"Kalau aku lakuin itu, kita bakal jadi teman nggak?"
Kalimat itu terus menerus berdengung di telinga Milka.
Bagaimana tidak, ketika orang yang kamu rasa saingan kini meminta agar menjadi temanmu.
Tuk
Tuk
Tuk
Cangkir digenggaman diketuk-ketuk pelan gadis yang sedang duduk di depan jendela lantai atas dengan santainya, menikmati rintik hujan yang serasa damai di hati, tepat sekali saat merasakan rindu-rindunya dengan sosok lelaki yang selalu membuatnya tersenyum tiap hari.
Berposisi duduk membungkuk dengan kaki menyilang dilantai. Ia mengingat-ingat saat-saat menyenangkan bersama Gibran hingga membuat ia tersenyum-senyum sendiri.
"Ngapain, Mil?" Suara kalem dan imut itu datang dari belakang tubuh gadis itu, siapa lagi kalau bukan Bundanya Milka.
Gadis itu reflek menoleh ke arah belakang,
"Ha?"
"Kok ha sih.." Bunda langsung duduk berdampingan dengan gadis itu dengan wajah mengernyit.
"Hehehe.."
"Kenapa?" Dengan suara paling kalem sedunia (menurut Milka) Bundanya bertanya lagi pada anak gadisnya.
"Gibran, Bun." Milka menunduk.
Bunda tak banyak respons setelah mendengar itu. Lalu diusapkannya rambut gadis itu.
"Kalau jam segini, dia biasanya main gitar dirumah bareng Ale." Milka tersenyum dengan wajah memelas.
Semakin lembutlah usapan Bunda untuk anaknya itu.
"Kamu jangan terlalu gelisah gitu dong, selalu berdoa untuk keselamatannya aja.."
Hiks
Milka terisak.
"Huusstt.."
"Bunda.."
"Apa?"
"Makasih yaa udah mau jadi temen Milka dirumah."
Bunda tersenyum bahagia. Melihat anaknya senang mempunyai ibu sepertinya.
"Iya sayang."
"Bunda nggak pernah marah kalau tau Milka pacaran."
"Lah? Ngapain marah?"
"Yaa nggak mesti aja ada orang tua yang ngebolehin anaknya pacaran. Ya nggak?" Lalu Milka sedikit ceria kembali setelah bisa mengatakan itu.
"Yaa kan setiap orang tua punya peraturan sendiri untuk anak-anaknya.." Lalu Bunda berhenti mengusap-usap putrinya tersebut.
"Ayah kapan pulang ya, Bun?"
"Besok pulang."
"Horeeee!, Kapan ngabarinnya Bun?"
YOU ARE READING
OUR GIBRAN
DiversosGigi berjalan cepat mengikuti Gibran, sesekali ia memanggil nama Gibran. "Gib!" "Gib, tunggu!" Gibran mencoba berlari agar lebih cepat menghampiri Milka. Sayang, Milka langsung menyebrang dan berlari menaiki taksi diseberang jalan. Gibran tertinggal...