4.Ha?

61 6 0
                                    

"Deven masuk ya?,kan udah lama Deven ga ke rumah Adhys" Gadis itu menggelayut di lengan kekar Deven.

Deven terkekeh melihat sikap Adhys yang selalu manja kepadanya.Kadang malah Deven di suruh menyuapinya ketika ia makan,bahkan di depan keluarga Adhys sekalipun.Sahabatnya ini memang manja.

"Ayo Deven.Deven masuk ke rumah Adhys.Adhys punya ayam kecil warna warna.Deven harus liat" Adhys menarik jaket Deven sampai jaket lelaki itu kusut dibuatnya.Apapun yang Adhys minta,harus Deven turuti.Apapun!

"Eh,anak mama ga boleh gitu ah.Kasian Devennya.Tuh liat,sampe lecek gitu jaket Deven"

Adhys menoleh ke arah Deven,menunggu tanggapan yang Adhys lakukan kepadanya.

"Nggak apa apa tante.Udah biasa juga" Deven tersenyum tulus.Sedangkan Adhys nyengir kuda menatap ibunya.

Andin tidak habis pikir melihat putrinya ketika sudah bersama Deven.Pasti ia akan melakukan hal hal konyol yang sudah tidak layak ia lakukan untuk gadis seusianya.

Adhys berlari menuju taman belakang rumahnya.Ia menghampiri kardus kecil yang berada di dekat kolam renang.Deven pikir ia akan terjun ke kolam,ternyata tidak.

Adhys menatap 2 ayam berwarna hijau dan kuning yang sedang memakan makanannya"Hai baby,ini mama.Mama udah pulang sekolah loh" Adhys tertawa ketika mendengar ayamnya mencicit.

Deven mengamati tingkah Adhys dari belakang.Apa yang gadis itu lakukan sampai ia tertawa seperti itu?.Jarak antara Adhys dan Deven memang cukup jauh.Wajar jika Deven tidak mendengar.

Adhys menatap Deven yang juga sedang menatapnya.Ia memberi kode kepada Deven untuk mendekat kepadanya.Deven berjalan mendekati Adhys dengan kedua tangan berada di saku celananya.

"Wahh.ini ayamnya ya?" Adhys mengangguk cepat.

"Deven suka sama ayam Adhys?" Tanya gadis itu polos.Deven mengangguk mengiyakan pertanyaan Adhys.

"Namanya siapa?"

Adhys nampak berpikir.Benar juga,dia belum memberi nama pada anak ayamnya.Kira kira nama apa ya yang cocok untuk anak ayamnya.

"Gimana kalo yang kuning cici sama yang ijo caca?" Usul Adhys.

"Terserah si,apa aja.Yang menurut Adhys bagus aja"

"Menurut Adhys bagus kok"

"Tapi kok di taro di gerdus si.Apa ga kedinginan?" Ujar Deven sembari mengelus anak ayam yang berwarna kuning,si cici.

"Enggak kok.Nanti Adhys pindahin ke kamar Adhys"

"Kalo PUP di kamar gimana?"

"Ya enggak lah.Kan ada tempatnya juga.Pagi sampe siang Adhys taro di sini,biar kena cahaya matahari.Terus siang sampe besok pagi Adhys taro di kamar,biar ga kedinginan" Jelas Adhys panjang lebar.Deven manggut manggut mengerti.

"Sayang,Devennya di ajak makan udah siang.Sama itu anak ayamnya di bawa masuk,takut tiba tiba hujan"

"Iya ma,Deven ayo makan dulu.Tadi kamu belum makan kan di sekolah?,ntar sakit"

"Ayo!.Deven laper banget,mau minta dari tadi tapi ga enak" Deven berjalan mendahului Adhys.Adhys terkekeh melihat gaya bicara Deven yang seperti anak kecil yang di oandu dengan memegangi perutnya.

Usai makan Deven langsung pamit pulang.Adhys yang sedang membereskan piringnya seketika teringat akan suatu hal.

Gadis itu menepok jidatnya "Oh iya,tadi kan Sagara udah nolong gue.Tapi gue belum sempat terimakasih.Mumpung mama baru buat kue,gue bawain aja kali ya ke rumahnya?.Tapi kan gue ga tau rumahnya" Adhys berpikir keras.Siapakah yang mempunyai nomor Sagara.

Sagara is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang