Seven

6.7K 662 153
                                    

Manik coklat tua milik Renjun membulat, juga kedua pipinya yang perlahan terasa menghangat.

Detak jantung yang berdetak lebih keras dari biasanya, serta kedua kakinya yang dirasa sudah tak bisa menopang beban tubuhnya sendiri.

Jemari Renjun meremat kencang bagian samping celana saat Jaemin semakin memajukan wajahnya.

Saat ini mereka berada dikelas mereka.

Masih teringat dalam kepala Renjun, saat ia hendak berjalan keluar kelas, ia merasa tangannya ditarik begitu saja oleh seseorang.

Tubuhnya didorong hingga punggungnya menempel pada papan putih itu.

Tangan Jaemin dengan gesit mengurung Renjun diantara papan putih dan tubuhnya. Jaemin dapat melihat pipi lelaki didepannya yang perlahan terlihat rona merah samar.

Renjun merasa tenaganya hilang begitu saja saat bibir merah Jaemin menyentuh bibirnya dengan lembut.

Yang terjadi setelah itu adalah Jaemin yang memegang kedua sisi pinggang Renjun dan menutup matanya; menikmati pagutan bibir mereka.

Jaemin mencoba untuk menggerakan bibirnya perlahan, memberikan lumatan-lumatan kecil dan hal itu membuat Renjun tidak nyaman, tetapi ia memaksa untuk menutup matanya.

Renjun merasa aneh akan pagutan itu. Dan matanya kembali terbuka cepat saat mengingat bahwa ini adalah ciuman pertamanya.

Tubuhnya menegang saat dirasa gigi Jaemin menggigit kecil permukaan bibir bawahnya.

Renjun sama sekali tidak mengerti cara berciuman, ia pun tidak tau apa maksud Jaemin menggigiti bibir bawahnya.

Jaemin melepas pagutan mereka, melihat Renjun yang menutup mata sambil mengambil napas dengan teratur.

Renjun kembali membuka mata saat merasakan bibir Jaemin menyentuh keningnya.

Ia mengecup kening Renjun cukup lama. Entah mengapa hal itu membuat jantung Renjun tidak berdetak dengan cepat seperti tadi.

Saat melepas kecupannya, Renjun memandang kearah mata Jaemin. Jaemin hanya membalas tatapannya dengan tersenyum dan mengusap surai lebat Renjun dengan lembut, menyebabkan rasa nyaman dan membuat Renjun ketagihan dengan sentuhan tangan Jaemin di kepalanya.

"Aku mencintaimu." Mata Renjun kembali membulat terkejut dengan ucapan lelaki didepannya barusan.

"A-apa?"

Jaemin mengusap pipi Renjun yang kembali merona, "Kubilang aku mencintaimu, Huang Renjun."

"K-kau mencintaiku?" Renjun menatap Jaemin dengan tatapan berharap serta memuja.

Seketika Jaemin menyeringai, menatap Renjun remeh. "Bangunlah Huang Renjun."

Renjun mengerjap pelan, ia tak mengerti.

"Kubilang bangun. Berhentilah menyukaiku, karena aku tidak menyukaimu sedikit pun." Raut wajah Jaemin berubah datar.

"J-jaemin," Renjun menatap Jaemin takut. Ini tidak seperti Na Jaemin.

"Jaemin? Huang Renjun, berhenti mengigau. Sekarang bangunlah." Usapan di kepala kembali Renjun rasakan, serta suara sang Mama yang tiba-tiba terdengar.

Tunggu! Mama?

Mata Renjun terbuka, kemudian yang ia lihat kemudian adalah atap kamarnya lalu wajah sang Mama yang menunjukan raut khawatir.

Renjun tetap berbaring pada ranjangnya dan menatap wajah sang Mama dengan raut kebingungan.

"Njunnie. Ada apa denganmu, hm?" Sang Mama duduk di tepi ranjang miliknya dan mengusap surai Renjun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Triumph || Jaemren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang