Two; J. Richard Lee

30 5 3
                                    

"Anjirrrrr siapa tuh ganteng banget!" bisik Dita kepada Raya yang ada di sampingnya.

"Eh iya bener, mukanya kaya oppa-oppa semmm," balas Raya.

Di depan, seorang cowok sedang menghadap ketua OSIS. Dia baru datang, padahal sudah 30 menit yang lalu bel masuk berbunyi. Keterlambatan cowok itu, membuat siswi-siswi yang melihatnya berbisik-bisik karena ketampanannya. Tak terkecuali Raya dan Dita.
Mereka sedang berada di Aula. Awalnya, Ketua Osis sedang menjelaskan kegiatan MOS yang harus dilakukan siswa-siswi baru. Lalu, acara pidato sang Ketos terhenti karena seseorang yang datang terlambat.

Keadaan yang semula khidmad mendengarkan si Ketos, seketika langsung berubah 180 derajat. Suara yang disebut berbisik pun sekarang tidak lagi disebut begitu karena sudah bercampur dengan bisikan lainnya.

Cowok dengan rambut berantakan dan seragam putih dongker yang kusut ditambah dasi yang tidak terpasang, malah membuat dirinya terlihat kece di mata para siswi.

"Nama lo J.Richard Lee, oke Richard lain kali jangan telat lagi. Kalo lo ulangi, ada konsekuensinya, " nasihat terakhir dari nasihat panjang yang diucapkan Ketos itu.

Cowok bernama Richard itu mengangguk lalu berjalan ke arah kumpulan murid lainnya sambil memasang dasi. Seluruh aula memandangnya, tapi Richard tidak melirik mereka satupun.

Fokus mereka teralih oleh suara mickrofon dari si Ketua Osis. Ia melanjutkan penjelasannya yang tadi sempat terhenti. Keheningan menghiasi aula besar itu lagi. Tidak ada yang berbicara kecuali suara yang keluar dari Ketua Osis. Apalagi murid perempuan yang biasanya banyak cekcok pun diam, karena Ketua Osis yang sedang berbicara, memiliki aura tersendiri.

Berbeda dengan dua orang yang sedari tadi melirik Richard, siapa lagi jika bukan Raya dan Dita? Bisik-bisik sudah mereka lakukan sejak kedatangan Richard. Seperti tidak takut dengan Ketua Osis, mereka malah terus nyambung ke mana-mana.

"Namanya Richard ternyata," kata Raya berbisik sambil menutup mulutnya, agar tidak terdengar orang lain.

Dita balas medekati Raya dan berbisik, "Gue tau Ray."

Raya kembali mendekatkan tubuhnya, "Keknya gue udah jatuh cinta pandangan pertama Ta."

Dita membelalakkan matanya, lalu mendekat ke arah Raya lagi,"Sialan emang, giliran soal cowok ganteng emang nomor satu ya lo. Tapi kalo soal pelajaran, nyontek gue mulu dasar!"

Raya yang mendengar jawaban Dita terkekeh pelan, "Harus semangat dong kan demi masa depan yang cerah."

"Masa depan yang cerah gundulmu! Belajar bego bukan cowok ganteng mulu di dalem otak lo!"

Kini mereka tidak berbisik lagi, tapi ngomong-ngomong biasa. Mereka tidak sadar jika sedari tadi terus diawasi.

"Ya kan biar dapet suami. Cewek gausah kerja juga ga papa kalik," ucap Raya enteng.

"Kalo ga pengen kerja berarti lo ga kuliah, ga kerja, jadi pengangguran, trus gabakal ada cowok yang mau lirik, jadi masa depan yang suram dong," balas Dita.

"Aaa elah Dit lo kebanyakan main pou sih jadi gini deh," celetuk Raya.

"Apa hubungannya pea!"

"Ya ad..."

"Ehemmm...dari tadi gue liatin kalian bicara sendiri. Mulai dari bisik, omongan biasa, sampe kalian nggak ngerti sekitar." Ucapan Ketua Osis yang memotong kalimat Raya, membuat mereka bungkam.

Serempak kedua orang yang duduk menatap ke arah Ketua Osis yang sekarang sudah berdiri tepat di depan mereka berdua sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. Raya melihat sekitar, ternyata yang lain sudah keluar aula. Raya dan Dita saling tatap kemudian menelan saliva.

"Setelah kegiatan ini, kalian dapet hukuman dari gue," ucap Ketua Osis itu. Raya dan Dita berdiri, menunduk.

"Kalian denger ucapan gue?"

"Iyyy...ya kk..kak," ucap Raya dan Dita gugup.

"Sekarang kalian keluar, lakuin kegiatan yang gue omongin tadi."

Raya dan Dita langsung berjalan keluar aula. Walaupun ucapan Ketua Osis itu tidak membentak atau marah-marah melainkan kelewat lembut, tapi tetap saja membuat Raya dan Dita panik plus takut setengah mati.

=*

Raya dan Dita berada di kelas yang sama yaitu 10 MIPA 3. Aneh sekali bukan? Raya bisa masuk ke kelas IPA 3. Mungkin karena Raya banyak belajar saat ingin masuk ke kelas IPA. Terbukti nilainya memang bagus. Iya bagus, 30% hasil jerih payah otaknya dan sisanya hasil ia menghitung kancing baju. Sungguh bejo.

Kegiatan MOS kali ini adalah keliling sekolah. Setiap kelas, ada 2 senior yang akan memaparkan tiap tempat yang mereka lewati. Tujuannya adalah agar siswa-siswi tahu tata letak dan kegunaan setiap bangunan.

"Untung aja Ketua Osisnya ganteng. Coba kalo enggak udah gue pelototin tadi," ucap Raya sebal.

"Halah emang berani lo Ray?" Dita menoyor kepala Raya.

"Sakit geblek!" Raya mengusap bagian kepala yang terkena toyoran Dita.

Mereka berjalan di barisan paling belakang. Alasannya karena mereka ingin saja. Raya tidak benar-benar memerhatikan kakak kelas yang sedang menjelaskan di depan. Ia malah menatap barisan kelas lain. Kelas 10 MIPA 1. Pandangan Raya mengarah ke Richard yang berada di barisan belakang.

Dita berjalan mengikuti barisan dan mendengar penjelasan kakak kelas. Ia tidak lagi berbicara kepada Raya.

"Nah ini ruang Lab. IPA, kalian pasti udah tau..."

Sementara Raya sudah sayup-sayup mendengar ucapan senior yang bertanggung jawab di kelasnya. Ia berjalan ke arah Richard. Cowok itu tidak tahu jika ada seseorang yang berjalan ke arahnya. Saat barisan kelasnya berjalan lagi, tiba-tiba ada yang menepuk punggungnya. Refleks ia berbalik dan menemukan Raya yang sedang senyum-senyum tidak jelas.

Richard mengangkat satu alisnya. Ada apa gerangan?

"Hai Richard, kenalin nama gue Raya Cindy Cahayany. Panggilannya Raya, Raya cantik imut se galaksi bima sakti juga boleh. Kelas IPA 3, no absen 25. Gue kenal lo tadi pas di depan aula. Id line Cahayaraya, ig rayacindyy, Alamat Perumahan Pondok Permai jalan Merak no.5 blok A catnya warna cream." Raya berbicara panjang lebar lalu mengulurkan tangannya.

Richard menatap tangan cewek yang ada di depannya. Benar-benar ia tidak mengenal cewek ini. Tiba-tiba dia berbicara panjang lebar padanya. Sepertinya ia harus bersabar menghadapi tipe cewek seperti ini.

Iya harus bersabar, karena sejak SD pun, banyak cewek satu spesies seperti yang ada di hadapannya. Ia kira dengan penampilan yang sedikit berubah, maka orang-orang akan ilfil kepadanya. Ternyata masih ada cobaan yang sama.

Richard memandang Raya datar lalu berbalik dan berjalan ke arah rombongan kelasnya yang sudah jauh di depan.

Sedangkan Raya mengaga tidak percaya, " Eh gue dicuekin?"

===JutekBoy===

Tbc...
Halo di sini dengan octav makasih udah mampir...jangan lupa dukung terus ceritaku...bakalan update cepet
Ketemu lagi di part selanjutnya yaaa

Jutek BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang