"Selamat ulang tahun wanitaku."
Aku tak butuh apapun jika orang itu mengatakan ini di hari bahagiaku.
Aku sadar tak akan ku miliki hari yang sempurna.
__________________________________________________________
Jalanan pagi ini sangat membuat dadaku sesak. Entah apa yang membuat jalanan sepagi ini begitu padat. Mobil-mobil mewah tak henti membunyikan klaksonnya. Bahkan sepeda motorpun melakukan hal yang sama. 'Huhh, sudah padat, ditambah ribut pula.' Batinku. Sedikit memakan waktu untuk datang tepat waktu ke sekolah. Sangat jengkel. Namun, apa boleh buat?
Perlahan jalanan mulai merenggang. Aku meliarkan mataku mencari tau apa yang menjadi penyebab macetnya jalanan di pagi ini. Aku mendapati seorang pria kira-kira berumur 47 tahun dengan rahang tegas dan wajah yang sangat berwibawa. Ia terlihat berada di ambang ketidak stabilan emosinya. Tunggu, apa penyebab sang bapak marah? Aku mencoba membaca keadaan. Ia sedang marah kepada seorang bapak pengendara sepeda motor yang umurnya, mungkin terpaut jauh lebih tua dibandingkan umur si bapak berahang tegas itu. Bapak berahang tegas itu marah, bahkan sangat marah sampai mengarahkan jari telunjuknya ke wajah sang bapak pengendara sepeda motor. Aku meneliti lagi, mengapa bapak berahang tegas ini bisa sangat marah? Ahh, aku melihat sedikit goresan pada mobilnya. Mungkin sang bapak pengendara sepeda motor tak sengaja menyerempet mobil mewah itu. Sebentar, fokusku sedikit teralihkan pada seorang anak perempuan yang sedang si bapak pengendara sepeda motor genggang, anak kecil itu berlindung di belakang ayahnya. Aku menatap wajah sang ayah, aku melihat ada kecemasan tergambar jelas di wajahnya. Entah ia takut anaknya akan terlambat masuk ke sekolah? Atau ia malu harga dirinya di injak di depan sang putri kecilnya? Atau ia khawatir kejadian ini akan membuat anak nya ketakutan dan mengeluarkan air mata? Sungguh, hatiku teriris melihat kejadian itu. Ingin aku menolong, namun apa yang bisa aku lakukan? Perlanhan angkutan umum yang aku tumpangi melewati keramaian itu. Aku berkata pada diriku sendiri, " Semua orang memiliki ketakutan masing-masing dan masalah sesuai porsinya. Besar kecilnya masalah, rumit atau mudahnya masalah tergantung bagaimana kita menyelesaikannya." Aku memfokuskan kembali pikiranku kepada buku fisika yang sedang ada di pangkuanku. Kejadian tadi membuatku lupa bahwa ulanga fisikan sudah ada di pelupuk mata.
***
Selesai sudah ulangan yang sangat mengerikan itu. Aku sudah dapat menebak nilai apa yang akan ku dapat bahkan sebelum kertas soal melayang di atas mejaku. Pasti tetap sama, dibawah KKM. Aku menarik nafasku dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Tiba-tiba salah seorang temanku menyenggol leganku yang membuat ku sontak kaget, " Duhh, kemarin aku lihat snapgram kamu, rame ya? Seru, dikejutin tengah malem gitu. Pengen deh kayak kamu, keluarga bisa ngumpul,dirayain rame-rame." Ucapnya sangat antusias. Aku tersenyum sembari mengingat kejadian malam itu.
FLASBACK ON
06 Februari
00 : 00 WIB
Aku sudah sangat pasrah. Seperti halnya tahun lalu, mereka ingat saja sudah bersyukur. Jadi tak perlu berharap banyak tentang sebuah kejutan yang biasanya orang lain dapatkan saat berulang tahun. Aku memutuskan untuk merebahkan tubuhku ke atas kasur empuk yang ku miliki sejak TK dan meletakkan ponselku keatas nakas. Selang beberapa menit, sebuah ketukan terdengar jelas pada pintu kamarku. Aku bergegas dan membuka pintu, aku melihat mama sedang tersenyum kepadaku dan berkata, "Selamat ulang tahun nak." Sangat heran. Bahkan saat ulang tahunku yang ke-15 tahun, mama ingat pun tidak dengan hari iitu. Aku terdiam, lalu mama menarik tanganku dan membawaku keluar dari kamar, tiba-tiba.......
YOU ARE READING
epiphany
Non-FictionAku membiarkan orang-orang menganggapku sebagai apa yang mereka lihat. Tak peduli di sebut apa itu. Jika tanggapan itu berakhir disebuah kata sifat "labil",lalu kau sebut apa masalahku? Mudah? Tidak perlu tau bagaimana perasaanku. Teruslah berimajin...