3 • T I G A

182 75 149
                                    

Jangan berbohong hanya karena ingin membuatku bahagia

•••

"Kamu boleh janji juga, gak?" tanya Faren.

"Janji apa?" tanya Gita balik.

"Janji buat gak datang ke Bandung untuk nyamperin aku."

"Hah?"

"Aku gak mau kamu ke sini cuman buat ketemu sama aku, aku takut kamu kenapa-napa. Gak baik cewek nyamperin cowoknya jauh-jauh, apalagi sendirian." Faren mulai menjelaskan maksud dari ucapannya barusan. "Aku khawatir sama kamu, Ta."

Gita tersenyum. Memang bodoh, kenapa dia berpikiran negatif seperti itu. Mana mungkin Faren mau selingkuh, toh Faren sangat sayang sama dia.

"Iya, aku janji."

Mereka saling tersenyum lalu menikmati makanannya masing-masing.

"Kamu berangkatnya jam berapa?"

"Sekitar jam delapan malam kayaknya," jawab Gita lalu memasukkan sesendok dessert ke dalam mulutnya.

"Kalau udah nyampe jangan lupa kabarin, yah?"

"Pastilah," jawab Gita dengan yakin.

"Oh iya, aku sampai lupa." Faren mengeluarkan sebuah kotak persegi panjang bewarna merah lalu memperlihatkannya ke Gita. "Ini buat kamu."

Gita menatap wajah Faren lalu kembali menatap kotak itu.

"Ayo buka," suruh Faren dengan lembut.

Gita mulai membuka kotak itu dan isinya adalah sebuah kalung yang begitu indah. Dia tersenyum lebar lalu menatap ke arah Faren.

"Ini buat aku?" tanyanya masih tidak percaya.

Faren mengangguk. "Aku pakein yah?"

Faren berjalan mendekati Gita, Gita berdiri dari tempat duduknya agar Faren dapat lebih mudah memakaikannya. Setelah terpakai, Faren membalikkan badan Gita lalu menatap kalung yang sudah terpasang di leher Gita.

"Cantik," kata Faren singkat tapi penuh arti.

Gita memegang kalungnya lalu memeluk Faren. "Makasih."

Faren membalas pelukannya. "Jangan sampai lepas, yah? Jangan dihilangin juga."

Gita mengangguk pelan dalam pelukan Faren.

"I love you," bisik Faren ke Gita.

"I love you too."

•••

Rumah ini dijual

Gita membaca papan yang bertuliskan kata tersebut yang kini terpajang di depan gerbangnya. Dia menatap rumahnya yang akan dia tinggalkan selamanya, begitu banyak kenangan di rumah itu. Wajar saja, karena rumah itu adalah rumah yang dia tinggali sejak kecil dan sekarang rumah ini akan dijual.

ELVANO [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang