Blackout

741 114 5
                                    

Jadi setelah tante Takata pergi, aku kami lanjut bermain. Mashiho sempat kesal karena bekas arang di pipi kami -aku dan hitomi- sudah terhapus.

"Sekarang belajar aja kalo gitu," bujukku sesantai mungkin.

"Yaudah deh, anak rajin emang gini ya." Mashiho memasang wajah bangganya.


" Mashiho memasang wajah bangganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"RAJIN YOUR HEAD!" -HITOMI's CURSE 2K19

Oke daripada dua anak kucing ini berubah menjadi anjing, lebih baik aku segera mengambil buku catatan Mashiho dan lihat seberapa jauh dia sudah belajar.

Waw terkejut aku terheran-heran, hmm skip!

Catatannya selama ini hanya empat lembar tulisan renggang dengan gambar bunga matahari yang mendominasi.

Muridku ini :')

"Mashiho! Kamu tuh belajarnya gimana? Catetan apaan kayak gini?!" Aku sudah memasang wajah tergarang sebisa mungkin.

Mashiho dan Hitomi yang tadinya saling ejek tiba-tiba menertawakanku dengan kompak.

"Apa-apaan mukamu itu, Kak hAHAHAHA!"

"Duh perutku sampe sakit banget!!"

"Ga pantes galak hAHAHAHA!"









Dan semuanya mendadak gelap.













"Aaaaaaaa!!"

"Haaaaaa mati lampu!"

"Kakkkkk takut!!"

"Hii-chan kamu dimana? Kakak dimana? Jangan pergi kalian!"

Dua anak yang tadinya tertawa itu berubah jadi histeris ketakutan. Tolong ya ingatkan kepada mereka kalau usia mereka bahkan sudah lebih dari 17 tahun. Aku pusing sendiri memikirkan anak-anak milenial ini.

Mereka berdua menggenggam tanganku dan merapat kearahku hingga aku terhimpit di tengah-tengah dua anak tengil.

"Kalian diem dulu deh tenang, ambil hp kalian trus nyalain flashlight-nya!"

Hitomi melepas satu genggaman tangannya lalu meraba-raba nakas sedangkan Mashiho, dia malah mengeratkan genggamannya aku tidak tahu kenapa tapi tangannya terasa dingin.

"Mashiho ..." panggilku pelan.

Hitomi berhasil menyalakan flashlight ke arah kami dan terkejut melihat Mashiho menangis dalam diam.

"Astaga! Mamo kenapa?" tanya Hitomi setengah berteriak.

"... ta-takut ... "

Aku bisa menyimpulkan kalau Mashiho sangat ketakutan. Aku tidak tahu harus bagaimana, ini yang pertama kalinya Mashiho begini.

"Moshi moshi, Mashiho nangis tante ... "

Hitomi berinisiatif menelpon Tante Takata dan entah apa selanjutnya yang mereka bicarakan yang pasti raut Hitomi sedikit tenang menerima penjelasan di seberang.

"Mamo, tenang aja bentar lagi pasti nyala lampunya," ucap Hitomi lembut.

Tangannya ikut mengenggam tangan Mashiho yang masih menggenggam tanganku. Bagaimana menjelaskannya intinya tangan Mashiho menggenggamku sedangkan tangan Hitomi menggenggam tangan Mashiho begitulah.

Akhirnya kami duduk melingkar dan saling menenangkan terutama Mashiho. Aku terus menepuk pelan pundak Mashiho beda lagi dengan Hitomi yang mengusap puncak kepalanya.

Sampai akhirnya tangis Mashiho mereda dan kulihat matanya terpejam sepertinya tertidur. Damai sekali seakan ketakutannya tadi bukanlah apa-apa. Padahal aku dan Hitomi sudah cemas setengah mati.

Rasanya aneh saat Mashiho si anak nakal ini bisa menangis ketakutan karena fobia gelap.

Hei Takata Mashiho, jangan buat kami khawatir lagi kamu itu anak laki-laki, inget dong!

Ma-shihoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang