5. Pertemanan√

20.9K 537 12
                                    

El melajukan motornya dengan kecepatan sedang, ia tak ingin gadis di belakangnya terus mengoceh selama perjalanan.

Beberapa menit kemudian akhirnya motor hitam itu sampai di depan gerbang rumah Carla--El mengerem perlahan motornya.

Carla melepaskan helmnya lalu turun dari motor El. Ia membenahi rambutnya yang terlihat sedikit berantakan.

Tangan El mengacak rambut Carla, membuat rambut panjang itu kembali berantakan. Carla memukul El dengan helm yang masih berada di tangannya.

"Sakit anjing," pekik El merasakan sakit pada lengannya.

"Biasa aja. Nggak usah ngatain anak orang segala,"

"Ya maaf,"

"Udah lah, pulang sana!"

"Lo ngusir gue?"

"Tuh tau,"

El memasang wajah kesal lalu kembali memakai helm fullface-nya,

"Eh, mau kemana?" Carla tersentak mendengar suara melengking dari belakangnya.

Juga dengan El, pria itu membuka helm-nya sekali lagi-- dirasa seseorang dibelakang Carla yang pasti adalah kakak gadis itu, karena tak mungkin juga kalau ibunya dengan wajah yang terlihat semuda itu.

"Masuk dulu dong," ajak Zia sambil menyenggol bahu Carla, memberi kode agar Carla juga mengiyakan permintaannya.

"Enggak kak, dia mau pulang kok," Zia mendengus dengan kekolotan adik perempuannya satu ini, ia tersenyum sadis--mencoba memberi pencerahan pada sang adik.

"Iya kak, saya pulang aja," tolak El, ia turun dari motornya--tak sopan kalau ia terus bertengger di motornya saat sedang berbicara dengan orang yang lebih tua.

"Tuh kan, dia mau pulang kak," tolak Carla seperti memaksa kakaknya untuk tak membiarkan pria itu masuk ke dalam rumahnya.

Tunngu dulu. Ini siapa yang diajak? Siapa pula yang bingung? Dasar Carla aneh.

"Kamu tuh kenapa sih. Biasanya juga diem aja kan,"

"Ayuk masuk, minum teh dulu aja. Pasti capek kan?" ajak Zia keukeuh.

El menatap Carla, seolah meminta persetujuan gadis itu. Tapi Carla yang pasti akan kalah jika berdebat dengan kakaknya itu hanya mengangguk pasti.

"Nah kan. Yuk masuk dulu?"

Zia terlihat semangat dengan kehadiran El, entah kenapa malah Carla yang jengkel sendiri dengan sikap kakaknya yang menurutnya terlalu berlebihan.

Zia berjalan duluan,

"Masuk sana!"

"Kalau nggak boleh gue pulang aja," ketus El dengan wajah datar.

Carla menghela pelan napasnya. Seutas senyum ia paksakan, lalu menarik lengan pria itu masuk ke dalam pekarangan rumahnya, meninggalkan motor hitam itu di luar gerbang.

Biarkan saja motor itu di sana, ia tak peduli. Lagipula bukan motornya juga, jadi kalau hilang kan ia nggak perlu terlalu repot,

Ice Couple (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang