Milka kembali lagi ke cafe sona setelah beberapa menit keliling sekitaran komplek rumahnya. Ia hanya mengelabui Gibran ketika mengatakan "aku pulang.", supaya Gibran segera pergi dari cafe itu setelah beberapa menit pertemuan tadi.
Milka masuk dan dilihatnya meja yang sempat diduduki mereka berdua tadi sudah kosong.
Huh..
Milka duduk dimeja itu lagi, bersandar dikursi sambil menghela napas.
"Apa apaan sih gue tadi, lagian Gibran benar kali.." gumamnya.
"Ini semua cuma akal-akalannya Cintya supaya gue berantem sama Gibran." Lanjutnya.
Ia memosisikan tangannya dimeja, mengantuk-antukkan kedua telunjuknya sambil matanya memerhatikan pelayan perempuan yang sedang sibuk memertanyakan pesanan pelanggan lain.
"Mbak." Milka sambil mengangkat tangannya.
Pelayan itu menghampiri Milka.
"Tadi cowok yang sempat ngobrol sama saya, ngambil minuman yang saya pesanin nggak?" Tanya Milka pada pelayan yang juga memerhatikan Milka.
"Oh, diminum sama dia langsung disini kak." Pelayan menjawab dengan senyum.
"Oh.. makasih ya mbak. Kirain diambil lagi sama mbaknya." Milka terkekeh.
"Nggak kak. Kakaknya mau pesan apa lagi?" Pelayan itu ikut terkekeh.
"Yang kaya tadi aja mbak." Milka menjawab dengan singkat sambil matanya melihat sekitaran.
"Ada yang lain?"
"Nggak."
Milka diam, sesekali jarinya dibuat berhantukan dimeja sambil tangannya menyangga dagu.
Ia menunduk, mengingat-ingat percakapannya bersama Gibran tadi.
"Apaan sih, gue lebay banget deh kayanya. Perkara gitu doang gue sampe ngajakin ketemuan." Sambil menyadarkan tubuhnya dikursi lagi. Ia melipat kedua tangannya di atas perut.
Kejadian itu berulang-ulang terlintas dipikirannya, ia merasa sangat kekanak-kanakan karna video yang dikirim Cintya tadi sore.
Lama kelamaan, ia berpikir untuk sebaiknya bersikap lebih dewasa dan sabar itu perlu dalam sebuah hubungan. Karna semua tak bisa terjadi dengan manis terus menerus.
"Milka?" Seorang lelaki membuka pintu kaca cafe dan melihat gadis itu melamun menatap kakinya yang diposisikan tumpuk.
"Mil." Sapa lelaki itu. Ternyata itu hanya Odre.
Milka menoleh lalu membalas senyum.
"Hai, dre."Odre menuju meja yang ditempati Milka, ia duduk tepat didepan Milka.
"Sendirian aja?" Tanya Odre lalu matanya mencari-cari pelayan.
"Iya nih." Jawab Milka singkat.
"Mbak, moccacino satu." Odre yang memesan itu dari pelayan yang belum menghampirinya. Tetapi pelayan itu mengerti dan langsung membuatkan minum untuk pelanggannya.
Odre menatap Milka lagi, Kali ini wajah Milka terlihat murung.
"Kenapa, Mil?" Odre sambil mengerutkan alis.
Milka mengangkat kedua alisnya,
"Hah?""Kok kayanya lagi badmood gitu." Telunjuk Odre menunjuk pada wajah Milka.
"Ah, nggak apa-apa kok." Lalu Milka tersenyum untuk mencairkan suasana.
Odre menunduk, sesekali matanya melihat sekitar cafe itu.
"Masih setengah delapan, tapi kok sepi ya? Nggak serame dulu."
YOU ARE READING
OUR GIBRAN
DiversosGigi berjalan cepat mengikuti Gibran, sesekali ia memanggil nama Gibran. "Gib!" "Gib, tunggu!" Gibran mencoba berlari agar lebih cepat menghampiri Milka. Sayang, Milka langsung menyebrang dan berlari menaiki taksi diseberang jalan. Gibran tertinggal...