Memori Masa Lalu 1

63 6 2
                                    

"Kamu gak mungkin lupa dengan Satria kan?" Ucap Ibu panti kepada Pelita.

"Aku lupa bu" Ucap Pelita seraya menyelipkan rambut di belakang daun telinganya.

Deg!

Lagi dan lagi, seperti Dejavu, namun kali ini Satria baru menyadarinya.

"Bun apakah dia Lita? Gadis kecil yang dulu selalu menangis dan meminta gendong kepadaku?" Ucap Satria tak percaya seraya menatap Lita yang terus menunduk.

"Iyah Lita Adalah Pelita" Ucap Ibu panti itu seraya tersenyum.

Satria Mendekat ke arah gadis cantik itu.

Kedua temannya tak pernah habis habisnya menatap heran kepada Satria.

Betapa bodohnya Satria bisa melupakan gadis imut nan cantik setelah sebelas tahun yang lalu.

Gadis Kecil yang dulu selalu menemaninya di saat teman teman lainnya mengacuhkan Satria karna sikap dinginnya.

Namun Gadis ini selalu saja tak pernah putus asa untuk mendekat kepadanya hanya sekedar mengobrol.

Saat tepat berada di hadapan Pelita, Satria menangkup kedua pipi Pelita.

"Gue tau lo bohong" Ucap Satria yang membuat Pelita Menangis seketika.

"Mana mungkin Aku ngelupain Kakak Hiks..." Ucapnya Parau.

Satria pun langsung Memeluk Pelita dengan Erat, Betapa rindunya dia kepada gadis lugu ini.

Sebelas tahun yang lalu tepat saat umur pelita 5 tahun dan Satria berumur 6 Tahun.

"Kak?" Panggil Pelita.

"Hem" Jawab Satria Simpel.

"Lita pengen gendong" Ucap Lita tiba tiba.

"Gak mau" Ucap Satria tanpa menoleh.

"Is! Kenapa Kak" Rengek Pelita.

"Lita berat" Ucap Satria asal.

"Mana mungkin" Ucap Pelita tak terima.

"Iya lita berat makannya kaka gak mau Gendong" Ucap Satria yang membuat Pelita semakin Kesal.

"Yaudah Lita mau pergi Ajah! Kak Satlia Jahat!" ucap Pelita lalu benar benar meninggalkan Satria sendirian di kursi taman.

5 Menit Kemudian...

"Huaaaa Kak Satliaaaaaa...!!!  Kakak...!!!" ronta Pelita seraya menghampiri Satria masih di tempat yang sama dengan keadaan kaki sedikit pincang.

"Lita abis ngapain sih?" Tanya Satria khawatir lalu berjongkok dan melihat luka Pelita yang lumayan parah di bagian lutut.

"Tadi naik sepedah telus Jatoh Kak Huaaaa....!!!" Tangisnya semakin menjadi.

"Lain kali Hati hati!" Ucapnya kesal lalu berusaha membersihkan tanah yang bercampur darah di lutut Pelita.

"Hiks...Hiks...Huaaaa...!!!" Bukannya Dia berhenti menangis, dia malah mengeraskan Oktaf suaranya.

"Cepet naik!" Ucap Satria yang sudah berdongkok di depan Pelita.

"Kak satlia mau gendong Lita?" Ucap Lita yang langsung menghentikan Suara tangisnya.

"Hem"

Mau tak mau Satria harus menggendong Pelita sampai di kamar dan mengobati lukanya.

Sampai sekitar 1 minggu Satria Menggendong Pelita, sampai kakinya benar benar sembuh total.

Walau umur mereka masih anak anak namun berbeda dengan Satria yang daya berpikirnya sudah seperti anak Berusia 10 tahun.

"Sekarang Lita bisa jalan sendiri" Ucap Satria lalu menurunkan Pelita.

"Eumm Maacih Kak kalna udah mau gendong lita selama ini, lita kan belat" Ucao Pelita mengingat Ucapan Satria.

"Enggak, Lita ringan ko" Ucap Satria seraya tersenyum.

"Seliusan?" Ucap Pelita senang bukan main.

"Hem"

"Belalti Lita Bisa minta gendong setiap hali dong!" Ucapnya menggemaskan.

"Enggak!" ucap Satria tegas.

"Loh kenapa?" Ucap Pelita bingung.

"Lita masih punya kaki" Ucap Satria simpel.

"Kesel!" ucap Pelita seraya memanyunkan bibirnya.

"Dasar Jelek" Ejek Satria seraya mencubit sebelah pipi Pelita.

"Huaaaa...!" Pelita tiba tiba saja menangis.

"Heheheh" Satria tertawa renyah.

Sebelas tahun yang lalu sebelum Satria di Adopsi oleh keluarga Kaya.

"Lalu apa yang sudah terjadi sampai sampai ngebuat lo jadi kayak gini" Ucap Satria mulai menitikkan air matanya saat melihat keadaan Pelita yang sudah tak dapat melihat lagi.

"Kecelakaan, Dulu Pelita mengalami kecelakaan sehingga membuat dia harus kehilangan penglihatannya" Ucap Ibu panti menjelaskan.

Satria semakin memeluk Pelita dengan Erat, Andai dia masih ada di panti ini mungkin dia bisa menolong Pelita saat hendak terjadi kecelakaan itu, karna hampir setiap saat Pelita selalu bersamanya.

"Maafin Kakak" Ucap Satria Merasa bersalah.

"Ini takdir kak" Ucap pelita di dalam pelukan Satria.

******

Satria melamun di dalam bus angkutan umum.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.12 Sore.

"Sat Jadi dulu lo...?" Ucap Ubay mengantung.

"Iya gue bukan Anak kandung dari orang tua gue, gue adalah orang yang sengaja di buang di panti asuhan dan di Adopsi oleh keluarga Kaya, sekarang terserah kalian mau tetap jadi temen gue atau mau pergi gue gak masalah dan Gak Rugi" Ucap Satria Menjelaskan Tanpa di tanya.

"Ya ampun Sat, Gue mau temenan sama lo bukan karna Lo berasal dari mana" Ucap Bobi lalu menepuk pundak Satria.

"Kita ini sahabat" Ucap Ubay seraya menepuk pundak Satria juga.

"Gue bahagia Punya kalian yang tulus berteman sama gue" Ucap Satria tulus.

"Itu lah Gunanya Sahabat" Ucap Bobi lalu memeluk Satria.

"Meski kadang kadang lo ngejengkelin tapi Lo ya Tetep lo satria manusia angkuh yang pernah gue kenal" Ucap Ubay lalu memeluk Satria juga.

Kini mereka Bertika saling berpelukan.

Indah persahabatan saat tak ada lagi masalah yang di tutup tutupi.

Gunanya persahabatan adalah selalu saling mendukung, melengkapi dan menerima apa adanya.







Jangan Lupa VOTE AND COMMENT yo gengss...

Selamat membaca:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang