"Please dong Car. Lo kan satu-satunya sahabat gue," pinta Eva sambil memegang erat tangan Carla, agar gadis keras kepala itu luluh dan mengikuti permintaannya.
"Satu kata. NGGAK!" jawab Carla menekankan kata 'Nggak'.
Eva masih saja membujuk gadis itu agar mau menemaninya pergi jalan-jalan dengan Revan. Ia tak diperbolehkan keluar dengan orang tuanya karena kemarin ia pergi dengan Revan sampai larut malam. Sebenarnya hal itu juga tak disengaja, salahkan saja ban motor Revan yang kempes di setengah perjalanannya ke rumah.
Katakan saja itu karma karena kemarin ia mengacuhkan Carla yang membutuhkannya."Carla, please dong! Soalnya hari minggu anniv gue sama Revan tau," pinta Eva entah untuk yang keberapa kalinya.
"Yang pacaran elo!" jawab Carla sambil terus membaca novel di tangannya.
Eva mendengus kesal, "Yaudah, gue bakal bilang kalau lo dulu suka sama Elvano Gama Sakti pada PANDANGAN PERTAMA," ancam Eva dengan seringainnya.
Carla menatap tajam Eva karena nada pengucapannya yang kelewat keras sampai-sampai mereka menjadi pusat perhatian di perpustakaan sekolah itu.
"Dek diem!" ucap siswi yang mungkin kakak kelas mereka mengingatkan.
"Mulut lo!" kecam Carla sinis.
"Tinggal jawab IYA apa susahnya sih," ucap Eva kembali mengeras.
"Dek!" ucap siswi lain yang terlihat jengah dengan sikap Eva yang menurutnya mengganggu, "Kalo nggak bisa diem, keluar aja!" lanjutnya.
Sedangkan disisi lain dengan kegiatan yang sama pula, Revan mencoba mengajak El untuk menemaninya. Ia kasihan bila nanti Carla hanya akan menjadi obat nyamuk saat dirinya berdua bersama Eva.
"Ya," singkat El.
Revan memeluk El dari samping, "You are my best friend,"
"Lepas tolol," desis El seraya melepaskan tangan Revan dari bahunya.
Revan tersenyum malu, ia mendudukkan dirinya di samping El yang tengah sibuk menyalin jawaban PR matematika dari salah satu teman sekelasnya.
Memang soalnya hanya lima saja, tapi tanyakan juga jawabannya yang bisa mencapai satu lembar hanya untuk jawaban dari satu soal saja.
Sudah kebiasaan El yang tak pernah mengerjakan PR-nya dirumah, karena kesibukannya bermain game sangatlah penting daripada lainnya.
Tak lama kemudian bel berbunyi, menandakan pergantian jam akan dimulai. El dan juga Revan bergegas membawa buku matematika mereka ke ketua kelas agar dikumpulkan ke guru mapel.
●○●○
Akibat ancaman gadis berambut sebahu itu, akhirnya dengan berat hati Carla menerima ajakan Eva untuk menemaninya berkencan dengan Revan, si biang kerok dari semua ini.
Sekarang posisi mereka berada di kantin, ia jadi mau lagi ke kantin setelah baikan dengan El sejak mereka pulang bersama beberapa hari yang lalu.
Eva mengerjapkan matanya saat melihat sang dambaan hati datang bersama dengan El di samping pria itu.
Eva menghampiri Revan yang mengisyaratkan kepadanya agar mendekat. Sedangkan El sudah berjalan mendahului, dan sekarang sudah mendudukkan dirinya di atas kursi tepat di depan Carla yang tengah menyantap nasi kuningnya.
Entah kemana perginya dua sejoli itu, tapi tak membuat Carla menghentikan aktivitasnya.
El menatap Carla lekat, seolah tak membiarkan gadis berambut panjang itu pergi darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Couple (Completed)
Teen Fiction: INI ADALAH CERITA FIKSI, ARTINYA TIDAK BENAR-BENAR TERJADI, JIKA ADA KESAMAAN TEMPAT ATAUPUN TOKOH SAYA MOHON MAAF. KARENA CERITA SAYA INI TIDAKLAH NYATA, INI SESUAI DENGAN APA YANG SAYA FIKIRKAN KETIKA TENGAH MENULIS. TERIMA KASIH ----- END Cool...