We or Us?

540 125 27
                                    

Disclaimer :

Cerita ini hanya meminjam nama tokoh idola, bukan menceritakan kehidupan sebenarnya. Alur cerita murni kehaluan penulis.

Happy reading 😍

☘️☘️

"Senang berjumpa dengamu lagi, Yoongi Oppa."

Yang diajak bicara tak ragu memamerkan senyum semringah. Jujur saja, sedikit terlihat bodoh.

Tapi ayolah ... sejak dulu ia selalu begitu ketika berhadapan dengan Adora. Satu-satunya wanita yang ia sukai—hingga sekarang.

"Selamat untuk pernikahanmu," sambung Adora sembari mengulurkan tangan.

Senyum lebar itu beringsut kuyu. Cukup ia yang tahu betapa sakitnya ucapan itu dilontarkan langsung oleh wanita yang tidak menyadari perasaannya.

Seandainya bisa memilih, ia—Yoongi—tidak menginginkan status 'suami' melekat begitu cepat. Khususnya ketika pasangannya bukan juga orang yang diinginkan.

Hanya saja kondisi memaksanya tanpa pilihan rasional.

"Maafkan aku karena pada saat acara pernikahanmu dengan So Hyun, aku malah pergi ke luar kota." Adora masih mendominasi konversasi.

Tak ayal pertemuan yang tadinya menyenangkan bagi Yoongi, perlahan berubah menjadi sengatan tajam. Gairahnya menghilang seturut ia tersenyum ganjil untuk mengasihani diri sendiri.

Terlebih ketika merasakan ponselnya bergetar.

So Hyun.

Bahkan di saat ia tidak membayangkan wanita Kim itu, bertepatan sekali waktunya dia menelepon Yoongi. Melipatgandakan kegaduhan hati pria Min yang terduduk murung.

"Kau tidak mengangkatnya?" Seokjin menyadari gerik aneh Yoongi yang hanya menatap layar ponsel. Tidak mengangkatnya.

"Tidak penting."

Yoongi menolak panggilan dari istrinya sendiri. Mode getar di ponselnya sama sekali tidak mengusik pertemuan ia dengan teman-temannya yang saling melemparkan candaan. Terlebih saat ini ada Adora. Setidaknya bisa memandang senyum wanita mungil tersebut, menjadi candu lain untuknya.

Di lain tempat So Hyun melemparkan benda pipih yang gagal menyambungkan ia dengan Yoongi. Badannya rebah di ranjang besar tanpa teman berbagi. Kepalanya menerawang kosong ke atas kamar. Sebelum akhirnya ia mencoba memejamkan maniknya.

"Di mana ayahnya?"

Ingatan So Hyub kembali pada pertemuannya dengan Dokter Jeong, spesialis kandungan yang ditemui siang ini.

"Ah, suamiku sedang bekerja." So Hyun tersenyum kecut sembari berdalih.

"Begitu rupanya. Baiklah, kalau begitu kita langsung melakukan USG?"

So Hyun yang menolak ditemani mertuanya, memang memutuskan untuk ke rumah sakit sendirian. Ini juga karena desakkan Ibu Yoongi—mertuanya—yang ingin memastikan kondisi janin So Hyun aman. Terlebih sejak mengetahui dirinya hamil, ini pertama kalinya So Hyun memeriksakan kehamilannya dengan bantuan team medis. Sebelumnya, ia hanya mempercayakan hasil pada garis test pack yang dibeli dari apotek pinggir jalan.

Ada rasa takut bercampur cemas saat So Hyun hanya ditemani seorang perawat wanita yang menggenggam tangannya. Beberapa kali mengucapkan kalimat-kalimat untuk membuatnya lebih santai. Kendati demikian, tetap saja dia —So Hyun—takut.

Status : On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang