Bab 4. Si Kucing menang banyak

1.5K 167 19
                                    

Jangan lupa meninggalkan vote, komen, saran dan kritik
Publish on. 5 Juli 2023
Selamat membaca ^^

Sapuan lembut di hidung yang tidak berhenti menggelitikinya, membuat Olivia tidak tahan untuk terus memejamkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sapuan lembut di hidung yang tidak berhenti menggelitikinya, membuat Olivia tidak tahan untuk terus memejamkan matanya. Dilihatnya kucing kecilnya sudah duduk manis di atas dada, sembari mengeong pelan mencari perhatian. Olivia mengerang pelan, kesal karena masih mengantuk sekali.

"Mau minta apa?" tanya Olivia dengan suara parau.

"Meong."

Olivia menoleh ke arah nakas, memperhatikan jam yang baru menunjukkan jam enam kurang lima menit pagi. "Tunggu lima menit lagi, Mol. Makananmu bakal keluar sendiri."

"Meong."

"Tunggu aja, Mol."

Dengan malas, Olivia bergelung di dalam selimutnya kembali. Membiarkan Cimoli, kucing Himalayannya memandangi dengan tatapan memelas. Lima menit kemudian, ia sudah tidak merasakan Cimoli di atas tubuhnya. Kucing itu pasti sudah berlari ke arah tempat makan, dengan begitu ia bisa kembali tidur dengan tenang. Tanpa ada gangguan rengekan dari kucingnya yang cerewet.

Barulah saat jam menunjukkan pukul sepuluh siang, Olivia bangun dari tidur. Siang ini tidak ada pekerjaan untuknya, ia bisa melakukan me time sebentar nanti setelah sarapan. Diliriknya Cimoli yang asyik bermain di tepian jendela, memandangi kesibukan kota dari balik jendela. Sepertinya mengajak jalan-jalan kucing kecil itu di taman, adalah pilihan yang tepat untuk me time kali ini.

Selesai makan, Olivia segera memasang tali tuntun untuk kucingnya. Cimoli yang tahu akan diajak keluar, terlihat sangat senang. Jarang sekali Olivia memiliki waktu untuk mengajak Cimoli bermain di luar karena sibuk bekerja. Selain mengurus cafe, Olivia juga menekuni dunia esport moba. Ia juga memiliki jadwal streaming yang cukup padat, sehingga nyaris waktunya untuk bersantai sangat sedikit.

Baru saja ia memutari setengah taman di sekitar apartemen. Cimoli terdengar mengeong sembari menggerakkan ekornya kegirangan. Kucing Himalayan itu langsung berlari ke arah seorang pria yang duduk di kursi taman, tanpa mempedulikan pekikan Olivia yang terkejut dengan ulahnya. Pria itu tampak tertawa melihat Cimoli berlari ke arahnya, diikuti sang pemilik yang mengomel di belakang. Kucing itupun tanpa ragu meloncat ke pangkuan pria tersebut.

"Ih susah deh, kalo punya kucing kecentilan macam Moli," gerutu Olivia yang kini sudah berdiri di depan pria tadi.

"Kucing lo pinter nyari cowok cakep," sahut pria itu sembari mengusap rambutnya, narsis.

"Lagak lo," dengus Olivia.

Pria itu terkekeh, menampakkan barisan gigi putih yang tersusun rapi dan lesung pipit di pipi kirinya. Kalau sudah seperti itu, tidak akan ada perempuan yang meleleh dibuatnya. Sayangnya adegan itu termasuk hal yang langka, bahkan Olivia yang mengenal pria itu selama dua tahun belakangan ini juga jarang melihatnya seperti itu.

Kiss of the EveningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang