Part 7

2.6K 187 11
                                    

Setelah berjam-jam lamanya Sanda menemani Anita berbelanja, entah itu bagian dari pekerjaannya atau tidak, Sandra akhirnya bisa beristirahat juga.
Belum sempat makan dari siang tadi, Sandra pun Delivery makanan yang ia inginkan. Seraya menunggu makanan, Sandra mengistirahatkan tubuhnya di sofa, dengan kaki yang di luruskan. Badannya terasa remuk.

Deringan ponsel berbunyi. Sandra menoleh untuk melihat siapa yang sudah mengganggunya istirahat.

Boss gila calling ...

Hampir saja Sandra lupa untuk menghapus nomor orang pembuat masalah nomor satu di hidupnya. Sandra mengabaikan panggilan itu.

"Palingan minta gue kerja lagi disana. Silahkan bermimpi perjaka tua." umpat Sandra seraya memijit kakinya.

Deringan ponsel berhenti, namun tak lama kemudian kembali berdering. Sandra mendengus kesal, mencoba mengabaikan panggilan itu. Deringan kembali berhenti.
Jeda lima belas menit, deringan kembali berbunyi.
Sandra menghela nafas panjang. Ia mencoba menguatkan hatinya untuk tidak mengumpat Sandoro.

"Hallo, siapa nih?" jawab Sandra, jelas-jelas ia tahu siapa orang yang telah menghubunginya.

"Sandra, ini saya Sandoro." Sandra memutar kedua bola matanya. Gue tau kodok kurap.--umpatnya dalam hati.

"Ngapain hubungin saya? Minta saya buat kembali kerja? No .. Jangan harap ya pak, saya udah punya kerjaan yang jauh lebih layak di banding kerja disana. Walau pun bapak mohon-mohon sekali pun dan sampai menangis darah, saya gak peduli." ucap Sandra percaya diri. terdengar Sandoro menghela nafas dalam.

"Jangan salah sangka dulu Sandra, saya menghubungi kamu karena ada materi meeting besok yang terbawa dengan mu." tutur Sandoro menjelaskan. Sandra seperti tertangkap basah telah mengintip, ia merasakan wajahnya hanya dan merah karena malu.

"oh, ngomong dong dari tadi. Udah saya serahkan pada karyawan terbaik anda, tuh Raisa." jawab Sandra ketus.

"Tapi Raisa bilang tidak ada di dia. Mungkin terbawa dengan barang-barangmu, coba cari lagi!"

Enak aja main perintah, situ bukan boss gue lagi ya.-batin Sandra. Lagi-lagi hanya bisa mengumpat dalam hati.

"hehh .. Bentar saya cari dulu." ucap Sandra, ia meletakkan ponselnya pada nakas. Membiarkan Sandoro menunggunya. andai saja Sandoro tahu apa yang di lakukan Sandra. Bukannya mencari, ia malah kembali memijit kakinya. Tak lama bel berbunyi.

Ting tong! Ting tong!

Sandra berlari cepat menuju pintu. Pengantar makanan telah datang, Sandra menerimanya dengan senyum ramah, setelah membayarnya, Sandra kembali masuk ke dalam. Mencuci tangannya dan mengambil minum. Tak ingat bila Sandoro sudah menunggunya lama. Atau memang di sengaja? Entahlah. Hanya saja Sandra merasa tenang.

Meletakkan makanan, dan alat makan di meja ruang tv. Menoleh sesaat pada ponselnya.yang terletak di nakas. Ia tersenyum Sinis. Ia tak menyangka niatnya untuk membalas Sandoro secepat ini tanpa di rencanakan dulu.

"Selamat makan pak Sandi Sandoro Putra, saya makan dulu ya, cape nih abis pulang kerja, cari materi yang terbawa nya nanti aja." teriak Sandra. Ia me- loudspaker ponselnya. Terdengar gerutuan Sandoro.

"Dasar wanita bar-bar." umpat Sandoro. Sandra tertawa kecil.

"Saya dengar." tak lama tak ada suara lagi yang dapat di dengar dengan sandra. Ia tertawa keras. Merasa puas telah mengerjai pria angkuh itu. Sandra mulai menyantap makanannya. Tak butuh waktu lama. Sandra sudah menghabiskan makanannya hingga tandas. Cukup lama terdiam membiarkan makanannya turun ke perut.
Sandra pun berniat untuk segera tidur.

Beloved Enemy (Sudah Tersedia Di Google Play)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang