Dua.*

16.4K 787 22
                                    


"Nathan gue suka sama lo. Kita juga udah deket dari lama. Lo mau gak jadi pacar gue?"

Suasana di tengah lapangan itu hening seketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut Raina. Siswi kelas dua belas yang terkenal akan kecantikannya yang bak bidadari itu.

Raina Kim lebih tepatnya. Gadis blesteran Korea-indonesia itu memang lahir dengan kesempurnaannya. Menjadikannya salah satu gadis yang begitu populer disekolahnya. Belum lagi otaknya yang pintar dan posisinya sebagai anggota cheerleaders yang membuatnya semakin populer dikalangan para siswa angkatannya maupun adik kelas.

Nathan bergeming. Ia menatap gadis cantik itu tanpa ekspresi. Entahlah apa yang ada dalam fikirannya saat gadis yang begitu dipuja puja para siswa disekolahnya tengah menunduk sembari menyodorkan sebuah kotak kecil yang dibalut pita merah itu kearahnya.

Bisik bisik mulai terdengar saat waktu sudah berjalan sekitar dua puluh lima menit namun Nathan masih dalam dengan posisinya yang terlihat cool.

Kedua tangannya tenggelam dalam saku celana berwarna abu abu itu. Sedang matanya menatap datar Raina yang tengah berkeringat dingin menanti jawabannya.

"Gue yakin kak Raina pasti ditolak."

"Enggaklah. Gila lo. Kak Rain Cantik banget bego. Mana mungkin Kak Nathan nolak?"

" Lo gak inget Kak Bina? Dia juga cantik sama sexy loh. Tapi kak Nathan nolak dia tuh!"

"Tapi ini kak Rain loh. Mukanya kek ulzzang ulzzang yang sering gue download di pinterest!"

"Yaiyalah dia pasti nolak. Orang kak Nathan pacar gue!"

"Halu lo?"

"Diiih sok cakep banget si Nathan. Di tembak cewek secantik Raina aja sok sok'an mikir!"

"Jangan diterima lah. Entar gue sama sape kalo bidadari gue udah official?"

"Kalo gue jadi si Nathan, Langsung gue terima. Gak bakal mikir dua kali!"

"Gue gak mau."

Seketika suasana semakin ricuh saat Nathan mengeluarkan penolakkan pada Raina yang membuat gadis itu menatapnya tak percaya.

Ia punya segalanya. Cantik, pintar,Kaya serta kepopuleran yang begitu tinggi. Apa yang kurang darinya hingga Laki laki yang begitu dipujanya itu menolaknya?

"Ap-apa?"

Nathan menatap gadis itu datar. "Tuli lo?"

Laki laki itu melangkah santai. Kedua tangannya masih berada dalam saku celananya.Tatapan matanya yang terlihat datar dan dingin itu membuat aura dinginnya terasa menguar.

"GUE BAKALAN DAPETIN LO NATHAN GABRIELLO ELZARD!" teriak Raina yang tak diindahkannya sama sekali.

****





"Gila ya Kakak lo Ssa. Cewek sekelas Kak Raina yang cantiknya kebangetan aja ditolak. Apalagi yang kaya si Sheilla?"

Sheilla mendelik. "Enak aja lo. Napa bawa bawa gue?

"Lah iyalah. Lo juga kan ngebet pengen jadi pacarnya kak Nathan. Gimana sih?"

Sheilla menoyor kepala Nadia.

"Ngaca bego. Kek lo enggak aja !"

"Sakit Ihh Lala!" Nadia mengerucutkan bibirnya sebal.

Sheilla mendecih. "Lebay najis!"

"Udah sih lo pada berisik tau gak? Oh ya lo bilang yang bakal nembak kakak gue kak Bella, Nah itu malah kak Rain?"

Nadia dan Sheilla mengangkat bahu. Mereka saling bertatapan sebelum menatap Cessa yang tengah meminta jawaban.

"Gak tau juga sih Ssa. Tadi kita denger juga dari Kak Bella. Ya gak La?"

Sheilla mengangguk.

"Iya. Kita denger dari mulut dia sendiri tadi. Eh makanan gue anjirr keburu dingin. Gak enak nih pasti kalo kaya gini. Ahh ini gara gara lo sih Ssa ngajak ngomong mulu. Lupa 'kan gue jadinya."

Cessa dan Nadia melongo mendengar serentetan kalimat yang keluar dari mulut Sheilla. Keduanya mendengus melihat tingkah Sheilla yang berlebihan.

"Gajelas lo."









*****


"Enak banget ya jam segini udah pulang. Coba aja tiap hari kek gini. Emm indah banget hari hari gue pasti!"

Waktu memang baru saja menunjukkan pukul sebelas siang. Tapi kepala sekolah memperbolehkan siswa dan siswi SMA Bunga Bangsa untuk pulang lebih awal dari biasanya.

Hari ini para guru sedang rapat membahas pertandingan basket dengan sekolah lain yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Makanya, Anak anak osis. Anak anak basket dan cheerleader belum pulang. Mereka sedang giat giatnya latihan.

"Pulang bareng sapa lo?"

"Gak tau dah. Naik angkot aja lah. Kak Nathan sama kak Kelvin lagi latihan basket. Gue pulang sendirian."

"Bareng gue aja."

Cessa menoleh. Menatap Sheilla dan Nadia yang juga tengah menatapnya menunggu jawaban.

"Enggak deh. Gue naik angkot aja. Mau ke Toko buku dulu soalnya."

Cessa melangkah diikuti Sheilla dan Nadia yang berjalan disampingnya.

"Loh bukannya itu Kak Nathan ya Ssa?"

"Mana?" Cessa mengikuti arah telunjuk Nadia.

"Lah iya itu kak Nathan. Ngapain dia disitu bukannya harusnya lagi latihan basket ya?"

"Gak tau dah. Ya udah gue duluan ya Abang gue udah jemput tuh.. Bay bay baby!"

Nadia melambaikan tangannya pada Sheill dan Cessa sebelum berlari kecil menghampiri motor hitam.

"Issh anak itu. Eh gue juga duluan ya sopir gue udah jemput tuh. Lo beneran gak mau bareng sama gue?"

Cessa menggeleng. "Enggak duluan aja. Udah sono hush hush!"

"Sialan lo!"

Cessa hanya tertawa mendengar umpatan yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

"Ah gue pulang naik angkot aja lah. Males naik grab."

Gadis itu melangkah dengan riang. Sesekali siulan terdengar dari bibir tipisnya. Moodnya terasa bagus hari ini.

"Duh kemana sih ni angkot? Tumben banget jam segini belum ada. Mana panas banget lagi!" Cessa mengusap keringat yang mengucur didahinya itu dengan tisu.

"Kenapa malah kesini?"

Cessa menoleh. Ia membulatkan matanya menatap terkejut saat melihat sang Kakak tengah berdiri tegap di belakangnya.

"Loh kak Nath ngapain disini? Bukannya harusnya latian basket ya?"

Nathan mendengus. "Masih nanya juga? Ya nganterin lo pulang lah!"

Cessa menggeleng. "Enggak kak. Lo latian aja sana. Gue bisa pulang sendiri kok. Lagian gue mau ke toko buku. Mau beli novel baru."

"Gue anterin."

Cessa hanya terdiam saat sang kakak membalikkan tubuhnya berjalan menuju parkiran. Mengambil motornya.

"Ayok." Cessa mengangguk. Ia lantas mendudukan dirinya dijok belakang. Tangannya memegang bahu Nathan erat sebagai pegangan.

Nathan berdecak. Ia melepaskan jaket levis berwarna Blue yang tengah dikenakannya lantas menyodorkannya pada Cessa.

"Apaan nih Kak?"

"Masih nanya juga. Tutupin paha lo. Gue gak suka!" dengus Nathan dingin.

Cessa merenggut. Apanya yang mau ditutupi. Orang rok sekolah yang dikenakannya lebih panjang dari siswi siswi yang lain. Malah sampai menutupi lututnya. Tapi meski begitu gadis itu tetap melakukannya sebelum kakaknya itu mengeluarkan aura menyeramkannya.

"Pegangan yang kuat. Jatoh gue gak tanggung jawab."

"Iya iya ini juga kuat kok. Bawel banget sih lo kak." Cessa berdecak sebal

Stepbrother (END) (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang