Terlambat

15 1 0
                                    


Sosok itu rasanya kabur di mata. Hanya foto bebercak buram penanda kehadirannya dalam hidup. Pigura kayu usang menjadi bukti kalau bahagia pernah hadir dalam hidup—saat dia pernah bersanding dengan perempuan manis untuk menemani perjalanan panjang bernama takdir.

Keduanya terpontang-panting oleh roda bernama keserakahan, ketamakan, juga pemuas nafsu. Membuat sukacita yang telah diraih kala itu pudar layaknya debu terbawa tiupan angin.

Hanya tulang pengingat menguar busuknya perbuatan masa lalu. Ketika kau memutus hubungan dengan serampangan tanpa berpikir, ada buah cinta menanti uluran kasih.

Jalinan kuat satu demi satu terburai dalam balutan kata tajam. Mematahkan sedikit kenangan tersisa, menggores secuil hati untukmu bisa melanjutkan hidup.

Ini pilihanmu! Lihat! Saat ungkapan maaf menghampiri, takkan ada lagi kata penenang jiwa. Makan sendiri ujar rayu penyesalanmu! Semua sudah terlambat.

Jakarta, 10 Juli 2019

Aneka PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang