CHAPTER 3

5 1 0
                                    

ANOTHER MATE (1)

"Apa yang ditakdirkan untukmu, terkadang tidak sesuai dengan apa yang kau harapkan. Tetapi, akan selalu ada rahasia kecil yang manis, yang telah disiapkan Tuhan hanya untukmu, kau hanya perlu mempercayainya."
.
.
.
.

Mike meloncat girang di atas kepala Jane, serigala itu benar benar bahagia. Dia tidak mungkin salah, pria yang kini berdiri di antara dua tubuh yang tergeletak tak sadarkan diri di bangunan seberang itu, adalah matenya.

Jane pun tersenyum dengan sangat manis. Keduanya memikirkan cara bagaimana pria itu dapat menemukan mereka, karena jaraknya cukup jauh, dan juga cukup gelap, meski bukan masalah untuk bangsanya untuk melihat dalam kegelapan. Tetapi jika matenya tidak melihat mereka, itu artinya sia-sia.

'uh, apakah dia tidak merasakan kehadiran kita Jane?' ucap Mike.

'entahlah, aku juga tidak mengerti.' jawab Jane. Matanya terus memandangi sosok itu, hatinya berdesir hangat dan juga takut, pria itu bergerak semakin jauh, seperti sedang mengejar sesuatu.

Bruggh!

Suara dari arah belakang Jane membuatnya terlonjak kecil. Ia lantas memutar kepala, untuk melihat benda apa yang baru saja menghasilkan bunyi seperti itu di dalam ruanganya yang hanya beriskan sebuah ranjang kecil?. Jane merasa sesikit takut. Terlebih saat ua melihay sebuah tubuhlah yang menghasilkan suara sperti tadi.

'tenanglah, aku di sini.' Mike mencoba menenangkan.

Jane mengumpulkan setiap keberanian yang ia punya, menghampiri sosok yang tergeletak dengan tidak elit di depan pintu ruangannya yang terkunci rapat.

'Darimana dia masuk?' tanya Jane kepada Mike.

'Mana kutau, aku bersamamu sedari tadi, mengamati mate kita.' balas Jane mengejek.

'Oh, Jane. Sial. Mate kita!' Mike memaki di dalam sana.

Jane kembali menuju jendela, mengintip dari sana, dan menemui matenya telah pergi. Ia kecewa, begitu juga dengan Mike.

'Tenanglah Mike, Vanesa bilang, cinta sejati akan menemukan kita. Mungkin masih belum waktunya, ia akan kembali' ucap Jane, dan Mike hanya mengumpat di dalam sana. Oh ayolah, kenapa Jane bisa sangat sabar seperti itu, tidakkah dia bosan?.

Mereka lantas beralih kembali pada sosok tadi. Jane menghampirinya, dan dengan sedikit usaha keras, ia berhasil membalik tubuh itu.

Seorang pria, wajahnya pucat, dan penuh dengan luka. Tapi tidak sedikitpun mengurangi ketampanan sosok itu. Pakaian hitamnya tampak kotor dan berantakan, tetapi tidak sedikit pun mengurangi kesan mewahnya.

'Apa yang terjadi padanya?' tanya Jane.

'Sudah ku katakan, aku tidak tau.' balas Mike. Jane pun berhenti bertanya, dan mencoba membuat sosok pria apa pun jenisnya ini, untuk sadarkan diri. Jane mengguncang sedikit tubuh pria itu, tidak ingin menyakitinya lebih banyak.

Pria itu perlahan membuka matanya, irisnya merah, semerah darah, dan idak perlu menjadi bodoh, dengan melihat iris itu Jane tau bahwa, sosok itu adalah Vampir. Iris merah pada vampir bukanlah hal yang baik. Karena itu artinya, makhluk penghisap darah itu sedang berada pada fase sekarat, haus akan darah, tidak terkendali, dan sangat buas. Jane mundur. Oh ayolah, ia baru saja akan bertemu dengan matenya,dan ia harus meregang nyawa karena kehabisan darah?. Tidak, terimakasih. Tetapi dinding yang membatasi membuatnya tidak bisa bergerak lebih jauh.

"Baumu sangat enak," ucap sosok itu, Jane melebarkan mata, cukup terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya.

'Mike, bisakah kau membantuku?' tanya Jane.

The Bane BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang