03.

1.8K 222 6
                                    


Jennie POV

Saat ini aku sedang duduk dibangku taman belakang rumahku, senja sore ini benar2 indah namun hatiku tidak bahagia dan tenang menatap keindahannya.

Sudah 6 bulan berlalu sejak berita perjodohan yang kedua orangtuaku inginkan. Karena perjodohan itu, kehidupanku berubah 100%

Aku kehilangan nafsu makanku, bahkan beratku turun, tak bisa tidur nyenyak saat malam, hampir setiap hari aku harus keluar dengan Kai atas permintaan ibuku agar kami cepat menjadi dekat.

Tapi sejujurnya, aku membenci semua ini. Dan yang terpenting adalah aku kehilangan sosok yang sangat aku cintai Lisa.

Aku kehilangan Lisa.

Mr. Choi berkata padaku Lisa memutuskan untuk menyewa flat di belakang kampusnya dengan alasan agar ke kampus lebih mudah, tapi sebenarnya aku tahu Lisa hanya berusaha menghindariku.

Lisa ingin pergi dari hidupku.

Tanpa sadar air mata mengalir dari sudut mataku, entah ini yang ke berapa kali aku menangis, semuanya terasa menyakitkan.

Aku terluka.

Langit semakin gelap dan awan hitam perlahan menghampiri, rintik hujan perlahan jatuh. Aku segera masuk ke dalam rumah sebelum hujan deras turun.

"Nona ingin kubuatkan secangkir teh hangat?", aku mengangguk dengan senyum simpul.

Aku melirik begitu mendengar denting di meja sampingku, kedua irisku membulat sempurna menatap sosok yang menaruh cangkir teh tersebut.

Tak bisa kupungkiri, kedua irisku terasa panas, pandanganku menjadi buram karena air mata yang terbendung.

Sosok yang sangat kurindukan, dan sangat ingin kutemui saat ini tengah duduk di sofa sebelahku.

"Li--Lisa...?", lirihku terbata. Lisa tersenyum kecil, kedua matanya pun berbinar aku tahu betapa keras dia menahan air matanya tidak jatuh dihadapanku.

"Ma--Maaf, apakah a--aku datang terlambat?", pertahanannya runtuh begitupun denganku.

Aku menggeleng cepat, sigap aku memeluknya, dia menyambut pelukanku tak kalah erat.

"Aku merindukanmu...Lisa", lirihku. Dapat kurasakan kedua jantung kami yang berdebar cepat.

"Aku pun sangat merindukanmu J", aku tersenyum bahagia mendengar nama panggilan itu kembali.

"Maaf aku pergi terlalu lama", aku menggeleng.

"Aku selalu menunggu hari dimana kau akan kembali padaku Lisa. Saat kau disini dipelukanku, itu sudah lebih dari cukup. Terima kasih kau telah kembali".

***

Semuanya bagaikan mimpi bagiku, aku sedang berbaring di ranjangku, sosok yang kurindukan ini menjadikan lengannya sebagai bantal kepalaku. Aku menghadap ke arahnya agar dapat memandang wajah damainya yang sedang terlentang lelap.

"Jangan melihatku begitu, tidurlah J, ini sudah tengah malam", ujarnya tiba2 membuatku tersentak.

"Aku sangat merindukanmu Lisa, ini sudah 6 bulan sejak terakhir kali kita bertemu", jelasku lirih yang sedang membendung air mata.

Lisa membuka kedua irisnya menatap langit kamar yang redup, kamar yang hanya diterangi oleh sinar rembulan yang menyelip masuk di sela horden jendela kamar.

"Tidakkah kau menbenciku?", dahiku berkerut.

"Kenapa kau bicara begitu? Aku bahkan tak pernah berpikir untuk membencimu, aku merindukanmu Lisa...setiap hari...", jelasku membuatnya langsung memposisikan tubuhnya menghadapku.

Dan debaran di jantungku masih tetap sama seperti saat aku jatuh cinta kepada Lisa, saudari tiiriku ini.

Senyumnya sulit kuartikan, tangannya membelai pipiku.

"Maafkan aku, aku melakukan kesalahan besar dengan meninggalkanmu, seharusnya aku tidak melakukan hal bodoh itu", jelasnya, aku hanya diam mendengarkan penjelasannya.

"Aku pikir itu adalah cara terbaik agar aku bisa melupakanmu karena aku ingin kau bahagia dengan pria yang ibu pilihkan untukmu, agar perasaanmu padaku berhasil pindah ke pria itu",

"Tapi setiap detik aku berjuang melakukannya, maka tiap detik itu pula rasa sakit menjalar melukaiku...aku terluka Jennie".

Pertahanannya pecah, gadis blonde yang selalu bersikap tegar dan tangguh dihadapan siapapun, terisak, aku merengkuh tubuhnya ke dalam pelukanku sembari menahan tangis yang siap pecah di kedua irisku.

"Bila kau tahu itu melukaimu, kenapa kau tetap melakukannya?", tanyaku menatap kedua irisnya.

"Karena Kai lebih pantas membuatmu bahagia...", seketika dadaku menjadi sesak.

"Kau seharusnya paham ketika aku berkata aku mencintaimu, kau paham makna itu kan Lisa??", tegasku membuatnya semakin terisak.

"Kau adalah kebahagiaanku Lisa, kau lihat keadaanku setelah kau pergi??? Aku bagaikan mayat hidup yang setiap hari duduk di taman rumah menantikan kedatanganmu, dan hari ini aku bersyukur penantianku tak sia2 karena kau kembali Lisa! Kau melakukan keputusan benar! Kumohon jangan menyiksa dirimu sendiri karena kau tahu, aku membutuhkanmu!",

Nafasku terengah, kuungkapkan segala perasaan yang kupendam sejak ia mulai menghindariku kala itu.

Lisa memelukku erat, pelukanku padanya tak kalah erat.

"Aku mencintaimu J, tolong berjuanglah bersamaku!".

"Aku mencintaimu Lisa, tolong jangan pergi lagi dan membuatku menunggu", aku terisak hebat.

"Akan kupastikan kali ini aku takkan pernah melepaskan tanganmu lagi J".



To Be Continue

Maaf guys sy baru balik nih :(
Berapa bulan ini sy sibuk bnget sama krjaan, tolong maklum yaa, tp sy ushakan ff ini selesai, tlong sabar tingkat dewa ya!
Maapin gue:(
See you on next chapter :)

Girlfriend (?) [JenLisa/On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang