Two

5.5K 708 52
                                    

"Njun-ah," panggil sang Mama.

Renjun hanya diam, memang akhir-akhir ini Renjun suka melamun, hingga membuat sang Mama terheran. Apakah putranya itu sedang ada masalah? Batin sang Mama.

"Huang Renjun." Sang Mama memanggil lagi Renjun dengan nada lembut.

Renjun tersentak, "A-ah. Ada apa, Mama?"

Sang Mama menghela napas, "Kenapa kau senang melamun, hm? Kau ada masalah? Ceritakan kepada Mama."

Renjun tersenyum lembut, sembari mengusap tangan sang Mama.

"Tidak. Maksudku, Njun tidak tau kenapa akhir-akhir ini suka melamun."

"Jangan dibiasakan." Sang Mama menggerakan tangannya; mengusap lembut helai halus Renjun.

"Baiklah. Hm, sudah waktunya untuk tidur," ucap Renjun setelah melihat jam dinding dan melihat jarum panjang itu menunjukan angka 8; sekarang pukul delapan malam.

"Mama tak mengantuk, Njunnie." Seperti anak kecil, sang Mama mengerucutkan bibirnya yang agak kering.

"Mama, tidak baik jika Mama tidur lebih dari pukul delapan."

Lagi-lagi sang Mama menghela napas; kecewa.

"Baiklah."

Renjun tersenyum, "Tetapi biarkan aku berjalan sendiri," lanjut sang Mama.

Kening Renjun mengernyit, memang setiap malam Renjun selalu membantu sang Mama pergi ke kamar; seperti merangkul, bahkan memeluk lengan sang Mama.

Renjun mengangguk, mengiyakan ucapan sang Mama.

>~<

"Selamat tidur, Mama. Mimpi indah." Renjun mengecup pipi sang Mama.

"Kau juga Njunnie."

Renjun menutup pintu kayu itu pelan.

Renjun pergi ke kamar mandi untuk menyikat gigi.

Sesampainya di kamar, Renjun tak langsung tidur.

Ia pergi sebentar ke balkon kamarnya; sekedar merasakan dinginnya angin malam.

Renjun mengingat kejadian siang tadi di sekolah; ia tersenyum.

Tadi siang Jaemin berbicara kepadanya, dan yang paling penting. Tersenyum kepadanya.

Ya. Untuk pertama kalinya, Jaemin tersenyum. Mungkin jika mengajaknya berbicara itu hal yang biasa; karena Jaemin memiliki jiwa bersahabat, jadi pasti ia sering mengobrol banyak dengan teman-temannya. Tapi jika tersenyum. Entahlah, mungkin Renjun terus-terusan memikirkan lelaki itu.

Ini semua terjadi saat tadi saat istirahat di sekolah. Jadi, saat tadi Jaemin disuruh untuk mengumpulkan tugas sejarah anak kelasnya.

Dan tentu saja Jaemin harus menemui semua murid di kelasnya; dan pasti ia akan menemui Renjun.

Jantung Renjun mulai bertambah cepat saat Jaemin mendekat kearahnya; mungkin inilah saatnya.

Renjun mengalihkan pandangannya ke buku, berusaha tak menyadari Jaemin yang semakin mendekat.

"Huang Renjun. Kumpulkan tugas sejarah-mu."

Renjun mendongak, jantungnya semakin beroperasi saat menatap netra sewarna obsidian itu.

"Hey, Huang Renjun!" Teriak Jaemin saat dirasanya Renjun tak merespon.

"Eh? I-iya." Renjun segera mengambil buku sejarahnya di dalam tas dan menyerahkan kepada Jaemin.

Triumph || Jaemren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang