Telapak tangan besar Suho menggenggam tangan Irene semakin erat. Berusaha menyalurkan kehangatan, sesaat ketika kaki mereka telah membawa tubuh sampai ke depan hotel. Sebuah mobil bermerk Maybach berhenti beberapa meter di depan mereka. Tak lama, seorang pria berseragam seperti pegawai hotel Paris Marriott lainnya turun dari mobil dan berlari menghampiri Suho. "Your car, Sir." Ucap pria itu sambil menyodorkan kunci mobil pada Suho.
"Thank you." Suho menerima kunci yang diberikan padanya lalu kembali menarik Irene. Membawa Irene untuk masuk ke dalam mobil hitam mewah itu dan langsung beranjak dari hotel. Suho memang baru membeli mobil itu kemarin dan berencana menggunakannya untuk memfasilitasi setiap perjalan dengan Irene selama mereka di Paris. Bahkan ia memutuskan membawa mobil itu pulang ke Korea. Suho melintasi kota malam Paris dengan lihai. Seakan ia sudah mengetahui setiap inci jalanan di kota itu. Sesekali ia sedikit mengendurkan injakannya pada pedal gas, saat dilihat sang istri tengah mengagumi bangunan juga suasana malam bagian Paris yang mereka lalui.
Selang beberapa menit kemudian, Suho menepikan mobilnya dekat dengan jembatan di tepian Sungai Seine. Irene membuka pintu mobil, hendak menyapa udara malam Paris secara langsung. Tak terlalu menghiraukan tarikan dari sang suami yang kembali menyatukan telapak tangan. Di sana, ia dapat melihat keindahan malam kota Paris juga salah satu ikon Negara Perancis yang terkenal, Menara Eiffel. Namun ketika matanya hendak bergerak untuk bermanja pada kecantikan Paris lainnya, yang ia temukan malah bayangan seorang wanita sedang berdiri di samping mobil Mercedes hitam. Wanita yang menjadi awal permulaan pertengkarannya dengan Suho, Wendy.
Tatapan Irene berubah tajam, ia menoleh kearah Suho. "Kenapa dia di sini, Suho?"
Suho mengeratkan genggaman tanganya pada tangan Irene sembari menghela napas pelan. "Ada sesuatu yang harus kami jelaskan padamu."
"Kami? Maksudmu, kau dan dia?"
"Tolong dengarkan dul – "
"Jadi kalian memang menyembunyikan sesuatu dariku?"
"Kami tidak menyembunyikan apapun, Irene. Ini hanya salah paham."
"Omong kosong." Irene mendengus kesal. "Aku ingin kembali ke hotel."
"Irene."
Irene sudah akan berbalik masuk kembali ke dalam mobil. Tetapi gerakannya terhenti saat Suho masih bersikukuh menggenggam tangannya, bersamaan dengan masuknya suara lembut Wendy ke indra pendengaran. Sekretaris Suho itu tengah berjalan mendekati mereka, dan berhenti ketika dirasa Irene bisa mendengarnya dengan jelas saat ia bicara.
"Kumohon dengarkan dulu. Suho benar, ini semua hanya salah paham." Lanjut Wendy. "Izinkan aku menjelaskannya padamu."
Irene diam sesaat, hingga kemudian ia menghembuskan napas dalam sebelum menciptakan jejak dengan sepatu kets yang ia pakai. Mengambil langkah menjauh dari Suho sebagai isyarat bahwa Irene tak keberatan untuk sekedar bicara dengan Wendy. Irene berhenti saat tubuhnya telah mencapai pinggir jembatan, disusul Wendy yang sudah berada di sebelahnya. Semilir angin nan menenangkan saat ini tak mampu menyejukkan hati Irene yang tengah dilanda badai emosi. Malah makin tersulut walau sudah disiram dengan uapan embun sungai Seine.
"Irene."
"Jelaskan."
"Baiklah. Pada intinya, kau hanya salah paham."
Irene memutar bola matanya jengah. "Sejak tadi kalian berdua selalu mengatakan bahwa ini hanya salah paham. Tapi kalian tidak menjelaskan dimana letaknya?"
"Kau mengira bahwa aku berselingkuh dengan suamimu kan? Nah, di situ letak kesalahannya. Aku dan Suho tidak memiliki hubungan semacam itu."
"Tapi bagaimana aku bisa mempercayaimu? Dari apa yang kulihat selama ini, kalian punya potensi untuk berselingkuh dibelakangku. Kalian menghabiskan waktu berdua lebih banyak. Kau sadar tidak, kau dan Suho hampir selalu bersama setiap hari. Di kantor, ke luar negeri bersama dengan alasan bertemu klien, bahkan saat di apartemen kami untuk membahas pekerjaan. Dalam banyak kesempatan itu, tidak mustahil kau ingin merebut Suho dariku."
YOU ARE READING
Yes, It's Us [ SuhoXIrene ] ✔️
RomanceCerita dengan adanya perubahan. Genre : Marriage Life, Romance