Five; Di Bawah Naungan Sang Saka

20 3 0
                                    

Pagi yang cerah, secerah hati Raya yang sedang berbunga-bunga. Sampai setiap orang yang ia temui, ia sapa, bahkan yang tidak Raya kenal. Semalam, Raya mendapat id line Richard. Gara-gara disuruh beli martabak kembarannya, dirinya justru bertemu cowok cerewet yang mau berbaik hati memberikan id line doinya. Bukankah Raya sendiri cerewet? Ah masa bodo, yang penting dirinya bahagia.

Raya bersenandung ria sambil melangkahkan kaki pendeknya menuju kelas IPA 3. Orang-orang yang memandangnya ikut tersenyum mendengar suara Raya yang memang benar-benar bagus. Inilah Raya, gadis periang pemancar kebahagiaan.

Ia menyapa Dita saat sudah sampai di tempat duduk. Dilihatnya Dita sedang membaca novel tebal. Dita tersenyum membalas sapaan Raya. Sedetik kemudian ekspresi Dita berubah, lebih tepatnya heran. Padahalkan ia sudah tidak tersenyum, lalu kenapa si Raya masih senyum-senyum? Di dalam kelas juga baru ada dirinya dan Raya, aneh.

Dita meletakkan pembatas buku di halaman terakhir yang ia baca lalu menatap Raya."Lo ngapain senyum-senyum?"

Raya menoleh ke samping, bangku Dita. Ia tersenyum lagi bahkan lebih lebar dari sebelumnya. Dita bergidik ngeri di tempatnya.

"Lo kesurupan ya?"

Jika saja suasananya berbeda, maka Raya sudah menjitak kepala Dita sejak tadi. Tapi, ia tidak mau membuat harinya yang secerah mentari pagi ini luntur. Jadi, Raya hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Eh, lha trus ngapain?" tanya Dita.

Raya mendekat kepada Dita, ia berkata pelan-pelan,"Lo tau nggak?"

Dita mengernyitkan alis, "Nggak."

"Dit gue dapet id linenya Richard tauuuu...ah senengnyaaa dirikuu." Raya bersandar di sandaran kursi sambil menatap langit-langit.

"Eh, dapet dari mana?" Dita menghadap ke arah Raya, penasaran.

Raya menatap Dita lalu berkata, "Dari temennya."

"Gue kirain dari orangnya langsung sontoloyo." Dita mendorong dahi Raya dengan jari telunjuknya.

"Apaan sih nyettt," balasnya.

Dita tak menggubris ucapan Raya. Ia kembali hanyut dengan novel tebal miliknya. Raya memposisikan duduknya ke arah depan. Murid-murid yang baru datang atau sekedar berada di luar, langsung masuk setelah mendengar bunyi bel. Dita yang asyik membaca novel, kini telah duduk manis dengan pandangan ke depan, tidak menunduk lagi.

"Selamat pagi Bu Guru..." ucap Murid-murid kompak sambil berdiri saat guru masuk.

"Pagiiii..." balas guru itu.

Pelajaran pun dimulai...

Dari tadi, Raya hanya menguap lebar. Tak paham dengan apa yang sedang dijelaskan guru di depan. Ia mengambil ponsel yang ada di lacinya. Raya menatap id line yang baru saja ia dapatkan, tadi malam. Iseng, Raya mengetikkan pesan.

Richardlee

Hallo

Selamat pagi kesayangan

Udah sarapan?

Gue bawain roti loh, liat gih di laci lo

Raya menatap pesannya, belum dibalas. Raya menghela napas. Ia meletakkan ponselnya di laci lalu mengambilnya lagi. Ternyata sudah diread! Seulas senyum mengukir di bibir Raya. Ia kembali menyentuhkan jari-jarinya ke keyboard ponsel tersebut.

Kok cuma diread?:'(((

Richard jangan diread, berat gue ga akan kuat:')

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jutek BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang