“Cewek gua mana?!”
Drama pagi diawali Mark yang heboh nyari keberadaan (y/n). Chenle masuk ke vila dan langsung di interogasi.
“Darimana lu?”
“Jogging,”
“Ko pake sendal?”
“Joggingnya nyeker,”
“Liat cewek gue?”
“Cewek lu yang mana?” pertanyaan Chenle membuat Mark menarik kerahnya. Spontan Trio J segera menarik Mark menjauh.
Chenle menyunggingkan bibirnya dan mengingat kejadian kemarin.
ㅡflashback
“Mau kemana tengah malem?”
Chenle menahan gue yang menggeret koper keluar vila. Gue mau pulang, gue masih waras untuk mengakhiri ini semua dan kembali ke jalan yang benar.
Diam diam Chenle nganterin gue pulang pake jet pribadinya.
Selama di jalan pulang gue malah curhat sampe nangis, berasa di titik linglung gak ada arah soalnya.
Gue berniat pindah kostan, sekalian pindah kota. Me-reset semua hal tentang Mark Lee.
“Cuma lu yang tau hal ini, ini rahasia kita berdua doang. Gak boleh ada yang tau.” ucap gue.
Chenle mengacungkan jari kelingkingnya, “Pinky promise.”
ㅡMeanwhile Mark at the same time,
“Lo itu maunya sama yang mana?” tanya Karina yang duduk di kasur sedangkan Mark duduk di sofa, definisi jaga jarak ujung ke ujung.
“Gue sayang sama Haesun, tapi gue gak bisa lepasin (y/n). Ibarat lo cintanya sama si A, tapi tuhan menakdirkan lo sama si B.”
“Gue puas aja liat (y/n) cemburu, kaya- seneng aja berarti dia masih cinta sama gue. Tapi tadi, sorot matanya beda, gak bereaksi apapun and i feel i’m very far from her.” Mark mengusak rambutnya.
“Berarti, its time to let her go, Mark.”
“Enggak Rin, its too late for that.” jawab Mark. “Besok pagi gue mau ngomong serius sama dia.”
ㅡ×ㅡ
Empat bulan berlalu, gue rutin chatan sama Chenle. Dia bilang Mark masih nyariin gue sampe sekarang, beruntung gue gak ngasih tau alamat rumah.
“Mampir dulu rest area ya, kita belum sholat ashar.”
“Iya mas,” gue mengangguki ajakan Jaehyun, tunangan gue, sehati seiman setaqwa. Aw
Beres sholat, mata gue memicing melihat perempuan yang membuat gue overthinking beberapa bulan ini.
Gue menghampiri dia dan suprisingly dia udah hamil lagi. “Selamat ya Haesun.”
Haesun mendongak kaget, kitapun ngobrol bentar. Akhirnya gue bisa ngungkapin hal yang mengganjal di hati gue.
“Gue minta maaf, harusnya dari dulu gue sadar dan mundur ga seharusnya gue ada diantara kalian. Gue harap lo bahagia sama Mark.” ucap gue. “Lo adalah satu dari sejuta wanita yang bener bener wanita kuat Sun,”
Haesun malah nangis dan memeluk gue erat, “Hiks.. Makasih banget.”
And last, for you Mark.
Terimakasih atas 1 tahunnya,
Terimakasih atas 8760 jamnya yang berkesan.
Tapi gak akan dikenang juga soalnya jadi inget gue pernah goblok karena seseorang hehe.fin
ㅡ