Remaja {03Juni 2008}

41 10 3
                                    

     Kota Banyuwangi, 03 Juni 2008

    "Kebahagiaan datang untukmu, namun tidak selamanya bersamamu. Terkadang menghilang begitu cepat, kemudian kembali.~AD"
    
     Gadis remaja ini sedang tertawa lepas bersama ayah, ibu, dan kakaknya. Senyum indahnya membuat ayah, ibu,  dan kakaknya terasa hangat di dalam hati mereka. Gadis ini memutari sebuah pohon dengan senangnya, seakan waktu pada saat itu hanya terisi kebahagiaan. Gadis remaja itu bernama Adrea Desya.

   "Desya, jangan memutari pohon terlalu banyak. Kamu belum sembuh total nak, ayo sini sama papa, mama, dan kak Kafel." teriak mamanya sambil melambai - lambaikan tangannya ke arah Desya.
   

    Desya hanya menoleh kepada sang mama dan menjawabnya dengan senyuman. Namun, Desya tetap saja berlarian mengelilingi pohon. Tidak lama kemudian Desya tersandung akibat ranting pohon. Kepala nya terbentur di batu yang besar di sebelah pohon.
Pandangan Desya kabur lalu dia tidak sadarkan diri. Kakak Desya menengok ke arah pohon, ia melihat adiknya tergeletak dengan kepala berada di atas batu.

    "Desya!!!!" teriak Kafel

    Teriakan Kafel membuat mama dan papanya terkejut dan tentunya menengok ke arah Kafel berada. Tidak butuh waktu cukup lama papa dan mama Desya segera menghampiri Kafel yang sedang membopong Desya.

   "Inalillahi, Desya kenapa kamu bisa begini nak? Hiks..." tanya ibunya sambil menangis. Namun sayang Desya sudah terlanjur tidak sadarkan diri.

    Mobil keluarga Desya melaju cepat menuju rumah sakit, muka Desya semakin lama semakin memucat. Ibu Desya tidak berhenti menangis.

    Sesampai di rumah sakit Desya segera masuk keruangan ICU. Keluarga Desya menunggu diluar dengan keadaan cemas. Kesedihan mulai bergelayut kembali seperti insiden 3 bulan yang lalu.

    "Ma, mama yang tenang dulu. Desya pasti baik-baik aja ma, percaya deh sama kakak. Sekarang mama cukup berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan Desya." kata Kafel sambil memeluk mamanya.

    "Mama takut nak. Hiks... Mama takut dia Kenapa-kenapa seperti insiden 3 bulan yang lalu."

    "Mama serahin ke Tuhan saja, Tuhan pasti mempunyai rencana baik dibalik insiden ini." kata Kafel sambil mengelus punggung mamanya.

    Cukup lama menunggu dokter keluar dari ruangan ICU. 1 jam kemudian dokter pun mulai keluar.

    "Alhamdulillah,  anak ibu dan bapak baik-baik saja. Tetapi anak ibu dilarang terkena benturan kembali karena ini bisa membuat tulang tengkoraknya bisa pecah. Dan satu lagi untuk saat ini anak ibu mengalami amnesia, saya harap bapak, ibu, dan masnya untuk membantu memulihkan ingatannya." kata Dokter itu sambil menatap ibu Desya dengan iba.

    "Alhamdulillah pa, tapi anak kita bagaimana pa? Anak kita amnesia pa, mama takut amnesia butuh waktu cukup lama untuk mengingatnya kembali. Apa yang harus kita lakukan pa?. Hiks..." tanya Ibu Desya sambil menangis.

    "Ma yang sabar, pasti ada jalannya. Kita harus melakukan apa yang dianjurkan oleh dokter." jawab papa Desya sambil memeluk istrinya yang sedang menangis itu agar lebih tenang.

    "Ma, pa,  ayok masuk. Kita lihat keadaan Desya." ajak Kafel.

    Diruangan ICU terlihat seorang gadis remaja yang sedang tertidur pulas akibat insiden tadi. Didalam mimpinya ia tersenyum dengan senangnya. Di alam nyata keluarga Desya menunggu dengan setia agar Desya sadarkan diri.

    Tak lama kemudian Desya membuka matanya, ia melihat tembok bernuasa warna putih salju semua. Dan ia merasa bingung dengan seseorang yang berada di sampingnya.

Kota SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang