Bab 5. Karena Mereka Nerima Gue Apa Adanya

1.2K 185 6
                                    

Jangan lupa meninggalkan vote, komen, saran dan kritik
Publish on. 5 Juli 2023
Selamat membaca ^^

Pukul delapan malam, Jingga tampak baru saja memasuki rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul delapan malam, Jingga tampak baru saja memasuki rumah. Seharian ini ia berada di Gaming House(GH) Raposa untuk berlatih di hari pertamanya. Ia sedikit kecewa tidak ada Olivia di sana, tetapi pelatih dan teman-temannya yang lain bersikap sangat baik padanya. Rasa kecewa yang tadinya sempat hinggap di benak Jingga, akhirnya menghilang. Ia merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan mereka.

Selesai makan malam bersama kedua orang tuanya, Jingga memilih bersantai di beranda belakang. Sembari menikmati semilir angin malam, Jingga membuka ponsel untuk menonton acara streaming Olivia. Sejak berkenalan dengan Olivia, ia mulai bisa menerima keadaan dirinya. Terlebih lagi mengetahui teman-temannya di Raposa tidak ada yang mencibir melihat kekurangan yang dimilikinya.

"Ish Kak Cakra katanya keluar kota, tapi tetep aja nempelin Kak Oliv," gerutu Jingga menyadari kakak keduanya itu tengah menemani Olivia streaming. "Kak Cakra bikin iri aja, bisa mabar mulu sama kak Oliv," lanjutnya tidak terima.

Senyum samar terlihat di bibir Jingga, membayangkan Cakra berpacaran dengan Olivia. Pasti akan sangat menyenangkan mempunyai kakak perempuan seperti Olivia yang penyayang. Ia bisa memiliki teman curhat tanpa takut dihakimi. Tidak seperti sekarang ini yang sulit sekali untuk berbagi cerita, karena kedua kakaknya adalah pria yang jarang mengerti keadaannya.

Saat sedang asik-asiknya memperhatikan streaming Olivia, samar Jingga mendengar langkah kaki mendekat. Ia melihat Evant menatapnya penuh selidik. Terlihat jelas pria itu tidak menyukai apa yang sedang dikerjakan Jingga sekarang. Jingga bergeming dari posisinya saat Evant datang mendekat.

"Udah nggak ada kerjaan lain, selain main game mulu?" tanya Evant tajam.

"Memangnya kenapa kalau main game," gerutu Jingga.

Evant mendengus kesal, "seharian tadi lo di mana?"

"Di GH latihan game..."

"Main game aja sok-sok an pakai latihan! Bilang aja lo cuma mau main di luar!" bentak Evant.

"Gue main game bukan cuma buat main-main aja, kak," ucap Jingga membela diri.

Di tengah perdebatan mereka berdua, terdengar suara kemenangan yang berasal dari ponsel Jingga. Evant yang tengah meradang karena sikap Jingga, langsung menyambar ponsel adiknya dan membantingnya ke lantai hingga berhamburan tidak berbentuk lagi.

"Kakak!" pekik Jingga kaget sekaligus sedih.

"Mau jadi apa lo kalau tiap hari cuma bisa main game, yang nggak berguna kayak gitu!" bentak Evant, "lo harusnya banyak belajar, biar bisa juara kelas kayak gue sama Cakra!"

"Jangan samain gue sama lo," sela Jingga nyaris tak terdengar.

"Lo adik gue, jangan malu-maluin dengan tingkah konyol lo kayak gini. Gue juga denger lo nggak lagi masuk kelas balet, kenapa? Lo udah ngehargain gue sebagai kakak lo yang udah mati-matian usaha biar lo bisa lolos kelas balet itu? Sekarang ini balesan lo ke gue!"

Kiss of the EveningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang