VI : Perasaan

4.2K 328 71
                                        

Sarah perlahan membuka kedua matanya, ia mengedarkan padangan keseluruh ruangan dan tersadar jika berada di kamar willys. Ingatannya terputar saat ia duduk diatas sofa bersama willys yang sedang tertidur lalu dimana pria itu sekarang?

Sarah bangkit dari ranjang tersebut lalu berjalan keluar kamar, ia menuruni tangga lalu mengambil sebotol air dingin didalam kulkas

"Nona kau baik-baik saja?" Tanya seorang pelayan tiba-tiba yang membuat sarah hampir tersedak.

Sarah menaruh botol air tersebut lalu tersenyum tipis, sepertinya ia harus membuat daftar orang-orang asing yang memperdulikannya "Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku"

Pelayan paruh baya tersebut tersenyum hangat "Kau membawa harapan baru untuk tuan willys. Semua orang mengandalkanmu" ucap pelayan tersebut

Sarah mengangguk lalu duduk dikursi tempat makan tak jauh darinya. Pelayan tersebut pun ikut duduk disamping sarah

"Aku tahu.." ucap sarah pelan

"Aku Ara,kepala pelayan disini. Aku tinggal tak jauh dibelakang rumah, kau bisa menghubungiku jika butuh sesuatu"

"Terima kasih bu ara"

Pelayan yang bernama ara itu kembali tersenyum "Boleh aku memberimu saran?"

Sarah menganggukkan kepalanya bingung, lalu menundukkan kepalanya saat ara melakukan tatapan lekat untuknya. Entahlah, sarah hanya merasa jika itu adalah tatapan kasihan?

"Nak, ada beberapa hal dalam hidup ini memang sulit untuk diterima bahkan dijalani. Aku tidak tahu masalahmu, tapi dengan melihat mata biru laut dan kerutan wajah itu, kau terlalu banyak bersedih didalam hidupmu"

Sarah mencoba mengendalikan perasaan sedihnya. Ia mencoba menahan air mata dan emosinya agar ia tidak terlihat lemah didepan siapapun lagi.

"Kau butuh tempat bercerita untuk mengeluarkan keluh kesah mu"

Kursi tersebut berdecit saat sarah bangkit dari tempat duduknya "Aku harus mencari willys, permisi" pamit sarah lalu berjalan cepat kearah belakang rumah

Sesampainya dibelakang rumah, sarah duduk di kursi taman yang mengarah ke danau kecil. Sekali lagi ia memikirkan ucapan ara yang seolah-olah mengetahui semua masalah sarah.

Dia benar, sarah tidak pernah bercerita pada siapapun tentang masalahnya. Apa benar jika wajahnya mengambarkan semua kesakitannya?. Sarah terlalu sibuk untuk meratapi semuanya, kenangan manis apa yang ia punya? Ia hanya punya satu tujuan terakhir yaitu menyebuhkan willys pasiennya tapi bagaimana jika ada willys lainnya yang harus ia sembuhkan?

"Sedang memikirkan aku?" Tanya willys tiba-tiba duduk disamping sarah dengan secangkir kopi panas ditangannya

Sarah terkikik geli "Kau terlalu percaya diri pak pasien"

Willys ikut tersenyum kecil melihat reaksi sarah "Tak usah malu padaku bu dokter"

"Aku hanya sedang merindukan ibuku, dan kepala pelayan tadi membuatku teringat dengannya" jelas sarah

Willys menyeruput sedikit kopinya lalu menaruh cangkir tersebut disampingnya "Terima kasih untuk yang semalam. Kurasa ada kemajuan didalam diriku"

Sarah menatap willys dalam "Suatu hari obatmu pasti akan habis dan kau harus melawan sesuatu didalam dirimu sendiri pak pasien"

"Aku hanya perlu kau tetap disampingku bu dokter" Ucap willys yang membuat hati sarah berdetak kencang.

Sarah tersenyum tipis "Aku akan selalu ada untukmu sampai kau sembuh pak pasien"

****

"Pak pasien!" Teriak sarah membuat willys yang bekerja diruang kerjanya menggeram kesal.

Willys mendongakkan wajahnya, menatap sarah yang sedang berdiri didepannya dengan berkacak pinggang. Wajah sarah terlihat merah menahan emosi.

"Ada apa? Tidak bisakah suaramu di kontrol?" Tanya willys datar.

"Kenapa kau memindahkan semua barang-barangku kekamarmu? Bahkan semua baju-bajuku ada dilemarimu! Apa kau berniat untuk sekamar denganku?" Kesal sarah

Dalam hati willys terkikik geli melihat ekspresi sarah yang lucu saat marah. Ia kemudian berdehem sebentar "Sudah aku putuskan bu dokter, kita akan sekamar dan seranjang saat tidur. Sebelum tidur, kau wajib menidurkanku terlebih dahulu" jelas willys

Sarah menyilangkan tangan didepan dadanya "Apa kau sudah tidak waras!" Teriak sarah lagi

Willys mengernyit bingung melihat tingkah sarah, oh willys mengerti mungkin dia takut kalau nanti willys akan macam-macam padanya

"Kau ada opsi lain agar aku cepat sembuh?" Tanya willys

"Ya! Ambil pistol lalu tembak kepalamu sendiri" teriak sarah kesal lalu pergi meninggalkan willys sendirian terkikik geli.

***

Ting...tong

"Ada willys?" Tanya seorang perempuan pada pelayan yang membukakan pintu tersebut.

Pelayan tersebut mengangguk lalu mengajak perempuan itu masuk kedalam rumah.

"Nona tunggu disini, aku akan memanggil tuan willys" ucap pelayan tersebut

Perempuan itu memutar bola matanya malas "Kau bercanda? Aku sendiri yang akan menemuinya!" Bentak perempuan tersebut

"Tapi-"

"Willys! Willys!"

Pelayan tersebut hanya bisa menghela napas panjang, dia sudah hafal dengan sikap perempuan itu, stefhani Tyler.

"Willys!" Teriak stefhani menggema didalam rumah

Sarah yang sedang minum didapur hampir saja tersedak mendengar suara perempuan itu.

"Kau?" Bingung stefhani saat melihat sarah berada di rumah willys, stefhani berjalan mendekati sarah dengan tangan terkepal

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya stefhani dengan nada berteriak

Sarah meletakkan cangkirnya, lalu menatap stefhani dengan alis yang terangkat sebelah "Aku bebas berada dimanapun yang aku mau" Tekan sarah

"Kau?! Sudah kuperingatkan jauhi willys tunanganku!" Marah stefhani

"Mungkin kau yang sudah salah disini nona tyler, willys yang memanggilku kesini" Tekan sarah lagi.

"Kau pikir aku percaya? Ayahmu, rumahmu, warisan dan semua hartamu adalah milikku sarah termasuk willys!!!"

Sarah tertawa sinis "kau tidak malu mengambil semua itu padaku stefhani?"

"HAHA, TIDAK! BAHKAN JIKA AKU BISA MELAKUKANNYA LAGI, MAKA AKU AKAN SELALU MELAKUKANNYA HINGGA AKU MELIHAT KEHANCURANMU BERULANG KALI SARAH!" Teriak stefhani

"Jaga mulutmu jalang!" Bentak sarah

Stefhani tersenyum remeh lalu memandang sarah dari kaki lalu ke atas "Apa kau menjadi jalang sekarang? Melayani nafsu pria demi uang dan-"

Plak!

Stefhani memegang pipinya bekas tamparan sarah. Matanya menatap mata sarah yang sudah memerah menahan amarah.

"Apa yang kalian lakukan?"

****

Ada yang kangen gak wkwkw, akhirnya sempet publish juga kan. Sorry readers tercinta, tugas kuliah ku menumpuk itulah mengapa ga sempat sempat buat update.

Buat kalian yang sudah setia menunggu, tenang kalian dapat ciuman online dari mas willys wkwkwk.

Enjoy reading!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nothing Like HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang