Three

4.4K 677 13
                                    

Renjun sudah berada di depan pagar rumahnya. Ia memegang luka cakaran pada wajahnya.

Masih takut jika sang Mama bertanya. Bagaimana Renjun harus menjawabnya? Tercakar oleh kucing? Mungkin dapat dipercaya sang Mama, tapi tak mungkin ia harus berbohong kepada sang Mama.

Renjun menghela napas, mencoba mentralkan detak jantungnya yang dari tadi berdegup kencang, ini akan menjadi yang pertama kalinya untuk membohongi sang Mama; Renjun adalah anak yang baik.

Membuka pagar. Sesampainya di depan pintu rumahnya, Renjun melepas sepatu.

Ketika membuka pintu, Renjun mendengar suara batuk dari arah dapur. Ia terkejut. Mama!

Renjun melempar tasnya ke lantai, berlari kencang ke arah dapur. Ia sangat khawatir.

Renjun berhenti saat sampai di dapur, melihat Mama-nya tengah terbatuk di kamar mandi.

Renjun mendekati sang Mama.

"Mama. Kau baik-baik saja?" Ujar Renjun khawatir.

Sang Mama menatap Renjun.

"Njunnie." Sang Mama tersenyum lemah.

"Mama. Kau yakin baik-baik saja?" Ulang Renjun.

Sang Mama mengangguk.

"Tapi Mama batuk tadi. Njun khawatir."

"Mama tidak apa-apa, Njunnie."

Sang Mama terbatuk lagi.

"Mama! Kau benar-benar dalam keadaan tak baik."

"Njunnie." Suara sang Mama terdengar lemah.

"Hiks. Mama.." Renjun mulai terisak pelan.

Sang Mama terjatuh.

"MAMA!" Tangis Renjun pecah.

"Hiks, Mama! Hiks!"

"Tenang Njun -uhuk -nie. Mama tidak apa-apa, ini hanya batuk kecil."

"Mama! Jangan sepelekan penyakit apapun itu!" Ucap Renjun dengan matanya yang memerah.

Renjun merangkul sang Mama. Membawanya ke sofa. Kembali ke dapur guna mengambil air minum untuk sang Mama.

"Mama.. minum," ujar Renjun seraya menyodorkan segelas air putih.

Sang Mama meminum air putih yang diambilkan oleh putra-nya.

"Mama. Mama tidak memakan makanan tak sehat selama Renjun tidak dirumah, 'kan?"

Sang Mama mengangguk.

"Syukurlah. Ingat, tubuh Mama masih terlalu lemas, Mama hanya boleh memakan makanan yang sehat!" Pinta Renjun.

Sang Mama tersenyum, "Kau bukan dokter, Njunnie."

Renjun cemberut. "Mama! Njun hanya mengingatkan."

Sang Mama tertawa pelan, "Baiklah. Putraku yang manis."

"Aku tampan!"

"Oh ya? Tetapi jika Mama lihat-lihat tidak ada unsur tampan dalam dirimu."

"Mama! Aku tampan! Aku tampan! Aku tampan! Tidak ada pengecualian!"

"Baik-baik, putra Mama yang tampan. Dan juga sangat manis."

"MAMAA!!"

Sang Mama tertawa. Memang menyebalkan saat sang Mama menyebutnya 'manis'. Tetapi tak apa, asal ia bisa tertawa bersama sang Mama.

"Ah, Renjunie?"

"Iya, Mama?"

"Ada apa dengan wajahmu?"

Triumph || Jaemren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang