Sabtu pertama

5 0 0
                                    

Mulut Genia menganga, tak peduli dengan nasi yang masih penuh dimulutnya. Dia kaget dengan sikap Ardi yang selama ini dinilai datar olehnya. "Ardi" Genia melototi Ardi, dia malu salah tingkah sementara Ardi hanya terkekeh.

Ditengah teriakan dan sorakan teman sekelasnya, Genia teringat sesuatu. "Em.. Di, tadi lo nyebut gue Fi maksudnya?" Tanya Genia mencairkan suasana. "Gue lebih suka manggil lo Arfi" jawab Ardi yang masih sibuk mengocek nasi abon dan tentu tak lepas dari senyum manis yang Genia sukai.

"Di! Lo dicariin si Fahri katanya kumpulan anak basket tuh" tiba - tiba saja makhluk menyebalkan mengganggu kemesraan dua insan yang sedang kasmaran ini. Tanpa menjawab Ardi pun beranjak pergi, tentu saja dengan berpamitan pada sang pencuri hati.

"Ganggu aja lo" kata Genia kesal pada sepupunya. "Haha maaf Ge" kata Dian kemudian duduk disamping Genia menggantikan Ardi dan langsung melahap nasi abon yang tersisa. "Ngeselin banget sih punya sodara. Gue laper Dian kenapa lo abisin semua?" Genia cemberut.

"Eh iya Di lo tadi sengaja ya ninggalin gue?" Tanya Genia santai dan terlihat sibuk dengan pikirannya. "Heem kan lo mau bareng sama Ardi" jawab Dian santai kemudia berlalu meninggalkan Genia setelah menghabiskan nasi abon. "Eh tu anak diajak ngomong malah pergi awas aja lu" teriak Genia. Hmm.. jadi Ardi udah rencanain berangkat bareng gue. Batin Genia yang tak sadar senyum sendiri.

❄❄❄

"Di.. lo mau ikut gak sama gue?" Tanya Genia yang sudah sangat rapi bersiap untuk pergi. "Wiiih jarang - jarang lo pake dress" Dian kagum pada Genia melihat penampilannya yang begitu feminim dan anggun, biasanya Genia memakai celana, gayanya sangat tomboy. Tetapi Genia salah mengartikan kekaguman sepupunya itu, dia malah mengira kalau Dian hanya bergurau mengejeknya saja. Memang ya Genia gak pernah peka sama orang. "Yee.. lo mau ikut gak?" Genia mengulang pertanyaannya dengan mata mendelik. "Ogah.. yang ada gue jadi obat nyamuk aja tuh mending gue disini aja ditemenin si Caca" Jawab Dian seraya pergi menyalakan tv. "Lo nyuruh Caca kesini? OMG, yaudah terserah." Kata Genia dengan wajah sedikit terkejut kemudian kembali datar.

Genia terduduk manis dihalaman rumahnya menunggu seseorang menjemputnya. Tak lama sahabatnya datang. "Wih kesambet apa lo Ge? Kok jadi mendadak feminim gini?" Tanya Vera terheran - heran melihat perubahan sahabatnya, tapi ada perasaan aneh yang memasuki hatinya. Jangan - jangan...

Tebakan Vera benar, Ardi datang menjemput Genia. Hatinya sangat panas dia tak tahan melihat pemandangan seperti ini terus. Kenapa Genia gak bilang sih kalau sekarang dia mau jalan sama Ardi? Batin Vera.

Hari ini, Sabtu pertama Genia bisa membeli peralatan lukis setelah dua bulan memiliki hubungan dekat dengan Ardi sekaligus pertamakalinya Genia jalan bareng bersama Ardi. "Di.. kenapa lo gak bawa mobil? Gue kan udah bilang kita jalan bertiga sama Vera" Tanya Genia. "Mobilnya mau dipake sama calon mertua lo" Jawab Ardi tertawa puas melihat Genia kaget dan salah tingkah dengan jawabannya itu. "Hmm.. Ge sebenarnya gue kesini bukan mau bareng ke toko lagi, tapi gue mau ngasih tau kalo gue gak bisa temenin lo hari ini. Gue ada janji sama si Raya." Jelas Vera yang sengaja membuat alasan seperti itu. Dia hanya tak ingin menjadi obat nyamuk, terlebih tak ingin membuat hatinya lebih hancur. "Oh gitu.. yaudah deh hati - hati ya Ra" Kata Genia sambil melihat Vera berangkat.

"Jadi kita berdua aja nih?" Tanya Ardi yang dijawab dengan anggukan dan senyum manis Genia.

❄❄❄


"Di setelah ini kita melukis bareng ya, di rumah Gue" Ajak Genia yang masih sibuk memilih kanvas, Ardi pun mengiyakan ajakan Genia. Tiba - tiba seseorang menyapa Genia. "Hi Gea? Apa kabar?" Tanya seseorang yang terlihat sangat senang bisa kebetulan bertemu dengan Genia.

HAPUS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang