11

542 84 0
                                    

Koo Jungmo dan pria pemabuk itu kini saling pukul. Aku benar-bebar khawatir jika Jungmo terluka. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Srak

Pria asing itu menggoreskan pisau di tangan Jungmo hingga tangannya bercucuran darah. Aku benar-benar kaget dan khawatir.

"Ah.." Rintih Jungmo kesakitan.

Aku segera berlari mendekati Jungmo lalu menutup luka Jungmo dengan sapu tanganku. Aku tidak peduli jika nantinya aku yang kena pukul oleh pria pemabuk ini, asalkan Jungmo aman.

"Cepat lari Jian!" Teriak Jungmo sambil mendorongku menjauh, karena pria pemabuk itu sudah bersiap untuk memukul Jungmo lagi.

bugh

Satu hantaman keras mendarat di perut Jungmo. Bodoh Jungmo bodoh! kenapa ia harus membiarkan dirinya terluka hanya karenaku?!

"Kau juga harus lari bersamaku!" Aku menarik Jungmo yang tersungkur itu untuk berdiri kembali.

Lalu kami berdua berlari menuju rumahku dengan sekuat tenaga. Karena tujuan terdekat dan teraman saat ini adalah rumahku.

Sesampai di rumah, aku segera mengunci pintu rapat-rapat.

"H-hah.., kita aman disini" Ucapku dengan nafas yang masih terengah-engah karena berlari.

"Syukurlah..." Jungmo lega mendengarnya.

Aku mengedarkan pandanganku kepada tanganku dan tangan Jungmo. Ya benar, kini tangan kita berdua saling terpaut karena berlari bersama tadi.

Buru-buru aku segera melepaskan pautan itu.

"M-maaf, tadi aku panik" Jelasku.
sembari melepas gandengan tanganku dengan Jungmo.

Sedangkan Jungmo hanya tersenyum sambil mengacak rambutku pelan.

"Kim Jian kau tidak apa-apa?" Raut wajah Jungmo yang awalnya tersenyum mendadak berubah menjadi khawatir.

"Pikirkan dirimu sendiri bodoh! Tanganmu terluka parah seperti itu dan kau masih memikirkan diriku?!" Marahku kepada Jungmo.

Aku benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa ia hanya memikirkan orang lain ketimbang dirinya sendiri.

"Karena bagiku, kau lebih berharga daripada diriku sendiri" Jawab Jungmo dengan senyuman ciri khasnya.

deg deg deg

Lagi-lagi dia berhasil membuat jantungku berdegup kencang.

"N-ngomong apasih! Udah sini aku obatin" Aku segera berlari mencari kotak p3k dirumahku.

Sebetulnya pipiku sudah memerah saat ini.

Setelah berhasil menemukan kotak p3k aku segera mengobati Koo Jungmo yang sedari tadi duduk di sofa ruang tamuku.

Aku bisa melihatnya sesekali meringis kesakitan. Aku tahu ini pasti benar-benar sakit, tapi ia terus berusaha tersenyum.

Ia tidak mau aku khawatir, tapi aku sudah terlanjur khawatir.

"Ini begitu parah. Apa kita harus ke dokter?!" Tanyaku khawatir.

Sedangkan Jungmo hanya menggeleng kecil menolak.

"Tidak usah, kau obati saja pasti sembuh" Jawab Jungmo sambil tersenyum padaku.

Akhirnya aku melanjutkan mengobati luka ditangannya. Selama aku mengobati Jungmo, aku merasa ia terus memperhatikanku.

Sehingga membuatku salah tingkah sendiri. Sial, kenapa aku sebodoh ini sih.

"Jangan ngeliatin aku terus! Risih tau!" Perintahku pada Jungmo supaya ia mengalihkan pandangannya.

Sedangkan Jungmo hanya tertawa polos.

"Hehe maaf, habisnya kau terlihat lebih cantik jika dilihat dari dekat" Ucapnya dan berhasil membuat pipiku memerah.

Aku merunduk menutupi pipi merahku. Bisa gawat kalau dia tau aku juga suka padanya.

Dan tanpa kusadari aku sudah tersenyum kecil sedari tadi. Jungmo, kau berhasil membuatku menyukaimu. Aku kalah.



TBC

Oh My Jungmo! [Koo Jungmo Produce X 101]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang