Bab 1. Hanya Ingin Pulang

3.5K 216 29
                                    

Jangan lupa meninggalkan vote, komen, saran dan kritik

Publish on. 5 Juli 2023

Selamat membaca ^^

"Akhirnya bisa pulang juga," desah Evant lega

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhirnya bisa pulang juga," desah Evant lega.

Ia merenggangkan tubuhnya sekejap sebelum meraih jas yang tersampir di kursi kerja, barulah ia melangkah ke luar dari ruang kantor. Sambil bersenandung pelan, Evant menghampiri sekretarisnya yang masih sibuk mengetik di balik monitor.

"Ngapain masih sibuk?" tanya Evant mengetuk-ngetuk meja sekretarisnya.

"Emang tadi yang ngasih kerjaan sebanyak ini sapa?" tanya Ayu, sekretarisnya Evant sambil mengetik dengan kekuatan penuh.

Evant terkekeh geli, "lanjutin aja besok. Udah malam nih."

Sambil menggerutu, Ayu mulai membereskan barang-barangnya dan mematikan komputer. Evant masih di sana menunggunya, tidak berhenti tersenyum. Sudah lama dia mengenal Ayu, sampai tahu tabiatnya. Sekalipun menggerutu dan mengomel padanya, Ayu tetap saja akan menempelinya seperti perangko.

"Mau pulang bareng, nggak?" tawar Evant.

"Nggak!" sahut Ayu ketus, "gue bawa mobil sendiri."

"Ya udah."

Evant melangkah pergi disusul Ayu yang langsung menjajari langkahnya. Perempuan itu sibuk membenahi rambutnya, tetapi dengan tanpa rasa bersalah Evant mengacak-ngacaknya lagi. Terang saja Ayu langsung menyingkirkan tangan Evant dengan kasar.

"Apaan sih, Mas. Orang lagi dirapiin malah diberantakin," omel Ayu.

"Bagusan kayak gitu tau," ejek Evant sambil mencoba mengacak-acak rambut Ayu lagi.

"Hus... hus... sana, jauh-jauh," usir Ayu mengibaskan tangan, menjauhkan tangan Evant.

Tawa Evant pecah tak terbendung melihat wajah merah Ayu yang menahan marah. Dia sangat suka melihat perempuan itu marah, kelihatan semakin imut. Apalagi dengan perawakan tubuh Ayu yang pendek dan sedikit berisi, membuatnya kadang dia tidak tahan untuk mendekap dan mencubiti pipi Ayu karena gemas.

Berbeda dengan Ayu yang lebih sering kesal karena ulah pria setinggi 180 cm itu. Ia lebih senang kalau tidak berada di dekat pria yang sudah menjadi sahabatnya sejak sekolah menengah pertama, tetapi bagaimana pun juga sekali pun mereka lebih sering bertengkar mereka tetap bersama sampai saat ini.

Mereka berjalan bersama sampai di lahan parkiran di lantai dasar sambil tak henti mengejek satu sama lain. Tak dipedulikan tatapan heran dan juga risih orang-orang yang berpapasan dengan mereka. Bagi mereka berdua tidak ada yang lebih nikmat mengakhiri hari dengan pertengkaran yang tidak penting sebelum berpisah.

"Lo beneran nggak mau nebeng aja," tawar Evant saat sampai di depan mobil.

"Sorry ya, gue sangat anti naik mobil mafia kayak gitu," tolak Ayu sambil menunjuk mobil Cadillac CTS-V putih milik Evant.

Kiss of the EveningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang