4. Perhatian√

20.7K 582 2
                                    

"CAR DICARIIN TEMEN!" Carla membalas teriakan kakaknya dengan gumaman ringan yang sama sekali tak akan sampai terdengar di telinga sang kakak.

Setelah benar-benar siap, Carla keluar dengan atasan kasual putih yang benar-benar pas di tubuh rampingnya, juga sneakers putih yang menjadi alas kakinya. Ia juga membawa tas slempang yang digunakan untuk meletakkan uang.

"Kak, aku mau keluar," izin Carla pada Zia yang tengah menyuapi Rendra di ruang keluarga.

"Iya, pulangnya jangan sore-sore," Carla segera melenggang pergi setelah mendapat persetujuan kakaknya.

Kedua mata itu memandang tajam pria yang berdiri membelakanginya. Teringat hp-nya berada di tangan pria itu sejak kemarin, Carla berhenti di depannya sambil menengadahkan tangan kanannya di depan El.

Alis El berkerut karena masih belum paham dengan maksud gadis cantik di depannya. "Apa?" tanya El tajam.

"Hp," singkat Carla dengan tangan yang masih menengadah.

Terdengar helaan napas dari El, ia merogoh saku celananya dan dengan cepat memberikan apa yang diinginkan gadis cantik yang tanpa sadar sudah ia klaim menjadi gadisnya kemarin. Ia berjalan mendahului Carla menuju sepedha motornya yang terpakir di halaman minimalis milik kakak Carla.

Sedangkan Carla hanya mengekori El dari belakang, ia bingung karena El tiba-tiba memberikan jaket kepadanya. Mungkin kalau kemarin karena alasan ia memakai rok sekolah yang tergolong pendek, tapi untuk sekarang? Kan ia memakai celana?

"What?" tanya Carla

"Dingin," Karena tak ingin memulai perdebadatan, El meletakkan jaketnya di atas jok belakang, dan perlahan ia menaiki motornya.

Tak ingin berbasa-basi juga, Carla memakaikan jaket hitam itu ke tubuhnya. Memang suhu hari tak seperti biasanya, terkesan dingin namun cuaca tetap panas.

Motor hitam itu melaju cepat membelah jalanan ibu kota, dan tiba-tiba berhenti mendadak akibat lampu merah.

"Lo mau bunuh gue?" kesal Carla, ia terus saja memaki pria itu karena kecepatan gilanya.

El tak menggubris kata-kata Carla, ia kembali melajukan sepeda motornya saat lampu jalanan itu sudah berwarna hujau.

Tak lama kemudian mereka sudah sampai di depan rumah minimalis milik keluarga Eva.

"Lo mau bunuh gue?" Carla menuruni motor El dengan makian yang terus saja keluar dari mulutnya.

"Gue udah pro, woles aja!" ujar El santai.

Ingin sekali ia memaki pria itu lagi, tapi tiba-tiba wanita paruh baya keluar dari pintu belakang sambil membawa beberapa pot bunga yang ditaruh di atas arko.

"Eh, Carla," sapa wanita itu, Carla bergerak untuk mencium tangan kanannya yang juga diikuti El setelah dirinya.

"Tante, Eva ada?" tanya Carla sopan.

"Pergi sama kalian berdua?" tanya Eny, ibu Eva.

"Iya tante,"

"VA!"

"Tunggu bentar ya? Tante mau ke depan dulu," pamit Eny.

Tak lama setelah itu, Eva pun keluar. Senyum yang seperti biasa ditunjukkannya kepada El dan Carla yang menatapnya malas.

"Uch, temen aku akhirnya dateng juga," Eva memeluk lebay bahu Carla yang lebih tinggi darinya.

"Lepas atau gue pulang!" ancam Carla.

Terdengar kekehan ringan dari pria di belakang Carla. Eva menatapnya tajam,"Pasangan ngeselin," cibir Eva.

Carla hanya geleng-geleng kepala dengan sikap kekanak-kanakan Eva yang menurutnya imut untuk dilihat. Sedangkan El kembali memasang raut wajah tanpa ekspresi.

Ice Couple (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang