Cerpen 5
Dulu waktu pertama kali datang kesini, mungkin baru beberapa bulan praktek di Bukittinggi, ada pasien, seorang anak perempuan yang diantar ibunya . Anak itu lucu, ceria dan murah senyum. Aku bertanya-tanya dalam hati, koq anak perempuan masih kelas 1 SD berobat ke spesialis syaraf? Sakit apa yaaa...
Aku bertanya kepada ibunya," Kenapa dibawa ke saya, Bu, anak ibu?" Ibu itu menjawab, "Saya bingung dok, koq anak saya nilai ujiannya turun ya dok? Padahal dia belajar seperti biasa. Lalu kata gurunya seperti sering bengong."
Aku mulai bertanya tanya dalam hatiku apa ini epilepsi? Ada satu jenis epilepsi yang gejalanya hanya bengong sesaat. Tapi tak mungkin aku langsung kasih obat. Karena obat epilepsi harus dimakan selama 3 tahun tanpa jeda dan baru bisa dihentikan bila sudah 3 tahun tidak ada serangan kejang.
Sebenarnya ada cara memastikan epilepsi dengan alat EEG. Tapi kalaupun EEG hasilnya misal negatif atau tidak timbul gelombang kejang, belum bisa memastikan epilepsi atau bukan.
Lalu kupikir akan kucoba bangkitkan kejangnya dengan melakukan hiperventilasi. Dengan cara meniup kertas yang di pegang di depannya sebanyak 30 kali tanpa jeda. Aku suruh ibunya memperhatikan setiap perubahan yang terjadi, Kuperhatikan dengan seksama dan benar saja baru tiupan ke 5 sesuatu hal terjadi.
Bermula kedua matanya melirik kekiri seperti penari Bali dengan tatapan kosong, lalu mulutnya seperti komat kamit tanpa keluar kata, diikuti leher juga menoleh kekiri. Setelah itu pasien menjadi biasa kembali seperti tidak terjadi apa apa. Tapi dia bingung kenapa kami semua memperhatikannya..
Akhirnya diagnosis epilepsi pun tegak. lalu kukatakan kepada ibu itu bahwa anaknya harus makan obat 3 tahun tanpa jeda. Bila tidak diobati, bisa menjadi kejang seperti orang kelojotan, Mendengar hal tersebut sang ibu tak bisa membendung air matanya, dan bertanya-tanya apa yang salah pada anakku, kenapa mesti anakku yang menderita penyakit tersebut.
Sampai 15 menit aku berusaha menjelaskan pada si ibu bahwa penyakit epilepsi tidak menular dan bukan penyakit keturunan apalagi disebut penyakit kutukan,
Enam tahun kemudian ibu pasien tersebut mencari saya ke Bukittinggi, Karena setelah setahun berobat, sang ayah dipindah tugaskan ke kota lain dan seluruh keluarga ikut pindah. Ibu itu berucap " Terimakasih dok, alhamdulillah anak saya sudah 2,5 tahun bebas kejang tanpa obat." "Alhamdulillah", ujarku,
Sang ibu bercerita bahwa anaknya tetap ceria dan malah menjadi juara kelas. Dan masuk SMP favorite di kotanya.
Pesan saya, bila keluarga kita ada yang mengalami kejang, tolong di videokan dan beri tahukan pada dokter yang merawatnya. Karena tipe kejang menentukan jenis obat dan dosis obatnya. Dan jangan takut minum obat epilepsi, karena setiap kejang mengakibatkan ratusan sel otak mati. Sehingga bila sering kejang mengakibatkan pasien menjadi idiot.
by Ferdhi Adha SpS, MARS. (Dt Majo Bosa)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Praktek Dokter Saraf
SciencefictionIni adalah kumpulan dari cerpen-cerpen yang telah saya tulis di facebook ,dan saya kumpulkan ceritanya di wattpad. Selamat menikmati, dan ambillah pelajaranya dari cerita ini dan tetaplah bersyukur kepada ALLAH atas nikmat yang telah diberikan kepad...