Hembusan angin yang kian kencang membuat jilbabku tersingkap berlalu jatuh. Tepat setelah itu aku melihat seorang anak laki-laki dengan kamera ditangannya. Berperawakan sedang dengan pipi tembemnya dihiasi kacamata bernuansa biru gelap. Kulitnya sawo matang dengan wajah yang terbilang biasa ini mampu membuat jantungku berdegup kencang ketika melihatnya. Aku tak tau dia siapa, darimana, dan mengapa terasa dekat.
Rasa penasaran yang kualami memenuhi pikiranku yang membuatku kagum padanya hingga tak henti memikirkannya.
"Hoii, kok diem aja sih?" tanya lypi sambil merangkulku.
" A nggak kok, nggak apa-pa" jawabku ragu.
"yoi, kagak biasanya kamu diem gitu, lagi ngeliatin siapa sih" tanya Mei sambil beranjak mendekatiku. Pertanyaan itu tak kujawab dan kami kembali menuju kelas.
Dikelas aku berinisiatif untuk bertanya salah satu teman dikelas tentang anak tadi. Dia berada dikelas 7A tepatnya kelas itu berada dibawah kelas. Memang hanya itu yang kutanyakan, namun membuatku tak berhenti memikirkannya. Sejak saat itu perlahan hari demi hari aku semakin tertarik pada dia. Padahal ku kira hanya sebatas kagum yang akan berakhir dalam htungan minggu. Namun perkiraan ku salah, 4 bulan berlalu dan masih tetap menyukainya. Akhirnya kuputuskan untuk tetap menyukainya meski tanpa sepengetahuan siapapun.
Suatu ketika aku bergegas ke kantin karena telah ditinggal oleh kedua temanku, aku bersikap seolah ngambek dan berhenti di depan UKS. Kedua temanku mengisyaratkan agar aku segera menyusul mereka , namun aku tetap diam disitu hingga akhirnya mereka datang kearahku dan menggeretku ke tepi karena ada yang akan lewat jalan itu. Sedari tadi ternyata anak itu menunggu berlalu. Satu hal yang paling membuatku kaget dia adalah Arga. Seketika aku merasa malu karena sudah bersikap seperti anak kecil serta menutupi jalan. Kami bertigapun berlalu menuju kantin bersama.
KRINGGGGGG.... suara bel masuk terdengar dan kami bergegas masuk kelas. Sampai di kelas ternyata guru pengajar saat itu tidak datang. Kamipun berteriak kegirangan , maklumlah jarang jam kosong. Di kelas kami mencari kesibukan dengan cara bermain sebuah permainan manual karena memang saat itu tidak diperbolehkan membawa handphone ke sekolah. Kami bermain berbagai macam permainan dan sangat seru, ntah karena permainanya atau suasananya yang membuatku sangat bahagia pada saat itu.
Keesokan harinya tak sengaja aku berangkat sekolah bersamaan dengan Arga. Senang? Pastilah, namanya juga berangkat bareg doi. Aku masuk ke kelas dengan perasaan senang yang hanya aku yang tahu. Senyum-senyum sendiripun tak bisa kusembunyikan. Tiba di kelas aku bergegas mengambil sapu dan membersihkan kelas karena hari ini kau sedang tugas piket. Setelah terdengar bel dan guru pengajar tiba dan membagikan kertas ulangan Bahasa Inggris. Kami mengerjakan Ulangan dengan sungguh-sungguh. Waktu habis dan kami lekas mengumpulkan kertas ulangan.
Setelah terdengar panggilan untuk ketua kelas agar segera berkumpul di depan kantor guru.dengan sigap ketua kelasku langsung menuju tempat tersebut. Tak lama kemudian ketua kelaskupun kembali dan mengungumkan sesuatu tentang pendaftaran menjadi Dewan Galang(DG) yaitu pengurus dalam ekstrakulikuler pramuka. Mendengar hal itu aku sangat antusias dan langsung mendaftarkan diri. Satu lagi yang membuatku semakin bersemangat adalah ketika aku menuliskan namaku pada kertas pendaftaran terdapat nama Arga disana.
Ketika sekolah berakhir aku menuju ke toko perlengkapan alat tulis untuk membeli perlengkapan tes DG yang aku butuhkan bersama ayahku. Aku masuk ke toko itu seorang diri sedangkan ayahku menunggu diluar. Aku keluar dari toko dengan membawa barang yang aku beli. Ketika aku akan naik motor ayahku bercerita bahwa tadi beliau bertemu dengan sepupunya kakek serta anaknya dan berbincang-bincang dengan mereka. Ada hal yang membuat terkejut sepupu kakek itu ternyata adalah ayah dari Arga dan anak laki-laki yang dimaksut ayahku adalah dia.
Dunia itu sempit ya sebuah kata yang mengelilingi kepalaku. Membuatku bertanya-tanya apakah boleh jika aku tetap menyukainya. Akupun berusaha melupakan Arga dengan berbagai cara yang berakhir dengan menyakiti perasaanku sendiri tanpa ada hasilnya. Akhirnya aku menyerah untuk berusaha melupakan dia.
Tes DG teriri dari dua tahap, tahap pertama tes tulis dan tahap kedua tes PBB(peraturan baris berbaris). Pada tes pertama aku lulus dengan nilai cukup baik. Tes berikutnya juga berjalan lancar. Hingga waktu pengumuman membuat jantungku berdegup kencang karenanya. Hasil tes dibacakan dari urutan terakhir yaitu ke-40. Satu persatu di umumkan nama yang lolos. Aku sempat khawatir jika aku tidak lolos. Ternyata aku lolos tes tersebut pada urutan ke-18. Rasa syukur memenuhiku dan rasa syukur ini semakin dalam ketika Arga juga dinyatakan lulus pada urutan ke-22.
Hari-hari awal menjadi DG lumayan sulit, hingga akupun mulai terbiasa dan mampu memenuhi tanggungjawabku sebagai seorang pengurus. Kegiatannya sangat seru, mulai dari belajar lagu-lagu jambore ,mengikuti jerit malam yaitu gemblengan dari para DG terduhulu agar kami lebih disiplin dan bertanggungjawab, dan yang terakhir adalah pelantikan. Setelah pelantikan diadakan, kami telah resmi menjadi pengurus DG pramuka SMPN 1 Bojonegoro.
Hari berlalu begitu saja, hingga pramuka pertama ketika aku resmi menjadi DG. Kami menyiapkan apel pembukaan ,kegiatan, menjadi pembimbing kelas 7 sampai acara penutupan. Awalnya ketika menyampaikan materi sempat tidak percaya diri ,namun aku usahakan untuk secepatnya beradaptasi dan alhamdulillah berjalan dengan lancar.
Hari mulai larut, sudah waktunya untuk pulang. Diadakan apel penutupan dan semuanya bergegas pulang kecuali para DG tetap tinggal di tempat untuk evaluasi. Ketika iti berbarengan dengan tes osis yang membuat Arga tidak datang ketika itu. Awalny aku heran mengapa dia tidak datang, setelah teman-teman yang lain mulai berbincang membicarakan sebab tidak datangnya Arga pada rapat evaluasi. kini aku mengerti alasan Arga, tak lain karena ia sedang melihat orang yang disukainya melaksanakan tes.
Perasaan tak enak menjalar keseluruh aku. Rasa sesak yang tak tertahankan, mata yang mulai berair dan ingin jatuh, aku tahan sekuat tenaga. Hal itu harus kulakukan karena jika mereka menyadarinya , aku yang tidak tau harus bagaimana. Rapatpun dimulai tanpa hadirnya Arga. Setelah rapat selesai, aku pulang ke rumah dan merasa kecewa terhadap diriku sendiri yang hanya mampu menyimpannya dalam diam.
Keesokan harinya aku bisa kembali ceria karena yang kufikirkan bahwa Argapun mempunyai perasaan terhadap orang sama halnya denganku. Kita tidak bisa memilih untuk menyukai siapa, rasa itu datang sendirinya tanpa embel-embel fisik. Masuk kelas seperti biasa dan rasa sakit yang kemarin telah hilang tanpa bekas.
Ketua kelas datang dengan membawa pengumuman jika besuk adalah hari kartini dan kami diwajibkan untuk memakai kebaya. Hari esoknya kami datang dengan memakai kebaya. Setiap berfoto dengan satu sama lain, Akupun begitu. Satu hal ingin sekali aku lakukan yaitu berfoto dengan Arga untuk kali ini saja. Temanku yang mendengar ocehanku langsung tanggap dan memanggilkan Arga. Awalnya aku tak berani, tapi aku beranikan diriku sebisaku. Memang setiap kali bertemu dengannya aku tak berani menatapnya apalagi berbicara dengannya.
Aku mendapatkan foto kami berdua walaupun dengan hasil foto yang tak bagus, namun sudah sangat senang sekali. Tapi gara-gara hal itu mungkin dia mulai curiga jika aku menyukainya. Lambat laun aku semakin gugup jika bertemu dengannya. Apalagi kali kini setelah satu bulan berlalu dia mempunya pacar yang sangat cantik. Di hiasi dengan lesung pipi yang dalam membuatnya lebih cantik lagi. Sakit? Sudah pasti. Namu aku hanya bisa diam dan merasa iba terhadap diriku sendiri.
YOU ARE READING
The Old Me
RandomAngin berhembus mengikuti hayutan air yang melaju menempuh panjangnya jarak yang tak berujung. Menapaki titik-titik setiap jalan yang tersembunyi, melangkha tegap tanpa mengerti rasa takut yang menyelubungi setiap kehidupan