MABA

710 95 13
                                    

Memang nasib tidak ada yang tahu. Mamaku sempat marah saat tahu aku kabur ke Prancis dan ikut ujian S2 di sana dan parahnya lagi aku tidak lolos. Setidaknya sekarang aku jadi tahu seberapa pentingnya restu orang tua.

Wah bisa-bisanya aku mengambil nilai kehidupan di sini. Hebat!

Beruntungnya, sebelumnya aku mendapat beasiswa lanjutan meski sudah bosan di universitas lamaku. Yah apa boleh buat.

Aku melepas bagian lengan kanan almamater yang kupakai kemudian mengibaskannya berharap sedikit angin sejuk di tengah lapangan musim panas ini.

"Heh pakai lagi!"

"Hmm.."
Ck, kenapa juga ada anak disiplin di sini.

"Kubilang pakai!"

"Sebentar ya panas," kataku.

Dia menoleh memberi death glare.
"Ini upacara hari pertama maba ya tolong seenggaknya jaga image baik."

Apa sih anak ini kaku sekali.

Aku memakai kembali jas almamater, tidak mau ambil pusing daripada ada kerusuhan di hari pertama ya kan?

"Lihat itu perwakilan maba S1 lagi menghadap rektor," katanya.

Ya terserah saja.

Tapi tunggu,

Aku pernah lihat dia, maksudku maba yang di tengah lapangan itu yang menghadap rektor...

Dia...


"Ma--"

Anak laki-laki di sampingku tadi membekap mulutku. Menghentikan tidakan bodohku yang keceplosan.


***

Aku gemas sekaligus penasaran siapa yang menjadi perwakilan mahasiswa S1 di penyambutan tadi.


Mashiho

8 June 2019

Masih hidup?|

|-__________-
|main blokir
|apa apaan

Today

Gimana kuliah?|

|Kepo

Ck yasudah-,-|
Read

Tapi aku beneran kepo|

|Lihat belakang

Anak ini pasti main prank. Awas saja!
Bodohnya aku menoleh ke belakang, kulihat anak laki-laki berjas almamater S2. Sial, itu laki-laki di sampingku tadi saat upacara.



"Kak!"




"Mashiho!"





Astaga anak itu menutupi badan mungil Mashiho. Aku menghampirinya, adegan selanjutnya kami malah bertos ria.

"Lah kok jadi ke sini? Prancisnya?" Tanyaku.

"Ini nih akibat main blokir-blokir jadi ketinggalan kabarku kan."
Mashiho mendengus masih sok kesal.

"Kenapa juga pake pasang dp hantu?!"

Anak ini malah memamerkan gigi kemudian menjawab, "Malemnya itu buat ngerjaim Hitomi eh keterusan sampai siangnya hehe."

"Sialan!" Seruku.











Takdir apa ini, aku yang awalnya tidak ada niat kuliah ke Prancis malah mati-matian ujian disana bahkan tanpa izin mama dan papa. Mashiho yang mempersiapkan diri jauh-jauh hari malah dan berhasil lolos ke Universitas Strasbourg malah memilih ujian lagi di universitas dalam negeri karena tidak mau meninggalkan sang bunda. Akhirnya kami malah bertemu di sini, kampus lamaku.

"Akan lebih lucu jika Hitomi di sini juga hahaha," aku sedikit tertawa mengingat kami bertiga sering bersama-sama.

Mashiho memutar mata.
"Sayangnya dia memilih kembali ke Korea."

"Sayang sekali... "














"Hei hei! Siapa bilang?"











"HITOMI?!"










Takdir memang selucu itu.
Terima kasih Hii-chan, tetap memilih negara matahari terbit ini, tetep nakal ya hehe.
Terima kasih Ma-shiho, Shiho-ku yang malas belajar tapi lolos ke kampus nomer satu di Prancis. Shiho-ku yang berbesar hati merelakan satu impiannya demi bundanya.

Demi Tuhan aku ingin menanyakan ini pada mama, boleh tidak kujadikan Mashiho sebagai adik angkat?






END

Ma-shihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang