KEMARAHAN INTJ

1.4K 126 78
                                    

INTJ nggak serobot yang artikel internet bilang kok. Kami punya perasaan, hanya nggak menunjukkannya dengan cara cengeng.

INTJ marah kalau ketemu sama orang yang:

BODOH

Bukan artinya idiot atau IQ lebih rendah daripada ikan teri loh ya.

Mungkin saya cerita sedikit. Kemarin, saya mengerjakan tugas dari bos. Awalnya bos nyalahin kerjaan saya. Dia bilang bukan kayak gini maksudnya. Ujungnya kerjaan saya dipakai juga tapi bahasanya diubah dikit sama dia.

Contohnya gini deh:

Saya bilang kalau mau beli green tea latte bisa ke Starbucks. Bos saya nyalahin. Katanya orang ke Starbucks beli kopi, bukan teh.

Lah, saya mikir suka-suka orang ke Starbucks mau beli apa. Mau beli landak juga silakan kalau jual, ye kan?

Saya kesal karena merasa bos saya bodoh. Maaf, Bos.

LABIL

Hal lain yang bikin saya sebagai INTJ marah adalah orang yang mengubah rencana sesuka dia. Orang kayak gitu bakal langsung saya cap labil, nggak dewasa, plin-plan, dan segudang cacian lain.

Sudah dibilang di awal bahwa INTJ nggak suka perubahan mendadak. Kami biasanya sudah menyusun rencana habis mengerjakan A, lalu B, C, D, dan seterusnya.

Orang labil yang mengubah rencana sesuka hati apalagi kalau saya ada dalam rencana itu, bikin rencana lainnya otomatis harus menyesuaikan. Jelas saya jengkel banget.

KEJUTAN

Saya buruk banget menghadapi kejutan. Meskipun kejutan itu mungkin bagus bagi sebagian orang, saya tetap menganggapnya jelek.

Beberapa hari yang lalu teman saya ulang tahun. Saya mengucapkan selamat, tapi seperti biasa saat makan siang sudah menyusun rencana mau makan nasi, urap, tumis jamur, dan ikan di kantin kantor. Sederhana ya menunya. Tahu-tahu teman saya yang ultah itu ngajak makan siang di tempat yang entah di mana dengan menu yang saya nggak suka.

Biarpun gratis, saya tetap jengkel. Padahal teman sekantor yang lain bahagia, nyanyi-nyayi, ketawa-ketawa.

Mungkin kesannya saya nggak bersyukur ya. Sudah ditraktir makan, masih aja bete. Masalahnya, saya nggak suka menu banyak gorengan. Dan, teman saya yang ulang tahun ini sudah memesan makanan nasi kuning, tumis daging, udang goreng, tempe goreng. Mana sayurnya lalapan doang. Masa saya cuma makan nasi sama timun?

ATURAN

Bagi sebagian orang, aturan dibuat untuk menertibkan. Sayangnya saya menganggap aturan sebagai borgol yang mengikat mental.

Entah sudah berapa kali saya melakukan sesuatu tanpa mengikuti SOP. Saya juga nggak pernah menyontek template yang ada turun temurun sejak kantor berdiri. Paling kalau ada perubahan, hanya sedikit.

Saya selalu sesuka hati. Bikin formula sendiri. Sampai-sampai senior di kantor bilang, "Bella itu susah dibilangin. Suruh bikin kantor sendiri aja."

Dan, besoknya saya melakukan kesalahan yang sama. Bebal? Bukan. Mungkin bisa dibilang sedikit pemberontak. Saya merasa, template mereka nggak bagus.

Meskipun saya disalah-salahin dan mungkin cara saya nggak bener, saya nggak keberatan mencoba.

SENIORITAS

Entah kenapa saya sering menganggap senior nggak lebih pinter dari saya. Untuk mendapatkan rasa hormat saya, si senior harus menunjukkan dia berhasil. Misalnya kalau saya dokter, senior haruslah bisa menyembuhkan semua pasien atau menemukan obat terbaru. Kalau saya pengacara, maka senior saya harus selalu menang di persidangan. Kalau saya koki, senior saya harus masak hidangan yang enak banget.

Senior harus bisa menunjukkan kualitas kerjaan, bukan bayaran. Ibarat kata gini, saya lebih menghargai dukun beranak yang rendah hati tapi bisa menyelamatkan ribuan nyawa dan dia dibayar murah pula. Daripada bidan yang bayarannya lebih mahal tapi gagal dalam meyelamatkan ibu melahirkan.

KERJA TANPA TUJUAN

Saya jarang kerja demi uang atau jabatan. Kedengarannya aneh ya.
Contoh gini: Tulisan saya di Wattpad selalu punya tujuan.

Devils Inside saya tulis dengan tujuan mengedukasi hukum kepada pembaca. Biarpun novel Wattpad lain yang dibaca jutaan orang punya formula kebaperan tingkat akut, saya nggak ikutin formula itu.

Business Fat Girl saya tulis dengan tujuan agar wanita obesitas lebih menerima dirinya.

Mau yang baca banyak kek, sedikit kek, bodo amat.

Gimana dengan kehidupan nyata?

Orang tua saya pernah nyuruh saya kerja di kantor mentereng, gajinya banyak, punya teman ayah saya. Saya nggak mau karena ya, kerja buat apa kalau saya nggak bebas mengutarakan pikiran saya dan harus ngikutin kata bos terus. Saya milih kerja di tempat yang gajinya kecil banget bahkan di bawah UMR, tapi tujuannya jelas: Melindungi masyarakat menengah ke bawah. Dan, yang paling penting saya bisa menerapkan pikiran serta ide-ide saya, nggak kebanyakan dikontrol. Idealis ya? Mungkin.

Saya merasa frustrasi dan marah kalau disuruh mengejar uang. Apalagi saya nggak bakat menjilat atasan dan senior.

Untuk hal ini saya beda dengan ISTJ yang mengejar status. ISTJ peduli dengan uang karena secara tradisional, uang adalah simbol kesuksesan. Sedangkan INTJ sama sekali nggak peduli. INTJ bekerja dengan tujuan mengaplikasikan ide dalam kepalanya.

Kalau kamu, apa MBTI kamu dan apa yang bikin kamu marah?

DiarINTJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang