Pagi yang cerah untuk memulai hari pertama di usia 17 tahun. Hai, aku Alara Filiz Shahinaz. Aku tau sulit bagi kalian untuk menyebut namaku,tapi aku akan mempermudah itu semua,kalian bisa memanggilku Ara. Just Ara.
Aku hidup dengan keluarga yang sederhana dan bahagia tentunya. Aku terbiasa dengan ocehan mama yang tak pernah henti sepanjanggg hari untuk terus memberikan petuah kepadaku. Aku hidup bersama saudara laki – laki yang umurnya 3 tahun lebih tua dari aku. Dia lelaki yang sangatt luar biasa menurutku,luar biasa kocak,luar biasa aneh,luar biasa kekanak-kanakan,dan luar biasa menyayangi ku tentunya. Oh iya,aku hampir lupa. Selain dia, aku juga memiliki satu lagi saudara laki-laki yang 8 tahun lebih muda dari aku. Dia adikku. Adik laki-laki yang sangatttt menyebalkan. Yang hobbynya hanya mengganggu ku saja. Dan dari kami bertiga dialah yang paling luar biasa nakalnya. Ya wajar sih,namanya anak-anak,tapi dibandingkan masa kecil ku dan abang,adikku lah yang paling sering membuat onar. Jangan lupakan papa ku,papa yang membiayai ku hingga aku tak pernah merasa kekurangan. Walaupun dia jarang ngomong atau lebih tepatnya menutup diri,tapi aku sadar betul dia menyayangiku tanpa sebuah alasan.
Sweet seventeen begitu kata orang. Tapi aku lebih suka menyebutnya sweet (bitter) seventeen. Dimana rintangan semakin besar tapi kalian semakin lemah. Dimana apa-apa selalu pakai perasaan,emosi yang naik turun bahkan gak kekontrol . Dan di mana kalian mulai mikir,ntarr gede jadi apa ya? It's a hard street than before. Long street than before. More scary than before. But I trust, I can do it.
Wait,aku hampir lupa mengenalkan orang-orang yang menemaniku ke gerbang 17 tahun ini. Aku punya teman yang sejak TK bersamaku,yang paling hapal seluk beluk menjijikkannya aku. Sudah 13 tahun apakah dia masih pantas ku sebut teman? Ah tidak,dia sahabatku. Setelah lulus SD dia memutuskan untuk masuk pesantren dan sampai sekarang dia masih betah saja di penjara syurga itu. Aku juga punya sahabat dari kelas 1 SMP hingga sekarang kami masih satu sekolah,dia orang yang paling hapal gimana kelakuan bodohku semasa SMP,sayangnya kami tidak sekelas di masa SMA ini. Dan satu lagi,sahabat yang menemaniku sejak kelas 1 SMA sampai sekarang tentunya,dia mengajari banyak hal dalam hidup,dia orang yang sangat baik menurutku. Aku belajar sabar dari dia,aku belajar mengerjakan suatu hal dengan sangat rapi dari dia,dan merekalah sahabat yang membantuku mendorong gerbang 17 tahun ini. Bersyukur memiliki mereka. Mereka yang tak pernah bosan mengingatkanku tentang hal-hal yang tak seharusnya aku lakukan. Mereka yang selalu memantauku,menuntun ku,bahkan mereka bisa seperti mamaku masalah cerewetnya ketika aku lalai akan suatu hal. Intinya mereka makhluk yang serba bisa. Bagaimana pun mereka memandangku,sebagai apapun itu,aku tak pernah perduli. Intinya aku percaya merekalah manusia yang tak pernah meninggalkanku apapun yang terjadi pada diriku.
_____________________________________________________________________________
Pagi ini masih seperti biasa, aku berangkat ke sekolah dengan niat belajar,ya walaupun sampai di sekolah bakal kehasut sama setan-setan yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Jujur dari hati yang paling dalam,ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu. Hari dimana aku dan keluargaku akan bekumpul untuk makan malam ditemani dengan balon berwarna-warni,tiupan angin yang sejuk,tawa renyah keluarga,tumpeng yang akan menjadi rebutan. Dan nyanyian lagu selamat ulang tahun akan terdengar sangat nyaring di indera pendengar. Ohh hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang bagiku,hari dimana semua teman dan kerabat memberikan doa terbaiknya untukku dan hari kedepan yang akan aku jalani. Hari dimana jariku akan sangat lelah membuka selotip yang menempel di box kado dari orang-orang tersayang. Namun,satu hal yang kubenci dari hari ini,dimana semua foto aib akan tersebar. Oh God. Contohnya teman sebangku ku,dia makhluk ter-ahh sudahlah. Paling banyak mengumpulkan dan menyebarkan foto aib ku intinya. Dia teman sebangku yang memiliki kisah asmara sangat miris,putus nyambung sampek galau mampus,mood dia hancur banget cuma gara-gara kakak kelas,ahh lebih tepatnya alumni karena tepat tahun lalu lelaki itu lulus dari SMA yang sama-sama menjadi tempat pilihan kami untuk menuntut ilmu. Aduhh sebangku,kamu emang terpayah bilang deh. Sampe banting-banting hp cuma karena si abang itu foto sama cewek teman sekelas dia. Oke udah,aku mau cerita tentang kisahku,bukan sebangku ku. Oh iya untuk mengingat dia,iya dia sebangku ku,namanya Shila.
Ehhh bukan cuma foto aib yang akan tersebar hari ini,kalian juga akan merasa sangat tidak nyaman dengan suasana kelas. Yang gak tau kenapa seisi kelas akan menganggap kalian salah,padahal gak ada masalah sama sekali. Awkard moment BGT. Belum lagi temen kalian ngucapin HBD tapi nyebut nama temen kalian yang lain. Hmm gimana sih ngomongnya?ahh misalnya yang ulang tahun si A,tapi mereka ngomongnya ke si B. begitulah kira-kira. Temen sekelasku memang gitu,suka nyembunyiin perasaan,gak mau langsung jleb ngomong HAPPY BIRTHDAY ke aku,gengsi amat bilang sayang. Dan jangan lupakan hari ini adalah hari dimana pemberitahuan instagram akan mendadak rame memberitahukan bahwa si blabla menandai anda di sebuah kiriman. Satu lagi,hari ini akan menjadi hari dimana ribuan terima kasih akan terlontar dari bibirku,atau hari yang akan membuat jari-jariku sangat hapal mengetik kata terima kasih tanpa melihat.
Keadaan kelas sama persis seperti yang ku ceritakan tadi,awkard moment. Aku berusaha untuk tetap tenang dalam situasi itu,lucu memang,namun aneh saja menurutku. Masih ingat dengan sahabat yang sudah bersama ku sejak kelas 1 SMA? Namanya Nadine Amira Syarif. Aku lebih sering memanggilnya Ira. Aku Ara dan dia Ira,bukankah sebuah kebetulan yang sangat memberi keuntungan? Lupakan soal nama itu. Hari ini dia tidak mengucapkan apapun kepadaku,bahkan tadi malam dia mengunggah sebuah vidio nyanyian ulang tahun di snap WA nya,namun dia tak mencantumkan nama. Sangat ambigu tujuan vidio itu. Dan sekarang,seisi kelas sedang menyanyikan lagu selamat ulang tahun,aku tau tujuan lagu itu untukku,namun Ira hanya membuat insta story di ig kelas,dan memberikan teks,"HBD" entahlah,itu sebenarnya perwakilan dari dirinya atau mewakilkan teman sekelas. Intinya hubungan kami memang kurang baik belakangan ini. Lupakan tentang masalahku dan Ira hari ini aku tak ingin memasukkan masalah kedalam hari yang luar biasa ini,anggap saja dia berniat untuk ngeprank atau semacamnya.
Aku melalui hari ini masih seperti biasa, bercanda gurau bersama teman. Tesenyum ketika seseorang menyapaku saat ingin berjalan ke gerbang. Pulang bersama dengan teman-temaku. Intinya semua masih sama,seperti biasanya.
Jangan lupakan sekolahku yang menganut sistem fullday membuatku sedikit resah tentang persiapan acara nanti malam. Acara yang aku bilang tadi,makan malam bersama keluarga. Pasti mama sedang menyiapkan makanan itu sendirian,itu yang ada di dalam benakku. Sialnya,niat hati ingin pulang cepat namun tertahan sebab kami harus menjenguk salah satu personil kelas yang sudah tidak hadir kurang lebih seminggu lamanya.
"Ra,kamu bareng siapa?" tanya salah satu temanku.
"Emmm,ada yang kosong gak?" tanyaku balik.
"Oh,kamu bareng sama Agil aja,rumah kalian kan lumayan deket tuh,jadi dia bisa sekalian nganter kamu pulang."
"Oke deh,ntar aku aja yang bilang ke dia." Jawab ku santai.
Udah dehh siap-siapin muka sama hati aja kalau sepulang dari rumah sakit aku harus kenak ocehan maut dari mama. Itulah yang terlintas dalam benakku.
"Gil." Panggilku kepada teman yang luar biasa tingginya itu. Yang dipanggil bukannya menyahut malah sok-sokan tidak peduli.
"Gil." Panggilku lagi. Namun masih sama seperti tadi. Yang lebih parahnya dia malah buang muka.
"He Gila." Geramku melihat teman sekelasku itu,ngelus dada banget ngadepin dia.
"Apaan dah bilang aku gila. Namaku Agil bukan gil,atau bahkan gila." Jawabnya sambil menyimpan benda pipih yang sedari tadi ia genggam.
"Lagian daritadi di panggil gak nyaut-nyaut. Intinya aku nebeng kamu ke RS,sekalian nebeng pulang." Jawabku sambil memberi penjelasan agar tak memperpanjang keadaan gila ini.
"Enak aja nebeng,emang zaman sekarang masih ada yang gratis?" jawabnya dengan santai bahkan sangat santai. Astaga teman,kamu memang pengen banget aku suguhin minuman dingin di campur sianida. Biar masalah kelar.
"Aelah,itung-itungan banget sama temen sendiri." Jawabku mulai memasang wajah memelas. Melihat itu Agil langsung mengindahkan permintaanku untuk nebeng bersamanya.
Sesampainya di RS keadaan masih normal sebagaimana teman sedang menjenguk temannya yang sedang sakit. Beberapa candaan terjadi di ruangan ber ac itu. Tawa ringan yang terdengar selama di dalam ruangan. Melihat tawa itu jiwaku merasa tenang,setidaknya persekian detik aku bisa menghilangkan kecemasan yang akan terjadi sepulang dari sini nantinya. Kecemasan yang orang lain tak perlu ikut memikirkannya.
YOU ARE READING
epiphany
Non-FictionAku membiarkan orang-orang menganggapku sebagai apa yang mereka lihat. Tak peduli di sebut apa itu. Jika tanggapan itu berakhir disebuah kata sifat "labil",lalu kau sebut apa masalahku? Mudah? Tidak perlu tau bagaimana perasaanku. Teruslah berimajin...