"Heem itu nyokap gue sama Vera." Jawab Ardi santai, tapi persaan Genia tak sesantai mulut Ardi. "Ko bisa sama Vera?" Tanya Genia yang kemudian dijawab Ardi dengan jelas bahwa Vera itu adalah tetangga Ardi.
Vera sering ke rumah Ardi untuk membantu mamanya Ardi walaupun sekarang gak sesering waktu masih SMP, yang selalu bisa maen bareng sama Ardi, nugas bareng, berkarya bareng, deket banget pokoknya sampai suatu hari Ardi membenci Vera, bahkan sampai sekarang Ardi tidak menyukai Vera. Semuanya Ardi jelaskan kepada Genia, secara jelas dan gamblang tanpa rasa takut melukai perempuan yang ada di boncengannya itu. Kecuali satu hal yang membuat Ardi tak menyukai Vera, Ardi hanya bilang kalau dia menganggap Vera cari perhatian makanya dia tak suka.
Oh jadi Vera tetanggan sama Ardi? Jadi Vera dulu deket sama Ardi? Apa maksudnya? Kenapa dia gak pernah bilang sedikitpun tentang Ardi padahal selama ini gue curhat panjang lebar, dari dulu jauh sebelum gue bisa deket sama Ardi sampe sekarang hubungan gue udah berjalan dua bulan kenapa Vera tega nyembunyiin itu semua? Batin Genia.
Rasanya sulit untuk mencerna kata - kata Ardi. Kalimat - kalimatnya sangat jelas, jelas sekali sampai membuat hati Genia sakit. Kenapa hati ini sakit Tuhan? Batin Genia. Raut mukanya mulai tak enak dipandang.
"Fi? Pegangan ya kita pulang sekarang" kata Ardi. Genia hanya menurut saja, tanpa berbicara sedikitpun. Dia masih memikirkan Vera, rasanya sulit untuk mempercai kenyataan. Kenapa harus Vera? kenapa? Batin Genia.
Sesampainya di rumah, Genia membatalkan rencananya untuk makan bareng juga melukis. Ardi memberikan semua mie ayam yang dibelinya tadi, ia heran dengan perubahan sikap Genia. Sebenarnya dia itu kenapa? Tanya Ardi dalam hati. Genia tak menerima makanan yang diberikan Ardi, Dian yang sedari tadi menyambut kedatangan mereka langsung saja menerima makanan itu. Memang tukang makan gak tahu tempat gak tahu situasi dan keadaan nyantol aja. "Maaf Di kayaknya gue gak enak badan deh gue mau istirahat gak mau diganggu" Kata Genia yang kemudian berjalan ke kamarnya. Dengan kebingungan Ardi pulang tanpa menyadari kalau peralatan lukis Genia masih ada di motornya.
❄❄❄
Dua hari berlalu, tak terasa sudah Senin lagi. Genia mulai melangkahkan kaki untuk beranjak ke sekolah. Malas rasanya harus bertemu dua orang yang mengganggu pikirannya selama dua hari ke belakang ini. Pesan - pesan dan panggilan suara tak terjawab sudah bermuara di ponselnya. Tapi Genia tetap tak ingin membukanya, bahkan ponsel itu dibiarkannya mati kehabisan baterai."Ge, lu kenapa sih dua hari gak ngomong. Ngedadak bisu ya? Atau ngedadak tuli juga?" Tanya Dian yang sudah kesal dengan sikap Genia.
Genia yang baru melahap sepotong roti tiba - tiba bangkit dan berlari keluar. Genia yang rencananya berangkat ke sekolah bareng Dian akhirnya naik angkot sendiri. Tanpa mempedulikan teriakan Dian. Sialnya dalam angkot Genia merasa ada seseorang yang dia kenal, Ardi. Sempat terkejut saat melihat salah seorang yang dihindari ada dihadapannya, kemudian Genia kembali cuek seolah - olah tak melihat Ardi.
Ardi yang sedari tadi menatap Genia penuh harap, ingin sekali ada kesempatan untuk mengajak bicara Genia. Tapi ini di dalam angkot, selain sesak karena banyak penumpang Ardi tahu apa yang akan terjadi jika ia memberanikan diri untuk bicara dengan Genia. Meskipun hubungan mereka belum lama berjalan, tapi Ardi adalah orang pemerhati yang cukup baik. Dia mulai tahu sikap Genia.
Ishh kenapa harus ada dia? Kenapa dia gak bawa motor? Apa dia tau gue mau naik angkot? Masa iya sih gue kan gak ada rencana buat naik angkot. Tau gini gue bawa aja motor si Dian, biarin aja si Dian mau naik apaan juga. Gerutu Genia dalam hati.
Sepanjang perjalanan, Genia tak ingin melihat ke arah Ardi meski sesekali matanya dengan spontan melirik-lirik. Ardi semakin bingung dengan Genia kenapa dia sebegitu tak ingin melihatnya, pesan dan teleponnya saja sudah diabaikan. Sebenarnya kamu itu kenapa Fi? Tanya Ardi dalam hati.
❄❄❄
Menit-menit menyebalkan sudah berlalu, sesampainya di sekolah, Genia langsung ke kelas tanpa peduli kepada Ardi yang semenjak mereka turun dari angkot memanggil-manggil namanya.
Hal sama juga dilakukan Genia kepada temannya, lebih tepatnya 'teman dekat'. Ya, Vera. Tapi reaksi Vera diluar dugaan Genia, Vera terlarut-larut dalam keceriaan dan kebahagiaan. Wah gue kok curiga ya keinget kejadian kemaren. Batin Genia sambil menyipitkan mata. Vera sama sekali tak menghiraukan perubahan sikap Genia padanya, Vera malah terkesan sedikit memberi jarak pada Genia. Vera keliatannya bahagia banget ya, sampe nyuekin begitu. kecewa gue Ra..
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPUS
Teen FictionKetika seorang gadis bernama Genia tak sengaja terbawa ke dalam peristiwa seseorang, kemudian terjebak kenyamanan. Sampai pada saat dimana waktu berubah menjadi kejam membuat Ardi lupa akan dirinya sendiri. Lalu apa yang akan dilakukan Genia?