Irene membuka pintu kamar mandi dengan hati-hati. Melongokkan kepalanya dari balik pintu putih itu untuk dapat melihat ke sekeliling. Saat yakin bahwa tidak ada siapapun di sana, ia pun segera keluar. Ingin cepat cepat kembali ke tempat tidur dengan keadaan tubuhnya yang memang tidak dalam kondisi baik saat ini.
"Irene."
"Oh astaga." Irene berbalik sambil memegangi dadanya karena terlalu terkejut dengan kedatangan Suho yang tiba-tiba. "Kau mengejutkanku, Kim Junmyeon."
"Kau pikir kau tidak mengejutkanku? Apa yang kau lakukan di sini. Kembali ke tempat tidur."
Irene berdecak sebal. "Aku kan hanya ingin buang air." Ia melangkahkan kakinya kearah tempat tidur, diikuti Suho yang berjalan dibelakangnya.
"Masuk ke dalam selimut."
Irene mendengus kesal lalu masuk ke dalam selimut sesuai perintah Suho. Semenjak ia sakit pagi tadi, suaminya itu mulai menunjukkan sikap bossy nya. Baiklah, ini memang salah Irene. Kemarin sore cuaca sedang tidak bagus tetapi Irene ingin sekali makan ramen. Saat itu, Suho belum pulang dari kantor sehingga Irene pun pergi sendiri. Lagipula tempatnya cukup dekat jadi dia memutuskan untuk tidak membawa payung. Sesampainya di sana, hujan mulai turun dengan lebat. Mengurung Irene di dalam toko ramen bahkan sampai menjelang malam. Karena takut Suho mencari, akhirnya Irene nekad menerobos hujan. Menyebabkan seluruh pakaian yang ia kenakan basah kuyup. Membuat Suho yang sudah sampai di apartemen menatapnya khawatir sekaligus marah.
Irene menghela napas pelan, berharap rasa sesalnya ikut terbang bersama udara yang ia hembuskan. Ia menyesal telah membuat seseorang yang sangat ia cintai di depannya ini merasa cemas. Ia dapat melihatnya kemarin saat Suho dengan cepat membawa Irene ke kamar mandi untuk membasuhnya dengan air hangat. Membantu mengeringkan tubuhnya yang mulai menggigil dan memakaikan pakaian tebal untuk membuat Irene lebih hangat. Pria itu juga mulai panic dan merasa frustasi di saat pukul tiga pagi tadi mengetahui bahwa Irene terkena demam.
Kim Junmyeon meletakkan nampan yang ia bawa tadi. Mengambil semangkuk bubur di atasnya, menyendok sedikit lalu meniupnya pelan. Ia tempelkan bubur itu pada ujung bibirnya untuk memastikan suhunya berkurang. Suho menyodorkan sesendok bubur itu pada Irene. "Buka mulutmu."
Mendengar nada Suho yang sedikit ketus, Irene segera membuka mulutnya. Biarlah Suho marah padanya, toh ini semua memang akibat dari keteledoran Irene. "Kau tidak pergi ke kantor?"
"Tidak." Balas Suho tanpa menatap istrinya. Tangan Suho sudah akan mengambil sesendok bubur lagi namun terhenti di saat ponselnya yang ada di samping nampan berbunyi. Di layar ponsel tertampil nama dari Wendy, sekretarisnya. Suho meletakkan mangkuk bubur di atas nampan dengan setengah membanting, membuat Irene sedikit berjengit.
"Halo?"
"Direktur, apa Anda yakin tidak akan ke kantor hari ini? Anda tentu ingat bahwa Mr.James akan datang kemari bukan?" Dapat Irene dengar suara Wendy dari seberang telepon.
"Aku tetap di rumah."
"Direktur, Mr.James mengatakan bahwa ia akan membatalkan kontraknya dan tidak akan membantu pembangunan hotel baru kita jika Anda tidak menemuinya hari ini. Saya hanya ingin mengingatkan, dana yang diberikan oleh Mr.James cukup besar, Direktur. Sangat besar. Kita tidak bisa mengabaikannya begitu saja."
Irene memandangi Suho yang masih mendengarkan saran dari sekretarisnya. Lelaki itu menunduk sambil memijat dahinya, tanda bahwa ia sedang berpikir. Irene berdehem pelan. "Pergilah, Suho. Aku akan baik-baik saja."
Gerakan tangan Suho berhenti. Tatapannya yang semula menghadap lantai kali ini berpindah pada Irene. Memandangi Irene yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Direktur?"
YOU ARE READING
Yes, It's Us [ SuhoXIrene ] ✔️
RomanceCerita dengan adanya perubahan. Genre : Marriage Life, Romance