Menjadi pecandu senjamu itu sangat mudah,
merindukanmu tanpa bisa bertemu, itu yang susah.
______________________________________________________________________
Aku duduk ditemani dengan kolak pisang buatan mama. Rasanya masih sama, tidak terlalu manis, dan tidak pula hambar. Mama memang jagonya memasak. Oh iya, selain menjadi ibuk rumah tangga, mama juga bergelut dibidang kuliner. Mama memiliki sebuah café yang terbilang cukup besar. Biasanya aku dan abang lah yang membantu mama, berhubung abang lagi gak dirumah, ya, aku yang membantu mama. Aku mengunyah perlahan pisang yang aku suapkan menuju liang mulut ku. Hingga saat aku ingin memotong pisang terakhir, aku mengingat dia. Sosok lelaki yang sama seperti ku, sama-sama menyukai kolak pisang ini. "Bagaimana kabarnya?" itu pertanyaanku.
Sudah waktunya aku untuk mandi. Aku memutuskan meninggalkan semua lamunan konyolku tentang keinginan bersamanya lagi. Menceritakan apa yang membuatku kesal pada hari itu, menceritakan bagaimana capeknya aku di hari ini, bahkan sesekali aku mengeluh tentang kerasnya hidup. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya bahkan mengucapkan "Hai" melalui Whatsapp pun tak pernah berani aku lakukan.
Menjalani hidupku seperti biasanya, setelah beribadah, aku akan mengecek beberapa pemberitahuan di ponselku.Sebenarnya aku sangat malas untuk mengecek ponsel yang bila ku periksa semua aplikasinya akan berhasil sama. Pertama, aku membuka akun instagram. Aku hanya membuka beberapa snapgram teman-temanku, lalu keluar dari aplikasi itu. Selanjutnya, aku membuka akun wattpad ku, barangkali ada update an terbaru dari beberapa cerita yang aku senangi. Dan hasilnya nihil, aku tidak menemukan update an terbaru dari author yang aku kagumi. Aku keluar dari aplikasi itu dan masuk ke aplikasi whatsapp. Aku menemukan beberapa pesan grup chat, dan beberapa orang yang masih mengucapkan selamat atas bertambahnya usia ku. Aku menelusuri nama-nama yang tertera di rentetan pesan. Hingga aku terfokus pada sebuah nama yang aku nantikan kehadirannya. Sungguh jantungku tak lahi terkontrol, jiwaku seakan terbang melayang bersama dengan harapan yang kembali bersamanya. Pesan singkat itu membuatku terdiam sejenak, mencerna kalimat yang singkat namun membuat ku bersemangat.
Selamat ulang tahun,
Semoga selalu sehat
Makin rajin belajarnya
Dan jangan lupakan shalat
Hanya empat kalimat namun mampu menghilangkan rinduku yang sedang menggebu. Aku tau ini hanya sementara, setidaknya dapat menenangkan ku tentang pertanyaan, " Apakah dia baik-baik saja?" jawaban nya " Ya", dia pasti baik-baik saja. Kalian tidak akan pernah tau betapa bahagianya aku saat ini, harapan itu terwujud, aku sangat tenang, sebab dengan ada nya kejadian ini aku semakin yakin, bahwa dia tak pernah melupakanku.
Tidurku sangat nyenyak malam itu, aku lupa beberapa masalah di dalam hidup ini, ntahlah, seakan dia adalah obat penawar dari semua persoalan hidupku.
Pagi ku masih sama seperti kemarin, berangkat ke sekolah, mendengarkan beberapa celotehan yang di lontarkan guru killer, dan bercanda gurau dengan teman-teman yang tipenya hampir semuanya sama seperti ku, sama-sama gila. Oh iya, aku lupa memberitahu. Ada seorang pria baru yang aku rasa sedang mendekati ku. Ntah aku yang terlalu PD atau memang benar adanya. Kemarin, dia juga memberikan ucapan selamat kepadaku. Emm, tapi ya gitu, berakhir di cueknya aku. Bukan, bukan tak ingin menanggapi, aku hanya tidak yakin tentang sebuah komitmen. Aku masih tidak percaya tentang sebuah kasih sayang yang selanjutnya akan dia beri kepadaku. Aku masih tidak yakin akan semua perkataan manis yang akan keluar dari bibirnya. Intinya, aku masih tidak ingin melukai hatiku sebab terlalu banyak berharap tentang sebuah kepastian. Tapi, aku juga tidak bisa menjanjikan tentang diriku yang tak mungkin terus keras seperti batu dalam bersikap padanya. Cepat atau lambat, pasti dia bisa meluluhkan ku. Itu yang ku percaya sejauh ini.
YOU ARE READING
epiphany
Non-FictionAku membiarkan orang-orang menganggapku sebagai apa yang mereka lihat. Tak peduli di sebut apa itu. Jika tanggapan itu berakhir disebuah kata sifat "labil",lalu kau sebut apa masalahku? Mudah? Tidak perlu tau bagaimana perasaanku. Teruslah berimajin...