kembali melebar. Di Hadapannya, Taehyung terduduk tak berdaya dengan perut yang mengeluarkan banyak darah.

"Taehyung Hyung." Jungkook terperangah melihat keadaan kekasihnya itu. Ia melihat, perut bagian kiri Taehyung telah tertembus tajamnya pisau. Sial sekali. Bahkan rompi anti peluru nyatanya tak terlalu berguna dalam keadaan seperti ini.

To be continued

Danger! (Taekook/Vkook) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang