Ego Manusia

36 9 2
                                    

      Kota Banyuwangi, 05 Juni 2008

     "Disana aku bertemu, pertama kali membuat cerita yang telah usai. Tempat memiliki kisah yang menyudahi semua tanpa arti.~AD"

     Sudah 3 hari berlalu...
Gadis ini masih berada di ruangan berdinding putih salju, aroma khas setiap harinya ia hirup.

     Desya mendengar keributan di luar kamar nya. Ia pelan-pelan beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke tempat suara bising itu. Saat Desya membuka pintu pertama kali yang ia lihat adalah seorang perempuan paru baya membopong anaknya dan menangis dihadapan dokter.

     "Permisi, kalau boleh tahu ibu itu kenapa menangis kepada seorang dokter? Dan ada apa dengan anak yang di bopong oleh ibu tersebut?" tanya Desya dengan ramah.

     "Aduh nak, kasian ibu itu. Anak beliau memiliki penyakit kanker stadium 2, namun dokter tidak bisa membantu ibu itu nak. Penyebabnya adalah ibu itu tidak memiliki biaya untuk biaya operasi anaknya." jelas ibu tersebut dengan detail.

    Setelah mendengar ucapan dari ibu tersebut Desya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

     "Manusia kini mulai kejam kepada sesamanya. Hanya karena kedudukan ia harus melihat orang lain sengsara tanpa memikirkannya sedikitpun. Manusia semakin lama semakin memuncak. Namanya juga manusia kali ini semakin bebas untuk berbuat sesuatu dengan keinginan mereka." pikir Desya sambil mengucapkan kalimat tersebut di dalam hatinya. Karena saat dia mengucapkan dia takut jika seseorang mendengar dan mulai tersinggung.

    Desya pun menghampiri ibu tersebut berniat untuk membantunya.

     "Permisi dokter, bukankah seharusnya anda menolong anak dari ibu ini? Dimana hati anda? Anda adalah seorang dokter dimana tugasnya adalah menolong dan menyembuhkan orang yang terserang penyakit. Kenapa anda justru lebih mementingkan biaya dari pada nyawa dari seseorang? Jika anda diposisi ibu ini anda akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan ibu ini. Masalah biaya bisa di atur belakangan. Namun nyawa dari seseorang lebih dipentingkan dari pada biaya pengobatan anak ini." jelas Desya kepada seorang dokter yang kejam dan terlebih lagi mementingkan biaya daripada nyawa dari seseorang.

     "Maaf disini anda hanya seorang pasien, dan anda tidak tahu aturan di rimas sakit ini. Biar saya kasih tahu aturan dari rumah sakit ini, sebelum melakukan operasi salah satu pihak dari keluarga harus membayar biaya terlebih dahulu." jawab dokter itu dengan tegas.

    "Jika itu aturan di rumah sakit ini, saya jamin 100% setelah ini rumah sakit ini akan terkenal dengan seorang dokter yang sangat lebih mementingkan uang daripada nyawa seseorang. Dan tidak akan lama lagi rumah sakit ini akan mengalami krisis keuangan termasuk kurangnya gaji dari seorang dokter."

     Hanya sebuah kebetulan bahwa pemilik rumah sakit ini mengunjungi rumah sakit yang beliau bangun.

     "Ada apa ribut-ribut ini?" tanya pemilik rumah sakit ini.

     "Maaf jika saya membuat keributan disini. Bapak dokter ini sama sekali tidak bisa membantu anak yang sedang sekarat ini. Dokter ini berkata jika mau membantu anak ini pihak keluarga harus membayar biaya operasinya terlebih dahulu. Namun ibu ini masih belum memiliki uang, dan anaknya membutuhkan bantuan dari seorang dokter. Apa ini tindakan seorang dokter? Lebih mementingkan biaya daripada nyawa kehidupan seseorang?" jelas Desya kepada pemilik rumah sakit ini.

      Tentu saja Desya tidak tahu jika ia berbicara dengan pemilik rumah sakit tanpa ada rasa takut sedikitpun. Karena baginya siapapun yang berbicara padanya kini yang terpenting adalah nyawa anak dari ibu tersebut.

     "Maaf atas ketidaknyamanan ini, saya selalu pihak pemilik rumah sakit memohon maaf sebesar - besarnya. Dan saya akan memperbaiki semuanya dengan baik dan menghapus peraturannya. Dokter Han silahkan anda boleh mengoperasi anak ini. Masalah biaya bisa belakangan." jelas permintaan maaf dokter pemilik rumah sakit tersebut.

    "Baik dok saya akan mulai melakukan operasi anak dari ibu ini. Kalau begitu saya permisi mau menyiapkan operasinya." jawab dokter Han dengan sopan. Selayaknya bawahan dan majikannya.

    Dokter Han pun segera meninggal tempat kejadian perkara dan segera menyiapkan operasi. Sedangkan Desya dia masih menetap disana dan berbicara kepada dokter pemilik rumah sakit tersebut.

    "Maaf dok saya membuat keributan disini. Tapi nyawa anak tersebut lebih penting dari apa yang terjadi sekarang. Dan Terima kasih dokter atas pengertian anda." jelas Desya kepada dokter tersebut.

    "Oh tidak masalah, saya terharu melihat anak remaja seperti kamu yang memiliki pemikiran dewasa. Saya juga sadar seharusnya sebagai dokter saya harus lebih mementingkan kondisi pasien daripada biaya. Sekali lagi saya ucapkan maaf dan Terima kasih telah membantu kami semua." jawab dokter itu dengan perasaan menyesal. Entahlah Desya merasa dokter ini telah menyadari sesuatu dari sekian lamanya.

    "Sama-sama dok, kalau begitu saya mau kembali ke kamar untuk istirahat. Dan dokter bisa melanjutkan aktivitas."

    Percakapannya dengan seorang dokter telah berakhir, Desya kembali ke kamarnya.

    "Tuhan apakah ini alasan kenapa aku berada di rumah sakit ini? Ternyata diluar sana banyak sekali orang yang tersakiti. Sama seperti kondisi ku sekarang. Kini aku bersyukur karena aku tidak seburuk apa yang aku kira." ucap Desya sambil memandang langit dari jendela kamarnya.

    Setelah mengucapkan itu Desya kembali istirahat. Dialam mimpi Desya bertemu dengan seseorang, orang asing tepatnya. Wajahnya masih asing, dan terlihat samar.

    "Akan ada seseorang bersamamu, mendampingimu dan bahkan menemanimu sampai nanti." kata orang asing tersebut.

    Desya semakin membingung disana ia tidak tahu apa yang dimaksud orang asing tersebut.

    "Apa yang kamu maksudkan? Aku disini selamanya sendiri. Sudah lama aku kehilangan sosok yang aku percayai. Kenapa bisa kamu mengatakan jika akan ada seseorang?" jawab Desya menjelaskan semuanya kepada orang asing tersebut.

    "Untuk sekarang kamu harus berhadapan dengan ego manusia. Manusia sekarang mulai menggunakan ego mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Kamu tidak boleh menyerah untuk berhadapan dengan ego manusia. Itu pesanku, ingat perkataanku kamu akan menemukan seseorang di sela-sela kamu menghilangkan beberapa ego manusia dengan caramu." pesan orang asing tersebut kepada Desya.

    Desya hanya bisa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban mengerti. Namun kenyataan memang selalu beda.

     Dia sama sekali bingung, "Ada apa setelah ini? Apakah benar akan ada seseorang? Tapi siapa dan mengapa?" Itulah pertanyaan yang dipikirkan Desya dialam mimpinya.
   
     Desya mencari keberadaan orang asing tersebut, sayang nasib berkata lain. Desya tidak dapat menemukannya,  dia menyerah di tengah jalan sana. Dia berasumsi perkataan yg diucapkan orang asing tersebut bisa dikatakan "takdir" oleh manusia sepertinya.

    Desya kembali ke alam nyata, dia membuka matanya pertanda dia sudah bangun dari tidurnya. Desya dapat melihat kakaknya sedang berada disofa sambil tidur.

    "Aku harap mimpi itu hanya sebuah kebetulan, namun jika terjadi mau tidak mau aku harus menerima nya. Semoga itu hal yang baik untukku kedepannya." gumam Desya.

Oke,  kawan-kawan ceritanya cukup sampai sini dulu ya. Silahkan ceritanya dinikmati dan dishare keteman-temannya mungkin ada yg suka.

Jangan lupa vote ya kalau suka dan coment kalian sangat aku perlukan:)

See you kawan❤❤❤
Update lagi tanggal 07/08 July 2019.

Kota SunriseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang