PROLOG

29 6 0
                                    

"Takdir baik dan buruk, selalu datang beriringan. Kau hanya perlu mengikutinya."
.
.
.
.
.

Malam itu, seluruh werewolf silver diamond pack, menunggu kelahiran sang penerus tahta mereka, yang terkuat dan juga terkutuk. Kabar bahwa Sang Luna akan melahirkan seorang putri, telah menyebar ke seluruh penjuru. Mereka menunggu dalam harap dan juga takut. Karena kehadiran Sang Putri, artinya kematian untuk Sang Luna.

Proses persalinan menegangkan itu berlangsung di kamar Sang Alpha, dibantu oleh empat ahli pengobatan dan dua belas penyihir yang bersiaga.

Saat tangis pertama itu lantang terdengar, tangan-tangan ahli sihir mulai menari mengayunkan tongkat, mulut mereka merapal mantra, mencoba mengunci kekuatan terkutuk the blue di tubuh sang putri yang baru beberapa detik hadir ke dunia.

Cahaya biru terang, menghiasi tubuh bayi mungil itu tepat setelah para penyihir mengarahkan unjung tongkat ke arahnya. Setelah proses penguncian sementara itu selesai, perlahan mata si mungil terbuka. Iris biru terang yang sangat indah, tampak jelas oleh semua orang yang berada di dalam kamar Sang Alpha.

"Dia putri yang sangat cantik!" ujar Sang Alpha, King Morgan Artur. Senyum getir dan juga tatapan pilu menghias wajah pria tampan yang bertubuh kekar itu.

"Sungguh, apa dia mirip denganku?" tanya Sang Luna, Quen Margaret. Suaranya pelan dan bergetar.

"Dia memiliki matamu, rambutku, dan wajah yang sangat lucu." ujar King Morgan. "Lihatlah!" lanjutnya.

Quen Margaret melepas penutup matanya, iris birunya sudah berubah menjadi kelabu, artinya seluruh yang ada pada dirinya sudah diwariskan pada sang anak.

"Bolehkah aku menggendongnya?" Quen Margaret mengulurkan tangan, bayi mungilnya pun berada dalam pangkuan.

"Kau sangat menggemaskan, maafkan ibu yang harus meninggalkanmu, tumbuhlah menjadi kuat anakku!" ujarnya sambil menatap iba kepada sang anak.

"Lakukan!" ucap Quen Margaret dengan tegas.

Pedang pun di cabut dari pinggang oleh Sang Alpha, dan hendak ditebaskan pada wanita yang menjadi seluruh hidupnya itu. Semua pengorbanan harus dilakukan, demi kehidupan normal sang anak, dan kesejahteraan kerajaan.

Tetapi takdir selalu tak bisa ditebak. Benda tajam yang bahkan mampu memotong pohon besar dalam sekali tebas itu, nyatanya tak menggores tubuh Sang Luna sedikit pun. Cahaya biru yang mempesona melingkupi tubuh ringkihnya yang masih memangku Sang Putri. Semua terpana, takjub dan juga takut.

"Kita, tidak bisa membiarkan putri anda tinggal di istana, Alpha!" seorang penyihir membungkuk dan berujar pelan pada Sang Raja.

"Benar Alpha, tanpa darah Sang Luna kita tidak akan pernah bisa mengendalikan kekuatan putri anda, itu akan mengancam kaum kita." ucap penyihir lainnya.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya King Morgan, kembali menyarungkan pedangnya. Sungguh, ia bersyukur bahwa ia tidak harus kehilangan sang istri. Namun, disisi lain ia merasa sangat khawatir pada Sang Putri.

------------------------------
Hallo readers,,
Aku bawa cerita baru buat kalian. Kali aja minat. Wehehehe..
Setelah sekian lama larut dalam membaca cerita fantasi dari berbagai penulis,akhirnya aku beranikan diri menulis ceritaku sendiri..  😂

Aku sadar akan ada banyak kekurangan diceritaku nantinya. Jadi aku harap akan ada dukungan dari pembaca sekalian.  😊

Cerita ini murni karyaku, bila ada kesamaan nama tokoh dan sebagainya, itu adalah kebetulan. 😅.
Selamat membaca...

The Bane BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang